أَنَّ مُحَمَدَارسُوْلُاللهِ
Pada bab sebelumnya kita telah membahas makna syahadat yang pertama yakni أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّاللّه~Asyhadu anla ilaaha illallah. Dua kalimat syahadat merupakan suatu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan karena ia merupakan asas Dienul Islam.
Ibnu Taimiyyah berkata: Dien Islam dibangun di atas dua landasan:
1. Beribadah hanya kepada Allah Subhana Wa Ta'ala dengan tidak menjadikan sekutu bagiNya. Ilah adalah motivator hati untuk beribadah, meminta pertolongan, mencintai, mengagungkan, takut, mengharap, membesarkan dan menghormati . Dan Allah Subhana Wa Ta'ala lah yang berhak atas semua itu, tidak ada sekutu bagi-Nya.
2. Beribadah dengan syariatNya yang disampaikan oleh RasulNya. Karena Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa sallam sebagai rasul, bertugas menyampaikan perintah, larangan, halal, haram, janji, ancaman dan lain-lain.
Setelah membahas tentang Rukun Syahadat الإِثْبَات~al itsbaat(Penetapan) dari kalimat syahadat أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّاللّه~Asyhadu anla ilaaha illallah maka berikutnya adalah membahas tentang kalimat وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَدَارسُوْلُاللهِ ~Wa asyadu anna Muhammadarasuulullah.
Syaik Utsaimin berkata; makna syahadat أَنَّ مُحَمَدَارسُوْلُاللهِ ~anna Muhamadarasulullah adalah mengikrarkan dengan lisan, mengimani dengan hati bahwa Muhammad bin Abdulah al Quraisyi al Hasyimi adalah utusan Allah Azza wa Jalla kepada seluruh makhlukNya dari golongan jin dan manusia.
Sebagaimana firman Allah Aza wa Jalla
Surah Al Furgan(25) ayat 1:
تَبٰـرَكَ الَّذِىۡ نَزَّلَ الۡـفُرۡقَانَ عَلٰى عَبۡدِهٖ لِيَكُوۡنَ لِلۡعٰلَمِيۡنَ
نَذِيۡرَا ۙ
25:1. Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan (Al Qur’an)
kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh
alam,
Rukun Syahadat Rasul
1. An Nafyu(Menafikan)
Hal-hal yang dinafikan:
a. Ifrath(berlebihan): yakni meyakini bahwa Rasulullah hanya sebagai hamba Allah dan tidak boleh berlebihan dalam mengagungkannya.
Contoh: shalawat nariyah, penggunaan kata sayyidina, bahkan sampai derajat menuhankannya.
. Tafrith(meremehkan): yakni meyakini bahwa Muhammad adalah Rasul Allah sehingga tidak bmeremehkannya, (mengingkari perkataannya, menolak perintahnya, membenci sunnahnya)
2. Itsbat(Menetapkan)
-Menetapkan bahwa Rasululah hanya sebagai 'abdu(hamba) juga Rasullah (Utusan Allah).
-Hanya Rasul yang besifat ma'sum
Syarat Syahadat Rasul
1. Mengakui kerasulannya dan meyakininya di dalam hati.
2. Mengucapkan dan mengikrarkan dengan lisan.
3. Mengikutinya dengan mengamalkan ajaran kebenaran yang telah dibawanya serta meninggalkan kebatilan yang telah dicegahnya.
4. Membenarkan segala apa yang dikabarkan dari hal-hal yang gha-ib, baik yang sudah lewat maupun yang akan datang.
5. Mencintainya melebihi cintanya kepada dirinya sendiri, harta, anak, orangtua serta seluruh umat manusia.
6. Mendahulukan sabdanya atas segala pendapat dan ucapan orang lain serta mengamalkan sunnahnya.
Konsekwensi Syahadat Muhammadur Rasulullah
Syaikh Abduroman dalam bukunya berkata, "Sesungguhnya dalam kalimat syahadat Muhammadar Rasulullah mengandung makna konsekwensi sebagai berikut:
a. Mengimani dan membenarkan apa-apa yang Rasulullah Shalalahu 'Alaihi Wa salam beritakan.
Surah An Najm(53)ayar 1-4:
53:1. Demi bintang ketika terbenamSurah An Najm(53)ayar 1-4:
وَالنَّجۡمِ اِذَا هَوٰىۙ
,مَا ضَلَّ صَاحِبُكُمۡ وَمَا غَوٰىۚ
53:2. kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru,
وَمَا يَنۡطِقُ عَنِ الۡهَوٰىؕ
53:3. dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya.
اِنۡ هُوَ اِلَّا وَحۡىٌ يُّوۡحٰىۙ
53:4. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya),b. Mentaati perintah dan menjauhi larangannya
c. Tidak mendahulukan perkataan/pendapat seseorang melebihi atas perkataan Rasulullah Shalalahu 'Alaihi Wa sallam.
Syekh Utsimin menambahkan;
d. Tidak beribadah kecuali apa yang Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa sallam syariatkan.
Surah Ali Imran(3) ayat 31:
قُلۡ اِنۡ كُنۡتُمۡ تُحِبُّوۡنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوۡنِىۡ يُحۡبِبۡكُمُ اللّٰهُ
وَيَغۡفِرۡ لَـكُمۡ ذُنُوۡبَكُمۡؕ وَاللّٰهُ غَفُوۡرٌ رَّحِيۡمٌ
31. Katakanlah (wahai Muhammad): “Jika benar kamu mengasihi
Allah maka ikutilah daku, niscaya Allah mengasihi kamu serta
mengampunkan dosa-dosa kamu. Dan (ingatlah), Allah Maha Pengampun, lagi
Maha Mengasihani.
Surah Al Kahfi(18) ayat103:
قُلۡ هَلۡ نُـنَبِّئُكُمۡ بِالۡاَخۡسَرِيۡنَ اَعۡمَالًا ؕ
18:103. Katakanlah: “Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?”Hadist Arba'in ke lima:
عَنْ أُمِّ الْمُؤْمِنِيْنَ أُمِّ عَبْدِ اللَّهِ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ، رَوَاهُ البُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ، وَفِي رِوَايَةٍ لِمُسْلِمٍ: مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
Dari Ummul Mu’minin Ummu Abdillah,
Aisyah radhiallahu ‘anha, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Barangsiapa yang mengada-ngadakan dalam urusan kami
(agama kami) sesuatu yang bukan merupakan perkara agama maka ia
tertolak”.
(Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim. Dalam riwayat Muslim: “Barangsiapa yang mengamalkan suatu amalan yang tidak berdasarkan perintah kami maka ia tertolak“).
e. Tidak berkeyakinan bahwa Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wa sallam menempatkan kedudukan rububiyah dan ulihiyyah Allah Aza wa jalla. Dia adalah abid dan Rasul yang tidak berdusta, dan tidak mampu memberikan manfaat serta mudharat untuk dirinya dan orang lain kecuali dengan kehendak Allah Suhana Wa Ta'ala.
Surah Al An'am(6) ayat 50:
قُلْ لَّاۤ اَقُوۡلُ لَـكُمۡ عِنۡدِىۡ خَزَآٮِٕنُ اللّٰهِ وَلَاۤ اَعۡلَمُ الۡغَيۡبَ
وَلَاۤ اَقُوۡلُ لَـكُمۡ اِنِّىۡ مَلَكٌ ۚ اِنۡ اَتَّبِعُ اِلَّا مَا يُوۡحٰٓى اِلَىَّ
ؕ قُلۡ هَلۡ يَسۡتَوِى الۡاَعۡمٰى وَالۡبَصِيۡرُ ؕ اَفَلَا تَتَفَكَّرُوۡنَ
6:50. Katakanlah: “Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa
perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang
gaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang
malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku.
Katakanlah: “Apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat?”
Maka apakah kamu tidak memikirkan (nya)?
Surah Al 'Araf(7) ayat 188:
قُلْ لَّاۤ اَمۡلِكُ لِنَفۡسِىۡ نَـفۡعًا وَّلَا ضَرًّا اِلَّا مَا شَآءَ اللّٰهُ
ؕ وَلَوۡ كُنۡتُ اَعۡلَمُ الۡغَيۡبَ لَاسۡتَكۡثَرۡتُ مِنَ الۡخَيۡرِ ۖ ۛۚ وَمَا مَسَّنِىَ
السُّۤوۡءُ ۛۚ اِنۡ اَنَا اِلَّا نَذِيۡرٌ وَّبَشِيۡرٌ لِّقَوۡمٍ يُّؤۡمِنُوۡنَ
7:188. Katakanlah: “Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi
diriku dan tidak (pula) menolak kemudaratan kecuali yang dikehendaki
Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang gaib, tentulah aku membuat
kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudaratan. Aku
tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi
orang-orang yang beriman”.