Jumat, 12 Februari 2016

Makna Syahadat أَنَّ مُحَمَدَارسُوْلُاللهِ

 أَنَّ مُحَمَدَارسُوْلُاللهِ


Pada bab sebelumnya kita telah membahas makna syahadat yang pertama yakni أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّاللّه~Asyhadu anla ilaaha illallah.  Dua kalimat syahadat merupakan suatu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan karena ia merupakan asas Dienul Islam.

Ibnu Taimiyyah berkata
: Dien Islam dibangun di atas dua landasan:

1. Beribadah hanya kepada Allah Subhana Wa Ta'ala dengan tidak menjadikan sekutu bagiNya. Ilah adalah motivator hati untuk beribadah, meminta pertolongan, mencintai, mengagungkan,  takut, mengharap, membesarkan dan menghormati . Dan Allah Subhana Wa Ta'ala lah yang berhak atas semua itu, tidak ada sekutu bagi-Nya.

2. Beribadah dengan syariatNya yang disampaikan oleh RasulNya. Karena Rasulullah Shalallahu  'Alaihi Wa sallam sebagai rasul, bertugas menyampaikan perintah, larangan, halal, haram,  janji, ancaman dan lain-lain.


Setelah membahas tentang Rukun Syahadat
الإِثْبَات~al itsbaat(Penetapan) dari kalimat syahadat أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّاللّه~Asyhadu anla ilaaha illallah maka berikutnya adalah membahas tentang kalimat وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَدَارسُوْلُاللهِ ~Wa asyadu anna Muhammadarasuulullah.

Syaik Utsaimin berkata; makna syahadat
أَنَّ مُحَمَدَارسُوْلُاللهِ ~anna Muhamadarasulullah adalah mengikrarkan dengan lisan, mengimani dengan hati bahwa Muhammad bin Abdulah al Quraisyi al Hasyimi adalah utusan Allah Azza wa Jalla kepada seluruh makhlukNya dari golongan jin dan manusia.

Sebagaimana firman Allah Aza wa Jalla

Surah Al Furgan(25) ayat 1:
تَبٰـرَكَ الَّذِىۡ نَزَّلَ الۡـفُرۡقَانَ عَلٰى عَبۡدِهٖ لِيَكُوۡنَ لِلۡعٰلَمِيۡنَ نَذِيۡرَا ۙ‏
25:1. Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan (Al Qur’an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam,


Rukun Syahadat Rasul

 

 1. An Nafyu(Menafikan)

Hal-hal yang dinafikan:


a. Ifrath(berlebihan): yakni meyakini bahwa Rasulullah hanya sebagai hamba Allah dan tidak boleh berlebihan dalam mengagungkannya.
Contoh: shalawat nariyah, penggunaan kata sayyidina, bahkan sampai derajat menuhankannya. 


. Tafrith(meremehkan): yakni meyakini bahwa Muhammad adalah Rasul Allah sehingga tidak bmeremehkannya, (mengingkari perkataannya, menolak perintahnya, membenci sunnahnya)
 


2. Itsbat(Menetapkan)
 
-Menetapkan bahwa Rasululah hanya sebagai 'abdu(hamba) juga Rasullah (Utusan Allah).
-Hanya Rasul yang besifat ma'sum


Syarat Syahadat Rasul

1. Mengakui kerasulannya dan meyakininya di dalam hati.
2. Mengucapkan dan mengikrarkan dengan lisan.
3. Mengikutinya dengan mengamalkan ajaran kebenaran yang telah dibawanya serta meninggalkan kebatilan yang telah dicegahnya.
4. Membenarkan segala apa yang dikabarkan dari hal-hal yang gha-ib, baik yang sudah lewat maupun yang akan datang.
5. Mencintainya melebihi cintanya kepada dirinya sendiri, harta, anak, orangtua serta seluruh umat manusia.
6. Mendahulukan sabdanya atas segala pendapat dan ucapan orang lain serta mengamalkan sunnahnya.



Konsekwensi Syahadat Muhammadur Rasulullah
 
Syaikh Abduroman dalam bukunya berkata, "Sesungguhnya dalam kalimat syahadat Muhammadar Rasulullah mengandung makna konsekwensi sebagai berikut:

a. Mengimani dan membenarkan apa-apa yang Rasulullah Shalalahu 'Alaihi  Wa salam beritakan. 
 
Surah An Najm(53)ayar 1-4:


 وَالنَّجۡمِ اِذَا هَوٰىۙ‏
53:1. Demi bintang ketika terbenam
,مَا ضَلَّ صَاحِبُكُمۡ وَمَا غَوٰى​ۚ‏
53:2. kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru, 

 وَمَا يَنۡطِقُ عَنِ الۡهَوٰىؕ‏
53:3. dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya.

  اِنۡ هُوَ اِلَّا وَحۡىٌ يُّوۡحٰىۙ‏
53:4. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya),



b. Mentaati perintah dan menjauhi larangannya

c. Tidak mendahulukan perkataan/pendapat seseorang melebihi atas perkataan Rasulullah Shalalahu 'Alaihi Wa sallam.


Syekh Utsimin menambahkan;

 
d. Tidak beribadah kecuali apa yang Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa sallam syariatkan.


Surah Ali Imran(3) ayat 31:

قُلۡ اِنۡ كُنۡتُمۡ تُحِبُّوۡنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوۡنِىۡ يُحۡبِبۡكُمُ اللّٰهُ وَيَغۡفِرۡ لَـكُمۡ ذُنُوۡبَكُمۡؕ​ وَاللّٰهُ غَفُوۡرٌ رَّحِيۡمٌ‏
31. Katakanlah (wahai Muhammad): “Jika benar kamu mengasihi Allah maka ikutilah daku, niscaya Allah mengasihi kamu serta mengampunkan dosa-dosa kamu. Dan (ingatlah), Allah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani.


Surah Al Kahfi(18) ayat103:
قُلۡ هَلۡ نُـنَبِّئُكُمۡ بِالۡاَخۡسَرِيۡنَ اَعۡمَالًا ؕ‏
18:103. Katakanlah: “Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?”


Hadist Arba'in ke lima:

عَنْ أُمِّ الْمُؤْمِنِيْنَ أُمِّ عَبْدِ اللَّهِ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ، رَوَاهُ البُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ، وَفِي رِوَايَةٍ لِمُسْلِمٍ: مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ



Dari Ummul Mu’minin Ummu Abdillah, Aisyah radhiallahu ‘anha, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang mengada-ngadakan dalam urusan kami (agama kami) sesuatu yang bukan merupakan perkara agama maka ia tertolak”.


(Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim. Dalam riwayat Muslim: “Barangsiapa yang mengamalkan suatu amalan yang tidak berdasarkan perintah kami maka ia tertolak“).


e. Tidak berkeyakinan bahwa Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wa sallam menempatkan kedudukan rububiyah dan ulihiyyah Allah Aza wa jalla. Dia adalah abid dan Rasul yang tidak berdusta, dan tidak mampu memberikan manfaat serta mudharat untuk dirinya dan orang lain kecuali dengan kehendak Allah Suhana Wa Ta'ala.


Surah Al An'am(6) ayat 50:

قُلْ لَّاۤ اَقُوۡلُ لَـكُمۡ عِنۡدِىۡ خَزَآٮِٕنُ اللّٰهِ وَلَاۤ اَعۡلَمُ الۡغَيۡبَ وَلَاۤ اَقُوۡلُ لَـكُمۡ اِنِّىۡ مَلَكٌ​ ۚ اِنۡ اَتَّبِعُ اِلَّا مَا يُوۡحٰٓى اِلَىَّ​ ؕ قُلۡ هَلۡ يَسۡتَوِى الۡاَعۡمٰى وَالۡبَصِيۡرُ​ ؕ اَفَلَا تَتَفَكَّرُوۡنَ‏
6:50. Katakanlah: “Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang gaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku.  Katakanlah: “Apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat?” Maka apakah kamu tidak memikirkan (nya)?


Surah Al 'Araf(7) ayat 188:

قُلْ لَّاۤ اَمۡلِكُ لِنَفۡسِىۡ نَـفۡعًا وَّلَا ضَرًّا اِلَّا مَا شَآءَ اللّٰهُ​ ؕ وَلَوۡ كُنۡتُ اَعۡلَمُ الۡغَيۡبَ لَاسۡتَكۡثَرۡتُ مِنَ الۡخَيۡرِ ۖ ​ۛۚ وَمَا مَسَّنِىَ السُّۤوۡءُ​ ​ۛۚ اِنۡ اَنَا اِلَّا نَذِيۡرٌ وَّبَشِيۡرٌ لِّقَوۡمٍ يُّؤۡمِنُوۡنَ
7:188. Katakanlah: “Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudaratan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang gaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudaratan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman”.

Senin, 25 Januari 2016

Makna Syahadat "لاَ إِلهَ إِلاَّاللّه"


Makna Syahadat  لاَ إِلهَ إِلاَّاللّه


Yaitu beri'tikad dan berikrar bahwasanya tidak ada yang berhak disembah dan menerima ibadah kecuali Allah Subhanahu Wa Ta'ala, menta'ati hal tersebut dan mengamalkannya. Laa ilaaha menafikan hak penyembahan dari selain Allah, siapapun orangnya. Illallah adalah penetapan hak Allah semata untuk disembah.


Jadi makna kalimat ini secara ijmal (global) adalah, "Tidak ada sesembahan yang hak selain Allah".

Kalimat "Laa ilaaha illallah" telah ditafsiri dengan beberapa penafsiran yang batil, antara lain:

[1]. "Laa ilaaha illallah" artinya:
"Tidak ada sesembahan kecuali Allah", Ini adalah batil, karena maknanya: Sesungguhnya setiap yang disembah, baik yang hak maupun yang batil, itu adalah Allah.

Syaikh Shalih bin Fauzan hafidzahullah mengatakan : “Ada pun menerjemahkan “laa ilaaha illallah” dengan “tidak ada sesembahan selain Allah” maka terjemahan semacam ini mengandung makna yang batil karena berkonsekwensi menjadikan semua yang diibadahi oleh manusia sebagai Allah. Dengan demikian, berarti berhala, kuburan, bintang, dan semacamnya adalah Allah. Ini adalah kesalahan yang fatal”. [I’anatul Mustafid]

[2]. "Laa ilaaha illallah" artinya:
"Tidak ada pencipta selain Allah" . Ini adalah sebagian dari arti kalimat tersebut. Akan tetapi bukan ini yang dimaksud, karena arti ini hanya mengakui tauhid rububiyah saja, dan itu belum cukup.

[3]. "Laa ilaaha illallah" artinya:
"Tidak ada hakim (penentu hukum) selain Allah". Ini juga sebagian dari makna kalimat . Tapi bukan itu yang dimaksud, karena makna tersebut belum cukup

Semua tafsiran di atas adalah batil atau kurang. Kami peringatkan di sini karena tafsir-tafsir itu ada dalam kitab-kitab yang banyak beredar. Sedangkan tafsir yang benar menurut salaf dan para muhaqqiq (ulama peneliti), tidak ada sesembahan yang hak selain Allah.

Memaknai Laa ilaaha illallah dengan makna “tiada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah semata” sejalan dengan Al Qur’an.

Allah berfirman dalam Surah Luqman(31) ayat 30:


ذٰ لِكَ بِاَنَّ اللّٰهَ هُوَ الۡحَقُّ وَاَنَّ مَا يَدۡعُوۡنَ مِنۡ دُوۡنِهِ الۡبَاطِلُ ۙ وَاَنَّ اللّٰهَ هُوَ الۡعَلِىُّ الۡكَبِيۡرُ‏
(31:30)“Demikianlah, sungguh Allah adalah yang benar dan yang mereka ibadahi dari selain Allah adalah bathil. Dan sesungguhnya Allah Maha Tinggi dan Maha Agung” 


Rukun "Laa ilaaha illallah"

Laa ilaaha illallah mempunyai dua rukun:

1. An-Nafyu atau peniadaan: "Laa ilaha" membatalkan syirik dengan segala bentuknya dan mewajibkan kekafiran terhadap segala apa yang disembah selain Allah.

2. Al-Itsbat (penetapan): "illallah" menetapkan bahwa tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah dan mewajibkan pengamalan sesuai dengan konsekwensinya.

Makna dua rukun ini banyak disebut dalam ayat Al-Qur'an, seperti firman Allah Subhanahu wa Ta'ala

Surah Al-Baqarah(2) ayat 256:


لَاۤ اِكۡرَاهَ فِى الدِّيۡنِ​ۙ  قَد تَّبَيَّنَ الرُّشۡدُ مِنَ الۡغَىِّ​ۚ فَمَنۡ يَّكۡفُرۡ بِالطَّاغُوۡتِ وَيُؤۡمِنۡۢ بِاللّٰهِ فَقَدِ اسۡتَمۡسَكَ بِالۡعُرۡوَةِ الۡوُثۡقٰى لَا انْفِصَامَ لَهَا​​ ؕ وَاللّٰهُ سَمِيۡعٌ عَلِيۡمٌ‏
(2:256)“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui

Firman Allah, "siapa yang ingkar kepada thaghut" itu adalah makna dari "Laa ilaha" rukun yang pertama. Sedangkan firman Allah, "dan beriman kepada Allah" adalah makna dari rukun kedua, "illallah". Begitu pula firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala kepada Nabi Ibrahim alaihis salam :


Surah Az-Zukhruf(43) ayat 26-27:
وَاِذۡ قَالَ اِبۡرٰهِيۡمُ لِاَبِيۡهِ وَقَوۡمِهٖۤ اِنَّنِىۡ بَرَآءٌ مِّمَّا تَعۡبُدُوۡنَۙ‏
(43::26)“Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: “Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab (berlepas diri) terhadap apa yang kamu sembah
اِلَّا الَّذِىۡ فَطَرَنِىۡ فَاِنَّهٗ سَيَهۡدِيۡنِ‏
(43::27) tetapi (aku menyembah) Tuhan Yang menciptakanku; karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku“.

Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala , "Sesungguhnya aku berlepas diri" ini adalah makna nafyu (peniadaan) dalam rukun pertama. Sedangkan perkataan, "Tetapi (aku menyembah) Tuhan yang menjadikanku", adalah makna itsbat (penetapan) pada rukun kedua.

Syarat-syarat "Laa ilaha illallah"

Syahadat adalah kunci masuk jannah. Namun sebagai kunci tidak bisa digunakan untuk membuka pintu kecuali bila mempunyai gerigi tertentu.  Syarat-syarat syahadat ibarat gerigi kunci, apabila syarat itu tidak dipenuhi maka bagaimana mungkin orang yang mengucapkan masuk jannah.
 

Wahhab bin Munabbih radhiyallau 'anhu pernah ditanya, : "Bukanlah syahadat Laailaha Illah   merupakan kunci jannah? Beliau menjawab, "Benar, tetapi tidak ada kunci kecuali pasti ia memiliki gigi-gigi. Apabila engkau datang dengan kunci yang ada gigi-giginya maka jannah akan dibuka bagimu, kalau tidak maka ia akan dtutup bagimu.

(Diriwayatkan oleh Bukhori)


Bersaksi dengan laa ilaaha illallah harus dengan tujuh syarat. Tanpa syarat-syarat itu syahadat tidak akan bermanfaat bagi yang mengucapkannya. Secara global tujuh syarat itu adalah:

1. 'Ilmu, yang menafikan jahl (kebodohan).
2. Yaqin (yakin), yang menafikan syak (keraguan).
3. Qabul (menerima), yang menafikan radd (penolakan).
4. Inqiyad (patuh), yang menafikan tark (meninggalkan).
5. Ikhlash, yang menafikan syirik.
6. Shidq (jujur), yang menafikan kadzib (dusta).
7. Mahabbah (kecintaan), yang menafikan baghdha' (kebencian).

Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:
Syarat Pertama: 'Ilmu (Mengetahui)

Mengetahui maknanya yaitu apa-apa yang dinafikan dan yang ditetapkannya.

Allah Ta'ala berfirman Surah Muhammad(47) ayat 19:

فَاعۡلَمۡ اَنَّهٗ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ وَاسۡتَغۡفِرۡ لِذَنۡۢبِكَ وَلِلۡمُؤۡمِنِيۡنَ وَ الۡمُؤۡمِنٰتِ​ ؕ وَاللّٰهُ يَعۡلَمُ مُتَقَلَّبَكُمۡ وَمَثۡوٰٮكُمۡ‏
47:19. Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Hak) melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat tinggalmu.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam Surah Az-Zukhruf(43) ayat 86:
وَلَا يَمۡلِكُ الَّذِيۡنَ يَدۡعُوۡنَ مِنۡ دُوۡنِهِ الشَّفَاعَةَ اِلَّا مَنۡ شَهِدَ بِالۡحَـقِّ وَهُمۡ يَعۡلَمُوۡنَ‏
43:86. Dan sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memberi syafaat; akan tetapi (orang yang dapat memberi syafaat ialah) orang yang mengakui yang hak (tauhid) dan mereka meyakini (nya).
 


Rasullullah Shalallahu 'Alaihi Wa sallam bersabda:

Barang siapa meninggal sedang ia mengetahui bahwa tidak ada ilah kecuali Allah, maka ia kan masuk jannah


(HR. Muslim)


Syarat Kedua: Yaqin (yakin)

Orang yang mengikrarkannya harus meyakini kandungan syahadat itu, manakala ia meragukannya maka sia-sia belaka persaksian itu.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman ldalam Surah Al-Hujurat(49) ayat 15:


اِنَّمَا الۡمُؤۡمِنُوۡنَ الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا بِاللّٰهِ وَرَسُوۡلِهٖ ثُمَّ لَمۡ يَرۡتَابُوۡا وَجَاهَدُوۡا بِاَمۡوَالِهِمۡ وَاَنۡفُسِهِمۡ فِىۡ سَبِيۡلِ اللّٰهِ​ ؕ اُولٰٓٮِٕكَ هُمُ الصّٰدِقُوۡنَ‏
49:15. Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar.

 

Rasullullah Shallallahu 'Alaihi Wa sallam bersabda:

Saya bersaksi bahwa tida ada ilah kecuali Allah dan sesungguhnya aku adalah RsulNya. Tidaklah seorang hamba menjumpai Allah dengan kedua kalimat tadi tanpa keraguan di dalamnya kecuali past masuk jannah.


(HR. Muslim)


Kalau ia ragu maka ia menjadi munafik. Nabi Shallallahu 'Aaihi Wa sallam bersabda:

" Siapa yang engkau temui di balik tembok (kebon) ini, yang menyaksikan bahwa tiada ilah selain Allah dengan hati yang meyakininya, maka berilah kabar gembira dengan (balasan) Surga."

[HR. Al-Bukhari]


Syarat Ketiga: Qabul (menerima)

Menerima kandungan dan konsekwensi dari syahadat; menyembah Allah semata dan meninggalkan ibadah kepada selainNya.

Ini seperti halnya penyembah kuburan dewasa ini. Mereka mengikrarkan laa ilaaha illallah, tetapi tidak mau meninggalkan penyembahan terhadap kuburan. Dengan demikian berarti mereka belum menerima makna laa ilaaha illallah.


Siapa yang mengucapkan, tetapi tidak menerima dan menta'ati, maka ia termasuk orang-orang yang difirmankan Allah dalam Surah Ash-Shafat: ayat 35-36:


اِنَّهُمۡ كَانُوۡۤا اِذَا قِيۡلَ لَهُمۡ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُۙ يَسۡتَكۡبِرُوۡنَۙ‏ 
37:35. Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: “Laa ilaaha illallah” (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri.


وَيَقُوۡلُوۡنَ اَٮِٕنَّا لَتٰرِكُوۡۤا اٰلِهَـتِنَا لِشَاعِرٍ مَّجۡـنُوۡنٍ ؕ‏
37:36. dan mereka berkata: “Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang penyair gila?”

Allah Ta'ala telah mengisahkan kepada kita berita masa lalu tentang keselamatan orang yang mau menerimanya dan siksaan bag orang yang menolaknya.

Surah Ash Shafat(37) ayat 35-36:

اِنَّهُمۡ كَانُوۡۤا اِذَا قِيۡلَ لَهُمۡ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُۙ يَسۡتَكۡبِرُوۡنَۙ‏ 
37:35. Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: “Laa ilaaha illallah” (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri.


وَيَقُوۡلُوۡنَ اَٮِٕنَّا لَتٰرِكُوۡۤا اٰلِهَـتِنَا لِشَاعِرٍ مَّجۡـنُوۡنٍ ؕ‏
37:36. dan mereka berkata: “Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang penyair gila?”

Menerima kandungan dan konsekwensi dari syahadat; menyembah Allah semata dan meninggalkan ibadah kepada selainNya.


Syarat Keempat:Inqiyaad
(Tunduk dan Patuh dengan kandungan Makna Syahadat).


Tunduk dan patuh dengan memenuhi hak-haknya, yaitu dengan menjalankan perintah-perintah Allah Subhana Wa Ta'ala tanpa sedikitpun keberatan.

Surah Az Zumar(39) ayat 54:

وَاَنِيۡبُوۡۤا اِلٰى رَبِّكُمۡ وَاَسۡلِمُوۡا لَهٗ مِنۡ قَبۡلِ اَنۡ يَّاۡتِيَكُمُ الۡعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنۡصَرُوۡنَ‏
39:54. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).


Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam Surah Luqman(31) ayat 22: 



وَمَنۡ يُّسۡلِمۡ وَجۡهَهٗۤ اِلَى اللّٰهِ وَهُوَ مُحۡسِنٌ فَقَدِ اسۡتَمۡسَكَ بِالۡعُرۡوَةِ الۡوُثۡقٰى​ؕ وَاِلَى اللّٰهِ عَاقِبَةُ الۡاُمُوۡرِ‏
31:22. Dan barang siapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan.
Al-'Urwatul-wutsqa adalah laa ilaaha illallah. Dan makna yuslim wajhahu adalah yanqadu (patuh, pasrah).


Rasulullah bersabada:

"Tidak sempurna iman seseorang dari kalian sampai hawa nafsunya tunduk(mengikuti) apa-apa yang telah aku sampaikan"


(HR. Nawawy dan berkat hadist hasan shohih kami riwayatkan al hujjaah dengan sanad shohih)



Syarat Kelima: Shidq (jujur)
 
Surah Al Ankabut(29) ayat 2-3:


اَحَسِبَ النَّاسُ اَنۡ يُّتۡرَكُوۡۤا اَنۡ يَّقُوۡلُوۡۤا اٰمَنَّا وَهُمۡ لَا يُفۡتَـنُوۡنَ‏
29:2. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?

وَلَقَدۡ فَتَـنَّا الَّذِيۡنَ مِنۡ قَبۡلِهِمۡ​ فَلَيَـعۡلَمَنَّ اللّٰهُ الَّذِيۡنَ صَدَقُوۡا وَلَيَعۡلَمَنَّ الۡكٰذِبِيۡنَ‏
29:3. Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.


Yaitu mengucapkan kalimat ini dan hatinya juga membenarkan-nya. Manakala lisannya mengucapkan, tetapi hatinya mendustakan, maka ia adalah munafik dan pendusta. 

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam Surah Al-Baqarah(2) atat  8-10:

وَمِنَ النَّاسِ مَنۡ يَّقُوۡلُ اٰمَنَّا بِاللّٰهِ وَبِالۡيَوۡمِ الۡاٰخِرِ وَمَا هُمۡ بِمُؤۡمِنِيۡنَ​ۘ‏
2:8. Di antara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian”, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.


يُخٰدِعُوۡنَ اللّٰهَ وَالَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا ​ۚ وَمَا يَخۡدَعُوۡنَ اِلَّاۤ اَنۡفُسَهُمۡ وَمَا يَشۡعُرُوۡنَؕ‏ 
2:9. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, pada hal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.


  فِىۡ قُلُوۡبِهِمۡ مَّرَضٌۙ فَزَادَهُمُ اللّٰهُ مَرَضًا ​ۚ وَّلَهُمۡ عَذَابٌ اَلِيۡمٌبِمَا كَانُوۡا يَكۡذِبُوۡنَ
2:10. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.

Syarat Keenam: Ikhlas.

Dengan  cara membersihkan amal dan niat dari semua hal yang membawa kemusyrikan. 

Allah Ta'ala berfirman: Surah Al Bayyinah(98) ayat 5:



وَمَاۤ اُمِرُوۡۤا اِلَّا لِيَعۡبُدُوا اللّٰهَ مُخۡلِصِيۡنَ لَـهُ الدِّيۡنَ  ۙ حُنَفَآءَ وَيُقِيۡمُوا الصَّلٰوةَ وَيُؤۡتُوا الزَّكٰوةَ​ وَذٰلِكَ دِيۡنُ الۡقَيِّمَةِ ؕ‏
98:5. Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.


Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu,  Rasullullah Shallallahu 'Alaihi Wa sallam bersabda:

" Manusia yang paling beruntung mendapatkan syafaatku pada hari kiamat adalah yang menyatakan Laa ilaaha illallah dengan dengan ikhlas dari hati dan jiwa"


(Bukhori)


"Sesungguhnya Allah mengharamkan Neraka bagi siapa saja yang mengucapkan laa ilaaha illalah demi mencaro ridha Allah semata."

[HR. Muslim]



Syarat Ketujuh: Mahabbah (Kecintaan). 
 
Cinta terhadap kalimat tauhid ini dan apa-apa yang menjadi tuntutannya serta cinta terhadap orang-orang yang beriltizam serta memenuhi syarat-syaratnya, juga dengan membenci hal-hal yang membatalkannya.


Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman dalam Surah Al-Baqarah(2) ayat 165:


  وَمِنَ النَّاسِ مَنۡ يَّتَّخِذُ مِنۡ دُوۡنِ اللّٰهِ اَنۡدَادًا يُّحِبُّوۡنَهُمۡ كَحُبِّ اللّٰهِؕ وَالَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡٓا اَشَدُّ حُبًّا لِّلّٰهِ ؕ وَلَوۡ يَرَى الَّذِيۡنَ ظَلَمُوۡٓا اِذۡ يَرَوۡنَ الۡعَذَابَۙ اَنَّ الۡقُوَّةَ لِلّٰهِ جَمِيۡعًا ۙ وَّاَنَّ اللّٰهَ شَدِيۡدُ الۡعَذَابِ‏
2:165. Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat lalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).

Maka ahli tauhid mencintai Allah dengan cinta yang tulus bersih. Sedangkan ahli syirik mencintai Allah dan mencintai yang lainnya. Hal ini sangat bertentangan dengan isi kandungan laa ilaaha illallah

Tiga hal barang siapa yang memilikinya mendapat manisnya iman. Hendaklah Allah dan rasul-Nya lebi ia cintai dari pada selainnya, Hendaklah mencintai seseorang karena Allah, hendaklah ia benci kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkan dirinya, sebagaimanadirinya benci kalai ia dilemparkan kedalam neraka.

(HR. Bukhari dan Muslim)



Konsekwensi "Laa ilaha illallah"

Yaitu meninggalkan ibadah kepada selain Allah dari segala macam yang dipertuhankan sebagai keharusan dari peniadaan laa ilaaha illallah . Dan beribadah kepada Allah semata tanpa syirik sedikit pun, sebagai keharusan dari penetapan illallah.

Banyak orang yang mengikrarkan tetapi melanggar konsekwensinya. Sehingga mereka menetapkan ketuhanan yang sudah dinafikan, baik berupa para makhluk, kuburan, pepohonan, bebatuan serta para thaghut lainnya.

Mereka berkeyakinan bahwa tauhid adalah bid'ah. Mereka menolak para da'i yang mengajak kepada tauhid dan mencela orang yang beribadah hanya kepada Allah semata. 

.DR. Sholah Fauzan berkata, konsekwensi syahadat adalah:

1. Beribadah hanya kepada Allah Subhana Wa Ta'ala dan mengkufuri peribadatan kepada selain-Nya. Karena ini adalah merupakan tujuan utama yang terkandung dalam kalimat ini.


2. Menerima syariat Allah Subhana Wa Ta'ala dalam ibadah Mu'amalah, halal dan haram.


3. Menolak syariat selain-Nya.


Surah Al maidah(5) ayat 44:


اِنَّاۤ اَنۡزَلۡنَا التَّوۡرٰٮةَ فِيۡهَا هُدًى وَّنُوۡرٌ​ ۚ يَحۡكُمُ بِهَا النَّبِيُّوۡنَ الَّذِيۡنَ اَسۡلَمُوۡا لِلَّذِيۡنَ هَادُوۡا وَ الرَّبَّانِيُّوۡنَ وَالۡاَحۡبَارُ بِمَا اسۡتُحۡفِظُوۡا مِنۡ كِتٰبِ اللّٰهِ وَكَانُوۡا عَلَيۡهِ شُهَدَآءَ​​ ۚ فَلَا تَخۡشَوُا النَّاسَ وَاخۡشَوۡنِ وَلَا تَشۡتَرُوۡا بِاٰيٰتِىۡ ثَمَنًا قَلِيۡلًا​ ؕ وَمَنۡ لَّمۡ يَحۡكُمۡ بِمَاۤ اَنۡزَلَ اللّٰهُ فَاُولٰٓٮِٕكَ هُمُ الۡكٰفِرُوۡنَ‏ 
5:44. Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku.  Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barang siapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.


4. Menolak seluruh bid'ah dan khurafat terhadap Allah Subhana Wa Ta'ala.

Surah Asy Syura(42) ayat 21:


اَمۡ لَهُمۡ شُرَكٰٓؤُا شَرَعُوۡا لَهُمۡ مِّنَ الدِّيۡنِ مَا لَمۡ يَاۡذَنۡۢ بِهِ اللّٰهُ​ؕ وَلَوۡلَا كَلِمَةُ الۡفَصۡلِ لَقُضِىَ بَيۡنَهُمۡ​ؕ وَاِنَّ الظّٰلِمِيۡنَ لَهُمۡ عَذَابٌ اَلِيۡمٌ‏
42:21. Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah? Sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang lalim itu akan memperoleh azab yang amat pedih.


5. Menolak tahil(penghalalan) dan thrim(pengharaman) selain Allah Ta'ala.

Surah At Taubah (9) ayat 31:



اِتَّخَذُوۡۤا اَحۡبَارَهُمۡ وَرُهۡبَانَهُمۡ اَرۡبَابًا مِّنۡ دُوۡنِ اللّٰهِ وَالۡمَسِيۡحَ ابۡنَ مَرۡيَمَ​ ۚ وَمَاۤ اُمِرُوۡۤا اِلَّا لِيَـعۡبُدُوۡۤا اِلٰهًا وَّاحِدًا​ ۚ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ​ ؕ سُبۡحٰنَهٗ عَمَّا يُشۡرِكُوۡنَ‏
9:31. Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putra Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.


Didalam hadist shohih disebutkan: Nabi Muhamad Shallallahu 'Alaihi Wa sallam membaca ayat ini kepada Adi bin Hatim At Tho'iy radhyallaahu 'anhu, maka ia berkata, waha Rasulullah...? "kami tidak mengibadahi mereka.....Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa salam menjawab, "bukankah mereka(rahib-rahib) menghalalkan untuk apa-apa yang Allah haramkan maka kamu menghalalkannya, dan mereka mengharamkan untuk kamu apa-apa yang Allah halalkan maka kamu mengaramkannya.....?" Ia berkata. "Benar!" Bani Shallallaahu 'Alaihi Wa sallam menjawab, "Itulah ibada mereka."


(HR.  Tirmidziy)
 

6. Menetapkan (itsbat) Asma dan sifat Allah Ta'ala seperti yang Allah Subhana Wa Ta'ala dan Rasulullah Shallallah 'Alaihi Wa sallam tetapkan.
 
Allah Ta'ala berfirman:


Surah Al 'Araf(7) ayat 180:



وَلِلّٰهِ الۡاَسۡمَآءُ الۡحُسۡنٰى فَادۡعُوۡهُ بِهَا​ وَذَرُوا الَّذِيۡنَ يُلۡحِدُوۡنَ فِىۡۤ اَسۡمَآٮِٕهٖ​ ؕ سَيُجۡزَوۡنَ مَا كَانُوۡا يَعۡمَلُوۡنَ‏
7:180. Hanya milik Allah asmaulhusna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaaulhusna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.

Imam Syafi' berkata, " Allah Subhana Wa Ta'ala memiliki asma' dan sifat yang disebutkan dalam kitbaNya dan diberitakan oleh Nabi-Nya kepada umatnya. Tidak seorangpun dapat menolak hujjah yang ada dihadapannya karena Al Quran telah datang membawa hujjah tersebut dan Rasullullah Nabi Shallallaahu 'Alaihi Wa sallam juga menyebutkannya dalam hadits shahih. Maka barang siapa mengingkari setelah datangnya hujjah tersebut, maka dimaafkan karena kejahilan atau kebodohannya, karena pengetahuan tentang masalah tersebut tidak dapat dijangkau oleh akal budi atau pemikirannya..."

   





Minggu, 24 Januari 2016

MAKNA إِلاَّ~illa DI DALAM KALIMAT SYAHADAT



Setelah mempelajari rukun syahadat yang pertama yaitu rukun اَلنَّفْي ~an-nafyu(penolakan) yang terdapat dalam kata أَنْ لاَ ~anla dalam kalimat syahadat, maka berikutnya adalah pembahasan rukun syahadat yang kedua yaitu الإِثْبَات~al itsbaat(penetapan) yang terdapat dalam kata إِلاَّ~illa pada kalimat syahadat.

Artinya selain seorang muslim yang sudah bersyahadat wajib melakukan penolakan terhadap hal-hal yang harus ditolak didalam kehidupannya, maka ia juga harus memahami bahwa iapun harus melakukan penetapan terhadap hal-hal yang sudah harus tetap didalam kehidupannya, tidak boleh lagi bergeser atau masih salah didalam menetapkan ataupun melakukannya, adapun hal-hal yang wajib ditetapkan didalam kehidupan seorang muslim yang sudah bersyahadat adalah:

Maksud, niat dan kehendak

Bagi seorang muslim yang sudah bersyahadat, maka harus sudah tetap didalam dirinya tentang segala maksud, niat dan kehendak didalam melakukan setiap aktifitas yang dikerjakannya, tidak boleh masih ada niat-niat atau maksud yang salah atau tidak jelas orientasinya. Sebagaimana Allah menjelaskan dalam ayatNya:



Surah Al An'aam(6) ayat 162-163:
قُلۡ اِنَّ صَلَاتِىۡ وَنُسُكِىۡ وَ مَحۡيَاىَ وَمَمَاتِىۡ لِلّٰهِ رَبِّ الۡعٰلَمِيۡنَۙ‏ 
6:162. Katakanlah: “Sesungguhnya salat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam,
لَا شَرِيۡكَ لَهٗ​ۚ وَبِذٰلِكَ اُمِرۡتُ وَاَنَا اَوَّلُ الۡمُسۡلِمِيۡنَ‏
6:163. tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)”.


Didalam ayat tersebut manusia diperintahkan untuk menetapkan segala niat, maksud dan kehendak didalam setiap aktifitasnya yang menyangkut shalat, ibadah, hidup, dan matinya adalah hanya untuk Allah Subhana Wa Ta'ala. Tidak boleh ada niat atau orientasi lain dalam hatinya dalam melakukan hal-hal tersebut kecuali karena Allah Subhana Wa Ta'ala. Ketika seseorang masih salah dalam perkara menetapkan niat atau orientasi dalam aktifitasnya maka hal tersebut jelas akan merusak nilai syahadat yang telah diucapkannya, karena tanpa sadar ia akan terjebak melakukan شِرْك الْنِيَةِ~syirkul niat(Syirik Niat) dalam kehidupannya, yang dampaknya akan menghapuskan amal-amal yang telah  dikerjakannya karena dosa syirik.


Surah Az-Zumar(39) ayat 65:

وَلَـقَدۡ اُوۡحِىَ اِلَيۡكَ وَاِلَى الَّذِيۡنَ مِنۡ قَبۡلِكَ​ۚ لَٮِٕنۡ اَشۡرَكۡتَ لَيَحۡبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُوۡنَنَّ مِنَ الۡخٰسِرِيۡنَ‏
39:65. Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: “Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.


Untuk dapat membuktikan betulkah setiap akifitas yang telah dilakukan dilaksanakan  semata-mata karena Allah Subhana Wa Ta'ala?  Maka hal itu dapat dilihat dari bagaimana cara seseorang didalam melaksanakan aktifitasnya tersebut. Kalau benar seseorang melakukan sholatnya dilaksanakan karena Allah Subhana Wa Ta'ala, maka pastilah sholatnya tersebut akan dilaksanakan sebaik mungkin, berusaha dilakukan diawal waktu, dengan berjamaah, melaksanakan sholat dengah penuh penghayatan, dan memperhatikan sunnah-sunnah Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa sallam dalam  pelaksanaan shalatnya, dan berusaha menjadikan shalatnya sebagai sarana tarbiyah(pendidikan) bagi dirinya. Tetapi seseorang tidak dianggap melaksanakan sholatnya  karena Allah Subhana Wa Ta'ala, ketika tanpa alasan yang jelas suka menunda-nunda melaksanakan shalat hingga akhir waktu shalatnya akan tiba, dan shalatnya dilakukan dengan terburu-buru tanpa disertai tuma'ninah, ia melaksanakan shalat hanya untuk mengugurkan kewajiban tanpa memperhatikan nilai dan kwalitas dari shalatnya, maka shalat seperti itu tidak dapat dikatakan dilaksanaksanakan karena Allah Subhana Wa Ta'ala tetapi karena hawa nafsunya yang mengarahkan dirinya untuk melaksanakan shalat seperti itu.



Surah Al Bayyinah(98) ayat 5:

وَمَاۤ اُمِرُوۡۤا اِلَّا لِيَعۡبُدُوا اللّٰهَ مُخۡلِصِيۡنَ لَـهُ الدِّيۡنَ  ۙ حُنَفَآءَ وَيُقِيۡمُوا الصَّلٰوةَ وَيُؤۡتُوا الزَّكٰوةَ​ وَذٰلِكَ دِيۡنُ الۡقَيِّمَةِ ؕ‏
98:5. Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus*, dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.

Catatan Kaki:
agama dengan lurus
*: lurus berarti jauh dari syirik(mempersekutukan Allah) dan jauh dari kesesatan,

 


Dari amirul mukminin Abu Hafsh, Umar bin Khattab, ia berkata:"Aku mendengar Rasulullah Shalalallahu 'Alaihi Wa sallam bersabda:

"Segala amal tergatung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan apa yang dia niatkan"

(HR. Bukhori dan Muslim)


Dari Jundab bin Abdullah radhiyallahu 'anhu berkata: "Nabi Shalallahu 'Alaihi Wa sallam bersabda":

"Barang siapa yang berbuat kebaikan dengan niat supaya didengar oleh orang lain, niscaya Allah akan membuat orang lain mendengarnya(dan hanya itulah balasannya). barang siapa berbuat kebaikan agar dilihat orang lain niscaya Allah akan menjadikan orang lain melihat(hanya itulah balasannya)".
 

(HR. Bukhori dan Muslm) 


Surah An-Nisa'(4) ayat 142-143:

اِنَّ الۡمُنٰفِقِيۡنَ يُخٰدِعُوۡنَ اللّٰهَ وَهُوَ خَادِعُوْهُمۡ​ ۚ وَاِذَا قَامُوۡۤا اِلَى الصَّلٰوةِ قَامُوۡا كُسَالٰى ۙ يُرَآءُوۡنَ النَّاسَ وَلَا يَذۡكُرُوۡنَ اللّٰهَ اِلَّا قَلِيۡلًا ‏
4:142. Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka*. Dan apabila mereka berdiri untuk salat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya* (dengan salat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali*.

مُّذَبۡذَبِيۡنَ بَيۡنَ ​ ۖ ذٰ لِكَ لَاۤ اِلٰى هٰٓؤُلَاۤءِ وَلَاۤ اِلٰى هٰٓؤُلَاۤءِ​ ؕ وَمَنۡ يُّضۡلِلِ اللّٰهُ فَلَنۡ تَجِدَ لَهٗ سَبِيۡلًا‏
4:143. Mereka dalam keadaan ragu-ragu antara yang demikian (iman atau kafir): tidak masuk kepada golongan ini (orang-orang beriman) dan tidak (pula) kepada golongan itu (orang-orang kafir). Barang siapa yang disesatkan Allah, maka kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan (untuk memberi petunjuk) baginya.

Catatan Kaki:
Allah akan membalas tipuan mereka*: maksudnya, Allah membiarkan mereka dalam pengakuan beriman, sebab itu mereka dilayani sebagai melayani para mukmin dalam pada itu Allah telah menyediakan neraka buat mereka sebagai pembalasan tipuan mereka itu.
Mereka bermaksud riya*: Riya ialah melakukan sesuatu amal tidak untuk keridhaan Allah tetapi untuk mencari pujian atau popularitas di masyarakat. 

tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali*: maksudnya mereka sembahyang hanyalah sekali-sekali saja yaitu bila mereka berada dihadapan orang.


Dari abu Hurairah radhiyallahu 'anh dia berkata dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:"Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa sallam bersabda:

"Orang yang pertama kali diadili adalah yang zhahirnya mati syahid.... orang yang mempelajari ilmu Islam dan mengajarkannya kepada orang lain dan selalu membaca Al Qur'an... orang yang diberi kekayaan melimpah oleh Allah yang digunakan untuk banyak bershadaqah...namun semua amal mereka ditolak karena ada salah dalam perkara niat"

Dari Abu Dzar radhiyallahu 'anhu, ia berkata:"Pernah ada seseorang bertanya kepada Rasulullah Shalallu 'Alaihi Wa sallam:

"Bagaimana tentang orang yang berbuat baik kalau ada orang yang memujinya(padahal niatnya ikhlas)? Rasul menjawab: itu kegembiraan awal bagi seorang muslim"
(HR. Muslim)


Diantara pengertian ikhlas adalah sebagai mana yang diterangkan Kitabullah yaitu tidak ada yang diharap dari amal yang dikerjakanya kecuali Ridho Allah Subhana Wa Ta'ala: 



Surah Al Insan(76) ayat 9-10:

اِنَّمَا نُطۡعِمُكُمۡ لِـوَجۡهِ اللّٰهِ لَا نُرِيۡدُ مِنۡكُمۡ جَزَآءً وَّلَا شُكُوۡرًا‏
76:9. Sesungguhnya Kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.
اِنَّا نَخَافُ مِنۡ رَّبِّنَا يَوۡمًا عَبُوۡسًا قَمۡطَرِيۡرًا‏
76:10. Sesungguhnya Kami takut akan (azab) Tuhan kami pada suatu hari yang (di hari itu) orang-orang bermuka masam penuh kesulitan.


Niat yang ikhlas adalah satu-satu dari syarat diterimanya amal ibadah, selain amalnya harus dikerjakan dengan benar sesuai tuntunan Rasulullah Shalallah 'Alaihi Wa sallam:
 


Surah Al Kahfi(18) ayat 110:

قُلۡ اِنَّمَاۤ اَنَا بَشَرٌ مِّثۡلُكُمۡ يُوۡحٰٓى اِلَىَّ اَنَّمَاۤ اِلٰهُكُمۡ اِلٰـهٌ وَّاحِدٌ​  ۚ فَمَنۡ كَانَ يَرۡجُوۡالِقَآءَ رَبِّهٖ فَلۡيَـعۡمَلۡ عَمَلًا صَالِحًـاوَّلَايُشۡرِكۡ بِعِبَادَةِ رَبِّهٖۤ اَحَدًا‏
18:110. Katakanlah: “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa”. Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya”.


Dan niat yang ikhlas juga merupakan benteng bagi seseorang untuk bertahan dari godaan syaithan,



 Surah Al Hijr(15) ayat 39-40:

قَالَ رَبِّ بِمَاۤ اَغۡوَيۡتَنِىۡ لَاُزَيِّنَنَّ لَهُمۡ فِى الۡاَرۡضِ وَلَاُغۡوِيَـنَّهُمۡ اَجۡمَعِيۡنَۙ
15:39. Iblis berkata: “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya,

اِلَّا عِبَادَكَ مِنۡهُمُ الۡمُخۡلَصِيۡنَ

15:40. kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis* di antara mereka”.

Catatan Kaki:
mukhlis*: yang dimaksud dengan mukhlis ialah orang-orang yang telah diberi taufiq untuk  menta'ati segala petunjuk dan perintah Allah Subhana Wa Ta'ala


Pengagungan dan kecintaan

Bahwa seseorang yang sudah bersyahadat maka dia juga sudah harus mengerti kemana dia mengarahkan pengagungan  dan kecintaannya. Sehingga tidak boleh lagi ada  pengagungan dan kecintaan kepada selain Allah Subhana Wa Ta'ala dalam kehidupannya. Pengagungan dan kecintaannya sudah harus tetap hanya diberikan kepada Allah Subhana Wa Ta'ala semata.

Karena dengan pengagungan dan kecintaan yang hanya diberikan kepada Allah Subhana Wa Ta'ala, kita dapat mewarnai orang lain dengan nilai-nilai tersebut, agar mereka juga mengarahkan pengagungan dan kecintaannya dengan benar.


Surah Al Fath(48) ayat 26:


اِذۡ جَعَلَ الَّذِيۡنَ كَفَرُوۡا فِىۡ قُلُوۡبِهِمُ الۡحَمِيَّةَ حَمِيَّةَ الۡجَـاهِلِيَّةِ فَاَنۡزَلَ اللّٰهُ سَكِيۡنَـتَهٗ عَلٰى رَسُوۡلِهٖ وَعَلَى الۡمُؤۡمِنِيۡنَ وَاَلۡزَمَهُمۡ كَلِمَةَ التَّقۡوٰى وَ كَانُوۡۤا اَحَقَّ بِهَا وَاَهۡلَهَا​ؕ وَكَانَ اللّٰهُ بِكُلِّ شَىۡءٍ عَلِيۡمًا‏

48:26. Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan jahiliyah lalu Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang mukmin dan Allah mewajibkan kepada mereka kalimat takwa* dan adalah mereka berhak dengan kalimat takwa itu dan patut memilikinya. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Catatan Kaki:
kalimat takwa*: ialah kalimat tauhid dan memurnikan ketaatan kepada Allah.

Didalam ayat tersebut diceritakan bagaimana orang kafir merasa bangga akan nilai-nilai jahiliyah yang mereka miliki. Tetapi justru Allah Subhana Wa Ta'ala menurunkan ketenangan pada hati orang yang beriman kepada Allah Subhana Wa Ta'ala dan RasulNya. Dan mereka tidak terpengaruh sama sekali dengan nilai-nilai jahiliyah tersebut karena ketaqwaan mereka kepada Allah Subhana Wa Ta'ala.  Yang dimaksud dengan kesombongan jahiliyah adalah penolakan kaum kafir untuk mengikrarkan syahadat karena merasa bangga dengan keyakinan jahiliyah yang ada pada diri mereka. Adapun yang dimaksud dengan kalimat taqwa adalah kalimat syahadat yang kaum muslimin lebih berhak untuk memilikinya dari pada keyakinan-keyakinan jahiliyah.

Sebagaimana kita saksikan dalam realita kehidupan hari ini, kaum muslimin banyak yang mencontoh gaya hidup kaum kafir. Padahal sudah jelas Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa sallam bersabda dalam haditsnya: yaitu barang siapa yang sengaja meniru-niru suatu kaum, maka ia termasuk bagian kaum tersebut.

Seharusnya sikap kaum muslimin merasa bangga dan cinta akan syariat atau nilai-nilai Islam yang ada pada dirinya. Karakter umat terbaik yang dibanggakan oleh Allah Subhana Wa Ta'ala sebagaimana yang dijelaskan didalam Kitabullah adalah siap  menerima berbagai akibat atau tekanan sebagai   dampak dari mempertahankan keyakinan yang mereka miliki. Karena kecintaan dan kebanggaannya kepada Islam begitu besar, maka mereka siap untuk menghadapi berbagai macam ujian dan pressure yang akan terjadi didalam kehidupannya.
 


Al Maidah(5) ayat 54:

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا مَنۡ يَّرۡتَدَّ مِنۡكُمۡ عَنۡ دِيۡـنِهٖ فَسَوۡفَ يَاۡتِى اللّٰهُ بِقَوۡمٍ يُّحِبُّهُمۡ وَيُحِبُّوۡنَهٗۤ ۙ اَذِلَّةٍ عَلَى الۡمُؤۡمِنِيۡنَ اَعِزَّةٍ عَلَى الۡكٰفِرِيۡنَ يُجَاهِدُوۡنَ فِىۡ سَبِيۡلِ اللّٰهِ وَلَا يَخَافُوۡنَ لَوۡمَةَ لَاۤٮِٕمٍ​ ؕ ذٰ لِكَ فَضۡلُ اللّٰهِ يُؤۡتِيۡهِ مَنۡ يَّشَآءُ​ ؕ وَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيۡمٌ‏
5:54. Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.


Didalam ayat tersebut dijelaskan tentang sebab hukum yang dapat mengakibatkan seseorang dapat menjadi murtad dari agama Allah Subhana Wa Ta'ala, yaitu ketika mereka memiliki sikap :

1. Lebih berpihak kepada Yahudi dan Nasrani, dengan membela dan mendukungnya, serta menjadikan mereka sebagai pimpinan dalam kehidupannya.
2.  Lebih mencintai dunia dari pada akhirat.


Sehingga mereka dihukumi murtad dalam ayat tersebut ketika mereka menjadi kaki tangan(teman setia) Yahudi dan Nasrani, sebagaimana dijelaskan dalam ayat-ayat sebelumnya.

Karakter dari kaum yang dibanggakan oleh Allah Subhana Wa Ta'ala karena akan menggantikan kaum sebelumnya yang telah murtad adalah :

1. Allah Subhana Wa Ta'ala mencintai mereka dan merekapun memiliki sifat cinta kepada Allah Subhana Wa Ta'ala.
2. Bersikap lemah lembut terhadap sesama orang beriman dan bersikap tegas keada orang orang kafir.
3. Senantiasa berjihad di jalan Allah Subhana Wa Ta'ala.
4. Tidak takut terhadap celaan orang,  yang akan mereka dapati dari orang-orag yang suka mencela mereka.



Dari sifat-sifat seperti itu adalah merupakan karunia Allah Subhana Wa Ta'ala, yang akan Allah Subhana Wa Ta'ala anugrahkan sifat-sifat baik seperti itu kepada siapa saja yang dikehendakiNya.

Cara Allah Subhana Wa Ta'ala mengganti kaum yang telah rusak imannya dengan kaum yang lebih baik kwalitas imannya adalah dengan memberikan azab secara merata kepada mereka yang rusak imannya sehingga mereka mejadi musnah sebagaimana yang terjadi terhadap ummat-ummat terdahulu, atau mereka dibiarkan hidup dalam kesesatan.



Surah Al Mujadilah (58) ayat 22:

لَا تَجِدُ قَوۡمًا يُّؤۡمِنُوۡنَ بِاللّٰهِ وَالۡيَوۡمِ الۡاٰخِرِ يُوَآدُّوۡنَ مَنۡ حَآدَّ اللّٰهَ وَرَسُوۡلَهٗ وَلَوۡ كَانُوۡۤا اٰبَآءَهُمۡ اَوۡ اَبۡنَآءَهُمۡ اَوۡ اِخۡوَانَهُمۡ اَوۡ عَشِيۡرَتَهُمۡ​ؕ اُولٰٓٮِٕكَ كَتَبَ فِىۡ قُلُوۡبِهِمُ الۡاِيۡمَانَ وَاَيَّدَهُمۡ بِرُوۡحٍ مِّنۡهُ​ ؕ وَيُدۡخِلُهُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِىۡ مِنۡ تَحۡتِهَا الۡاَنۡهٰرُ خٰلِدِيۡنَ فِيۡهَا​ ؕ رَضِىَ اللّٰهُ عَنۡهُمۡ وَرَضُوۡا عَنۡهُ​ ؕ اُولٰٓٮِٕكَ حِزۡبُ اللّٰهِ​ ؕ اَلَاۤ اِنَّ حِزۡبَ اللّٰهِ هُمُ الۡمُفۡلِحُوۡنَ‏
58:22. Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara atau pun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan* yang datang daripada-Nya. Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat) Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung.

Catatan Kaki:
dengan pertolongan*: yang dimaksud dengan pertolongan ialah kemauan bathin, kebersihan hati, kemenangan terhadap musuh dan lain-lain.

Didalam ayat tersebut diceritakan tentang kisah perang Badar. Dimana terjadi keguncangan yang hebat di antara para sahabat ketika harus menghadapi saudara-sadara kerabatnya sendiri dalam perang ini.

Orang yang memiliki iman yang benar sikapnya tidak akan membela dan tidak akan mendukung dengan orang-orang yang menentang Allah Subhana Wa Ta'ala dan RasulNya, meskipun yang melakukan penentangan adalah dari kaum kerabatnya sendiri. Sikap seperti itu bisa memancing datangnya ridho Allah Subhana Wa Ta'ala kepada kita. Jadi salah satu sebab turunya ridho Allah Subhana Wa Ta'ala adalah ketika kita memiliki sikap dan karakter yang tegas pada orang-orang  yang kafir.

Maka sikap pengagungan dan kecintaan yang jelas dalam diri seseorang akan menentukan apakah ia menjadi umat yang dibanggakn atau tdak oleh Allah Subhana Wa Ta'ala.


Surah Ali Imran(3) ayat 196-198:
لَا يَغُرَّنَّكَ تَقَلُّبُ الَّذِيۡنَ كَفَرُوۡا فِى الۡبِلَادِؕ‏
3:196. Janganlah sekali-kali kamu terperdaya oleh kebebasan orang-orang kafir bergerak* di dalam negeri.
مَتَاعٌ قَلِيۡلٌ ثُمَّ مَاۡوٰٮهُمۡ جَهَنَّمُ​ؕ وَ بِئۡسَ الۡمِهَادُ‏
3:197. Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka ialah Jahanam; dan Jahanam itu adalah tempat yang seburuk-buruknya

 لٰكِنِ الَّذِيۡنَ اتَّقَوۡا رَبَّهُمۡ لَهُمۡ جَنّٰتٌ تَجۡرِىۡ مِنۡ تَحۡتِهَا الۡاَنۡهٰرُ خٰلِدِيۡنَ فِيۡهَا نُزُلًا مِّنۡ عِنۡدِ اللّٰهِ​ؕ وَمَا عِنۡدَ اللّٰهِ خَيۡرٌ لِّلۡاَبۡرَارِ‏
3:198. Akan tetapi orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan-nya bagi mereka surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, sedang mereka kekal di dalamnya sebagai tempat tinggal (anugerah)* dari sisi Allah. Dan apa yang di sisi Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang berbakti*.

Catatan Kaki:
kebebasan orang-orang kafir bergerak*: yakni kelancaran dan kemajuan dalam perdagangan dan perusahaan mereka.
sebagai tempat tinggal (anugerah)*: yakni tempat tinggal beserta perlengkapan-perlengkapannya seperti makanan, minuman dan lain-lain.

baik bagi orang-orang yang berbakti*: maksudnya ialah penghargaan dari Allah disamping tempat tinggal beserta perlengkapan-perlengkapannya itu, adalah lebih baik daripada kesenangan duniawi yang dinikmati orang-orang kafir itu.


Seorang mukmin tdak boleh terpedaya dan terpengaruh oleh tingkah laku dan gerak gerik orang kafir. Karena tempat mereka yang kekal adalah dalam neraka Jahannam, maka barang siapa yang bertaqwa kepada Allah Subhana Wa Ta'ala maka Dia akan memberi balasan yang sepadan yaitu berupa surga. Sehingga manusia mempunyai pemahaman bahwa aqidah itu jauh lebih mahal dari dunia dan seisinya.



Surah At Taubah(9) ayat 55-56:

فَلَا تُعۡجِبۡكَ اَمۡوَالُهُمۡ وَلَاۤ اَوۡلَادُهُمۡ​ؕ اِنَّمَا يُرِيۡدُ اللّٰهُ لِيُعَذِّبَهُمۡ بِهَا فِى الۡحَيٰوةِ الدُّنۡيَا وَتَزۡهَقَ اَنۡفُسُهُمۡ وَهُمۡ كٰفِرُوۡنَ‏ 
9:55. Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir.

وَيَحۡلِفُوۡنَ بِاللّٰهِ اِنَّهُمۡ لَمِنۡكُمۡؕ وَمَا هُمۡ مِّنۡكُمۡ وَلٰـكِنَّهُمۡ قَوۡمٌ يَّفۡرَقُوۡنَ‏
9:56. Dan mereka (orang-orang munafik) bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa sesungguhnya mereka termasuk golonganmu; padahal mereka bukanlah dari golonganmu, akan tetapi mereka adalah orang-orang yang sangat takut (kepadamu).


Seluruh harta dan anak-anak yang dimiliki oleh orang kafir tidak mendatangkan kebaikan bagi mereka dalam kehidupannya dan juga pada sisi Allah Subhana Wa Ta'ala.


An Nisa'(4) ayat 138-139:

بَشِّرِ الۡمُنٰفِقِيۡنَ بِاَنَّ لَهُمۡ عَذَابًا اَلِيۡمًاۙ‏
4:138. Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih,

الَّذِيۡنَ يَتَّخِذُوۡنَ الۡـكٰفِرِيۡنَ اَوۡلِيَآءَ مِنۡ دُوۡنِ الۡمُؤۡمِنِيۡنَ​ ؕ اَيَبۡتَغُوۡنَ عِنۡدَهُمُ الۡعِزَّةَ فَاِنَّ الۡعِزَّةَ لِلّٰهِ جَمِيۡعًا ؕ‏
4:139. (yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah.


Ayat tersebut bercerita tentang hukuman yang akan didapatkan orang-orang munafiq karena mereka meninggalkan orang-orang mukmin dan lebih condong dan berpihak kepada orang-orang kafir dengan menjadikan mereka sebagai pemimpin. Padahal sudah jelas dikatakan oleh Allah Subhana Wa Ta'ala bahwa yang boleh kita jadikan sebagai pemimpin adalah orang-orang yang benar imannya dan jelas keberpihakannya pada syariat Allah Subhana Wa Ta'ala.


Al Maidah(5) ayat 55-56:


اِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللّٰهُ وَرَسُوۡلُهٗ وَالَّذِيۡنَ اٰمَنُوا الَّذِيۡنَ يُقِيۡمُوۡنَ الصَّلٰوةَ وَيُؤۡتُوۡنَ الزَّكٰوةَ وَهُمۡ رَاكِعُوۡنَ‏
5:55. Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan salat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah).
وَمَنۡ يَّتَوَلَّ اللّٰهَ وَ رَسُوۡلَهٗ وَالَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا فَاِنَّ حِزۡبَ اللّٰهِ هُمُ الۡغٰلِبُوۡنَ‏
5:56. Dan barang siapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah* itulah yang pasti menang.
Catatan Kaki:pengikut (agama) Allah*: yaitu orang-orang yang menjadikan Allah, RasulNya dan orang-orang yang beriman sebagai penolongnya.


Yang boleh menjadi wali(pemimpin, penolong atau pelindung) kaum muslimin hanyalah Allah Subhana Wa Ta'ala, Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa sallam dan orang beriman yang tunduk kepada syariat Allah Subhana Wa Ta'ala dan yang menjadi tolak ukur dalam memberikan wala'(loyalitas) pada diri kita adalah iman, bukan lagi karena hubungan kekerabatan semata, Karena siapa yang tidak memiliki iman, maka mereka tidak memiliki nilai kemuliaan yang pantas untuk dicintai dan diagungkan.


Surah Al Anfal(8) ayat 55:


اِنَّ شَرَّ الدَّوَآبِّ عِنۡدَ اللّٰهِ الَّذِيۡنَ كَفَرُوۡا فَهُمۡ لَا يُؤۡمِنُوۡنَ​ ۖ​ ۚ‏
8:55. Sesungguhnya binatang (makhluk) yang paling buruk di sisi Allah ialah orang-orang yang kafir, karena mereka itu tidak beriman.


Surah Al Bayyinah(98) ayat 6-7:


اِنَّ الَّذِيۡنَ كَفَرُوۡا مِنۡ اَهۡلِ الۡكِتٰبِ وَ الۡمُشۡرِكِيۡنَ فِىۡ نَارِ جَهَنَّمَ خٰلِدِيۡنَ فِيۡهَا ​ؕ اُولٰٓٮِٕكَ هُمۡ شَرُّ الۡبَرِيَّةِ ؕ‏
98:6. Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahanam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.
اِنَّ الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِۙ اُولٰٓٮِٕكَ هُمۡ خَيۡرُ الۡبَرِيَّةِ ؕ‏
98:7. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.


Hanya manusia yang memiliki iman saja yang memiliki kemuliaan hidup dan pantas untuk dicintai dan mendapatkan pengagungan.


Surah Al Hujurat(49) ayat 13:



يٰۤاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقۡنٰكُمۡ مِّنۡ ذَكَرٍ وَّاُنۡثٰى وَجَعَلۡنٰكُمۡ شُعُوۡبًا وَّقَبَآٮِٕلَ لِتَعَارَفُوۡا​ ؕ اِنَّ اَكۡرَمَكُمۡ عِنۡدَ اللّٰهِ اَ تۡقٰٮكُمۡ​ ؕ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيۡمٌ خَبِيۡرٌ‏
49:13. Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu.  Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.


Diantara bentuk pengagungan dan kecintaan yaitu bersikap dengan benar terhadap Kitabullah, dengan tidak menyia-nyiakannya tidak menetangnya dan tidak mengamalkan yang sesuai dengan hawa nafsunya semata.



Surah Al An'aam(6) ayat 91:



وَمَا قَدَرُوا اللّٰهَ حَقَّ قَدۡرِهٖۤ اِذۡ قَالُوۡا مَاۤ اَنۡزَلَ اللّٰهُ عَلٰى بَشَرٍ مِّنۡ شَىۡءٍ ؕ قُلۡ مَنۡ اَنۡزَلَ الۡـكِتٰبَ الَّذِىۡ جَآءَ بِهٖ مُوۡسٰى نُوۡرًا وَّ هُدًى لِّلنَّاسِ​ تَجۡعَلُوۡنَهٗ قَرَاطِيۡسَ تُبۡدُوۡنَهَا وَتُخۡفُوۡنَ كَثِيۡرًا​ ۚ وَعُلِّمۡتُمۡ مَّا لَمۡ تَعۡلَمُوۡۤا اَنۡتُمۡ وَلَاۤ اٰبَآؤُكُمۡ​ؕ قُلِ اللّٰهُ​ۙ ثُمَّ ذَرۡهُمۡ فِىۡ خَوۡضِهِمۡ يَلۡعَبُوۡنَ‏
6:91. Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya di kala mereka berkata: “Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada manusia”.  Katakanlah: “Siapakah yang menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan kitab itu lembaran-lembaran kertas yang bercerai-berai, kamu perlihatkan (sebagiannya) dan kamu sembunyikan sebagian besarnya, padahal telah diajarkan kepadamu apa yang kamu dan bapak-bapak kamu tidak mengetahui (nya)?” Katakanlah: “Allah-lah (yang menurunkannya)”, kemudian (sesudah kamu menyampaikan Al Qur’an kepada mereka), biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya*.

Catatan Kaki:
biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya*: perkataan biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya adalah sebagai sindiran kepada mereka seakan-akan mereka dipandang sebagai kanak-kanak yang belum berakal.



Surah Ali Imran(3) ayat 31:

قُلۡ اِنۡ كُنۡتُمۡ تُحِبُّوۡنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوۡنِىۡ يُحۡبِبۡكُمُ اللّٰهُ وَيَغۡفِرۡ لَـكُمۡ ذُنُوۡبَكُمۡؕ​ وَاللّٰهُ غَفُوۡرٌ رَّحِيۡمٌ‏
3:31. Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.


Sikap seorang mukmin yang benar dalam mengagungkan dan mencintai Allah Subhana Wa Ta'ala adalah harus mau mengikuti perintah Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa sallam dan meneladaninya didalam menjalankan aktifitas kehidupan.
 


Selanjutnya perkara yang juga harus bernilai tetap dalam kehudupan seoran mukmin adalah :

Rasa Takut dan Harap

Tidak boleh ada di dalam setiap diri orang yang telah bersyahadat ketakutan-ketakutan dan harapan-harapan kepada yang lain selain kepada Allah Subhana Wa Ta'ala. Seorang muslim harus dapat menempatkan rasa takut dan rasa harapnya dengan benar. Seperti ketakutan terhadap mahluk ghaib,  padahal syetan dan jin justru takut terhadap orang-orang yang beriman. Begitupun dalam aktfitas menegakkan hukum Allah Subhna Wa Ta'ala, maka jangan ada rasa takut dengan manusia, dan tidak boleh manusia menjual ayat Allah Subhana Wa Ta'ala demi kepentingan duniawinya. Barang siapa yang melakukan hal seperti itu maka akan termasuk dalam golongan or
ang-orang yang kafir.


Al Maidah(5) ayat 54:

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا مَنۡ يَّرۡتَدَّ مِنۡكُمۡ عَنۡ دِيۡـنِهٖ فَسَوۡفَ يَاۡتِى اللّٰهُ بِقَوۡمٍ يُّحِبُّهُمۡ وَيُحِبُّوۡنَهٗۤ ۙ اَذِلَّةٍ عَلَى الۡمُؤۡمِنِيۡنَ اَعِزَّةٍ عَلَى الۡكٰفِرِيۡنَ يُجَاهِدُوۡنَ فِىۡ سَبِيۡلِ اللّٰهِ وَلَا يَخَافُوۡنَ لَوۡمَةَ لَاۤٮِٕمٍ​ ؕ ذٰ لِكَ فَضۡلُ اللّٰهِ يُؤۡتِيۡهِ مَنۡ يَّشَآءُ​ ؕ وَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيۡمٌ‏
5:54. Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.


Surah Al Ahzab(33) ayat 37:



وَاِذۡ تَقُوۡلُ لِلَّذِىۡۤ اَنۡعَمَ اللّٰهُ عَلَيۡهِ وَاَنۡعَمۡتَ عَلَيۡهِ اَمۡسِكۡ عَلَيۡكَ زَوۡجَكَ وَاتَّقِ اللّٰهَ وَتُخۡفِىۡ فِىۡ نَفۡسِكَ مَا اللّٰهُ مُبۡدِيۡهِ وَتَخۡشَى النَّاسَ ​ۚ وَاللّٰهُ اَحَقُّ اَنۡ تَخۡشٰٮهُ ؕ فَلَمَّا قَضٰى زَيۡدٌ مِّنۡهَا وَطَرًا زَوَّجۡنٰكَهَا لِكَىۡ لَا يَكُوۡنَ عَلَى الۡمُؤۡمِنِيۡنَ حَرَجٌ فِىۡۤ اَزۡوَاجِ اَدۡعِيَآٮِٕهِمۡ اِذَا قَضَوۡا مِنۡهُنَّ وَطَرًا ؕ وَكَانَ اَمۡرُ اللّٰهِ مَفۡعُوۡلًا‏
33:37. Dan (ingatlah), ketika kamu berkata kepada orang yang Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya* dan kamu (juga) telah memberi nikmat kepadanya: Tahanlah terus istrimu dan bertakwalah kepada Allah”, sedang kamu menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah-lah yang lebih berhak untuk kamu takuti. Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), Kami kawinkan kamu dengan dia* supaya tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk (mengawini) istri-istri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya daripada istrinya.  Dan adalah ketetapan Allah itu pasti terjadi.

Catatan Kaki:

orang yang Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya*: yang dimaksud dengan orang yang Allah telah melimpahkan nikmatnya kepadanya ialah Zaid bin Haritsah. Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya dengan memberi taufik masuk Islam. Nabi Muhammadpun telah memberikan nikmat kepadanya dengan memerdekan kaumnya dan mengangkatnya menjadi anak. Ayat ini memberikan pengertian bahwa orang boleh mengawini bekas istri anak angkatnya.
Kami kawinkan kamu dengan dia*: maksudnya setelah habis idahnya.


Surah At-Taubah(9) ayat 13:



اَلَا تُقَاتِلُوۡنَ قَوۡمًا نَّكَثُوۡۤا اَيۡمَانَهُمۡ وَهَمُّوۡا بِاِخۡرَاجِ الرَّسُوۡلِ وَهُمۡ بَدَءُوۡكُمۡ اَوَّلَ مَرَّةٍ​ ؕ اَتَخۡشَوۡنَهُمۡ​ ۚ فَاللّٰهُ اَحَقُّ اَنۡ تَخۡشَوۡهُ اِنۡ كُنۡتُمۡ مُّؤۡمِنِيۡنَ‏
9:13. Mengapakah kamu tidak memerangi orang-orang yang merusak sumpah (janjinya), padahal mereka telah keras kemauannya untuk mengusir Rasul dan merekalah yang pertama mulai memerangi kamu? Mengapakah kamu takut kepada mereka padahal Allah-lah yang berhak untuk kamu takuti, jika kamu benar-benar orang yang beriman.


Manusia yang memiliki keimanan yang benar tidak pernah merasakan takut karena mereka yakin akan datangnya pertolongan Allah Subhana Wa Ta'ala kepada mereka. Sebagaimana kisah Ashabul Ukhdud yang mengalami penyiksaan dengan dipaksa masuk kedalam parit yang berisi api yang berkobar, karena mempertahankan iman mereka kepada Allah Subhana Wa Ta'ala. Maka kaum muslimin tidak boleh mengorbankan keimanannya demi mempertahankan kepentingan dunia semata.



Surah Fushilat(41) ayat 30:



اِنَّ الَّذِيۡنَ قَالُوۡا رَبُّنَا اللّٰهُ ثُمَّ اسۡتَقَامُوۡا تَتَنَزَّلُ عَلَيۡهِمُ الۡمَلٰٓٮِٕكَةُ اَلَّا تَخَافُوۡا وَلَا تَحۡزَنُوۡا وَاَبۡشِرُوۡا بِالۡجَـنَّةِ الَّتِىۡ كُنۡتُمۡ تُوۡعَدُوۡنَ‏
41:30. Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”.


Surah Al Maidah(5) ayat 105;


يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا عَلَيۡكُمۡ اَنۡفُسَكُمۡ​ۚ لَا يَضُرُّكُمۡ مَّنۡ ضَلَّ اِذَا اهۡتَدَيۡتُمۡ​ ؕ اِلَى اللّٰهِ مَرۡجِعُكُمۡ جَمِيۡعًا فَيُـنَـبِّـئُكُمۡ بِمَا كُنۡتُمۡ تَعۡمَلُوۡنَ‏
5:105. Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudarat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk*. Hanya kepada Allah kamu kembali semuanya, maka Dia akan menerangkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.

Catatan Kaki: 

apabila kamu telah mendapat petunjuk*: maksdnya kesesatan orang lain itu tidak akan memberi mudharat kepadamu, asal kamu telah mendapat petunjuk, tapi tidak berarti  bahwa orang tidak disuruh berbuat yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar.


Manusia yang memiliki dan memahami Tauhid dengan benar akan memiliki karakter yang baik dalam dirinya, yaitu tidak merasa takut dan bersedih karena sebab kehilangan duniawinya. Sebagaimana kisah tentang Sayyid Qutb yang tegar menghadapi eksekusi atas dirinya karena seruan tauhidnya kepada masyarakat yang ditentang oleh penguasa dzolim, atau juga kisah sahabat Rasulullah Shlallahu Alaihi Wa sallam Bilal bin Rabbah, yang tidak takut kehilangan duniawinya demi mempertahankan tauhidnya.


Surah Fathir(35) ayat 28:



وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَآبِّ وَالۡاَنۡعَامِ مُخۡتَلِفٌ اَ لۡوَانُهٗ كَذٰلِكَ ؕ اِنَّمَا يَخۡشَى اللّٰهَ مِنۡ عِبَادِهِ الۡعُلَمٰٓؤُا ؕ اِنَّ اللّٰهَ عَزِيۡزٌ غَفُوۡرٌ‏
35:28. Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya).  Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama*. Sesungguhnya Allah Maha perkasa lagi Maha Pengampun.

Catatan Kaki:
hanyalah ulama*: yang dimaksud dengan ulama dalam ayat ini ialah orang-orang yang mengetahui kebesaran dan kekuasaan Allah.



Surah Al Ahzab(33) ayat 22-24):



وَلَمَّا رَاَ الۡمُؤۡمِنُوۡنَ الۡاَحۡزَابَ ۙ قَالُوۡا هٰذَا مَا وَعَدَنَا اللّٰهُ وَرَسُوۡلُهٗ وَ صَدَقَ اللّٰهُ وَرَسُوۡلُهٗ وَمَا زَادَهُمۡ اِلَّاۤ اِيۡمَانًـا وَّتَسۡلِيۡمًا ؕ‏
33:22. Dan tatkala orang-orang mukmin melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata: Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya* kepada kita”. Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. Dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan.


مِنَ الۡمُؤۡمِنِيۡنَ رِجَالٌ صَدَقُوۡا مَا عَاهَدُوا اللّٰهَ عَلَيۡهِ​ۚ فَمِنۡهُمۡ مَّنۡ قَضٰى نَحۡبَهٗ وَمِنۡهُمۡ مَّنۡ يَّنۡتَظِرُ​ ۖ وَمَا بَدَّلُوۡا تَبۡدِيۡلًا ۙ‏
33:23. Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu* dan mereka sedikit pun tidak merubah (janjinya),


لِّيَجۡزِىَ اللّٰهُ الصّٰدِقِيۡنَ بِصِدۡقِهِمۡ وَيُعَذِّبَ الۡمُنٰفِقِيۡنَ اِنۡ شَآءَ اَوۡ يَتُوۡبَ عَلَيۡهِمۡ​ ؕ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ غَفُوۡرًا رَّحِيۡمًا ۚ‏
33:24. supaya Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar itu karena kebenarannya, dan menyiksa orang munafik jika dikehendaki-Nya, atau menerima tobat mereka. Sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Catatan Kaki:
Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya*: Yang dijanjikan Allah dan RasulNya itu ialah kemenangan sesudah mengalami kesukaran.
menunggu-nunggu*: maksunya menunggu apa yang telah Allah janjikan kepadanya.



Ayat ini bercerita tentang kisah perang Ahzab, yaitu pada saat kaum muslimin melihat tentara sekutu pada perang Ahzab, yang merupakan pasukan gabungan dari berbagai macam kekuatan kaum kafir, kaum muslimin tidak lantas menjadi takut menghadapinya, malah mereka menganggap inilah yang dijanjikan Allah Subhana Wa Ta'ala pada mereka, bahwa apabila kita menyatakan diri kita beriman kepada Allah Subhana Wa Ta'ala maka pasti akan didatangkan ujian-ujian, sehingga dengan peristiwa yang mereka hadapi membuat mereka semakin bertambah keimanan dan ketundukannya kepada Allah Subhana Wa Ta'ala. Inilah karakter baik yang muncul karena penghayatan mereka yang benar akan kandungan kalimat syahadat. Mereka memahami bahwa rasa takut merupakan salah satu bentuk ujian keimanan dari Allah Subhana Wa Ta'ala. Dan di dalam diri seorang mukmin harus dimunculkan keinginan yang kuat dalam drinya bahwa ada yang lebih berhak untuk ditakuti didalam kehidupan ini, yaitu Allah Subhana Wa Ta'ala semata.

 

Surah Ali Imran(3) ayat 111:

لَنۡ يَّضُرُّوۡكُمۡ اِلَّاۤ اَذًى​ؕ وَاِنۡ يُّقَاتِلُوۡكُمۡ يُوَلُّوۡكُمُ الۡاَدۡبَارَ ثُمَّ لَا يُنۡصَرُوۡنَ‏
3:111. Mereka sekali-kali tidak akan dapat membuat mudarat kepada kamu, selain dari gangguan-gangguan celaan saja, dan jika mereka berperang dengan kamu, pastilah mereka berbalik melarikan diri ke belakang (kalah). Kemudian mereka tidak mendapat pertolongan.


Apabila didalam diri seseorang memiliki sifat mudah takut kepada hal-hal yang tidak prinsipil dalam urusan agama Allah Subhana Wa Ta'ala, maka berarti ada kecenderungan memiliki sifat orang munafiq didalam drinya. Seperti ada manusia yang diuji keimanannya oleh Allah Subhana Wa Ta'ala berupa didatangkannya gangguan-gangguan dari manusia. Maka manusia yang memiliki sifat munafiq menganggap ujian dari manusia itu dianggap sebagai hukuman dari Allah Subhana Wa Ta'ala. Sehingga yang akan terjadi adalah mereka akan melepaskan sikap idealismenya demi menghindari tekanan-tekanan yang didapatkannya dalam menjalankan agama Allah Subhana Wa Ta'ala.



Surah Al Ankabut(29) ayat 10:

وَمِنَ النَّاسِ مَنۡ يَّقُوۡلُ اٰمَنَّا بِاللّٰهِ فَاِذَاۤ اُوۡذِىَ فِى اللّٰهِ جَعَلَ فِتۡنَةَ النَّاسِ كَعَذَابِ اللّٰهِؕ وَلَٮِٕنۡ جَآءَ نَـصۡرٌ مِّنۡ رَّبِّكَ لَيَـقُوۡلُنَّ اِنَّا كُنَّا مَعَكُمۡ​ؕ اَوَلَـيۡسَ اللّٰهُ بِاَعۡلَمَ بِمَا فِىۡ صُدُوۡرِ الۡعٰلَمِيۡنَ‏
29:10. Dan di antara manusia ada orang yang berkata: “Kami beriman kepada Allah”, maka apabila ia disakiti (karena ia beriman) kepada Allah, ia menganggap fitnah manusia itu sebagai azab Allah*. Dan sungguh jika datang pertolongan dari Tuhanmu, mereka pasti akan berkata: “Sesungguhnya kami adalah besertamu.” Bukankah Allah lebih mengetahui apa yang ada dalam dada semua manusia?

Catatan kaki: 
fitnah manusia itu sebagai azab Allah*: maksudnya orang itu takut kepada penganiayaan-penganiayaan manusia terhadapnya karena imannya seperti takutnya kepada azab Allah, karena itu ditinggalkannya imannya itu.


Surah At-Taubah ayat 17:


مَا كَانَ لِلۡمُشۡرِكِيۡنَ اَنۡ يَّعۡمُرُوۡا مَسٰجِدَ اللّٰهِ شٰهِدِيۡنَ عَلٰٓى اَنۡفُسِهِمۡ بِالـكُفۡرِ​ؕ اُولٰۤٮِٕكَ حَبِطَتۡ اَعۡمَالُهُمۡ ۖۚ وَ فِى النَّارِ هُمۡ خٰلِدُوۡنَ‏
9::17 “Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan masjid-masjid Allah, sedang mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Itulah orang-orang yang sia-sia pekerjaannya, dan mereka itu kekal di dalam neraka”


اِنَّمَا يَعۡمُرُ مَسٰجِدَ اللّٰهِ مَنۡ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالۡيَوۡمِ الۡاٰخِرِ وَاَ قَامَ الصَّلٰوةَ وَاٰتَى الزَّكٰوةَ وَلَمۡ يَخۡشَ اِلَّا اللّٰهَ​ فَعَسٰٓى اُولٰۤٮِٕكَ اَنۡ يَّكُوۡنُوۡا مِنَ الۡمُهۡتَدِيۡنَ‏
9::17: Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.


Ayat ini menjelaskan bahwa orang-orang musrik dilarang menjadi pemakmur masjid.

Karakter manusia yang boleh menjadi pemakmur masjid adalah;
1. Beriman kepada Allah Subhana Wa Ta'alatakut yang
2. Menegakkan shalat
3. Menunaikan zakat
4. Dan tidak takut kepada selain Allah Subhana Wa Ta'ala
 


Surah At-Taubah(9) ayat 25-26:


لَـقَدۡ نَصَرَكُمُ اللّٰهُ فِىۡ مَوَاطِنَ كَثِيۡرَةٍ​ ۙ وَّيَوۡمَ حُنَيۡنٍ​ ۙ اِذۡ اَعۡجَبَـتۡكُمۡ كَثۡرَتُكُمۡ فَلَمۡ تُغۡنِ عَنۡكُمۡ شَيۡـًٔـا وَّضَاقَتۡ عَلَيۡكُمُ الۡاَرۡضُ بِمَا رَحُبَتۡ ثُمَّ وَلَّـيۡتُمۡ مُّدۡبِرِيۡنَ​ۚ‏
9:25. Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu di waktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikit pun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang dengan bercerai-berai.

ثُمَّ اَنۡزَلَ اللّٰهُ سَكِيۡنَـتَهٗ عَلٰى رَسُوۡلِهٖ وَعَلَى الۡمُؤۡمِنِيۡنَ وَاَنۡزَلَ جُنُوۡدًا لَّمۡ تَرَوۡهَا​ ۚ وَعَذَّبَ الَّذِيۡنَ كَفَرُوۡا​ ؕ وَذٰ لِكَ جَزَآءُ الۡـكٰفِرِيۡنَ‏ 
9:26. Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang-orang yang kafir, dan demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir.


Allah Subhana Wa Ta'ala mengingatkan kepada manusia bahwa hanya Allah Subhana Wa Ta'ala saja yang menolong kaum muslim agar bisa mendapatkan kemenangan dalam medan-medan pertempuran. Maka Allah Subhana Wa Ta'ala memberikan pelajaran kepada kaum Muslimin pada saat perang Hunain. Karena jumlah kaum muslimin yang banyak pada hari itu, dimana kaum muslimin menaruh harapan kepada selain Allah Subhana Ta'ala, yaitu bersandar kepada jumlah mereka yang banyak. Sehingga akhirnya Allah Subhana Wa Ta'ala memberikan kekalahan karena sifat tawakal yang salah. Sikap seorang mukmin yang benar seharusnya tidak boleh takut akan kehilangan dunianya, tetapi hanya takut kehilangan pahala dari Allah Subhana Ta'ala.
 


Surah Al Anfa(8) ayat 9-11:

اِذۡ تَسۡتَغِيۡثُوۡنَ رَبَّكُمۡ فَاسۡتَجَابَ لَـكُمۡ اَنِّىۡ مُمِدُّكُمۡ بِاَلۡفٍ مِّنَ الۡمَلٰۤٮِٕكَةِ مُرۡدِفِيۡنَ‏
8:9. (Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu: Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut”.

وَمَا جَعَلَهُ اللّٰهُ اِلَّا بُشۡرٰى وَلِتَطۡمَٮِٕنَّ بِهٖ قُلُوۡبُكُمۡ​ۚ وَمَا النَّصۡرُ اِلَّا مِنۡ عِنۡدِ اللّٰهِ​ؕ اِنَّ اللّٰهَ عَزِيۡزٌ حَكِيۡمٌ
8:10. Dan Allah tidak menjadikannya (mengirim bala bantuan itu), melainkan sebagai kabar gembira dan agar hatimu menjadi tenteram karenanya. Dan kemenangan itu hanyalah dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

اِذۡ يُغَشِّيۡكُمُ النُّعَاسَ اَمَنَةً مِّنۡهُ وَيُنَزِّلُ عَلَيۡكُمۡ مِّنَ السَّمَآءِ مَآءً لِّيُطَهِّرَكُمۡ بِهٖ وَيُذۡهِبَ عَنۡكُمۡ رِجۡزَ الشَّيۡطٰنِ وَلِيَرۡبِطَ عَلٰى قُلُوۡبِكُمۡ وَيُثَبِّتَ بِهِ الۡاَقۡدَامَؕ‏
8:11. (Ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu penentraman daripada-Nya, dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk menyucikan kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan setan dan untuk menguatkan hatimu dan memperteguh dengannya telapak kaki (mu)*.

Catatan Kaki:
 
memperteguh dengannya telapak kaki (mu)*: memperteguh telapak kaki disini dapat juga diartikan dengan keteguhan hati dan keteguhan pendirian.

 

Ayat ini berkisah tentang kejadian yang dialami para sahabat di medan pertempuran. Karena didasari dengan keimanan yang benar, maka Allah Subhana Wa Ta'ala mengirimkan pertolongannya kepada kaum muslimin dengan memberikan ketenangan berupa rasa kantuk ditengah medan pertempuran sehingga mereka bisa terbebas dari rasa takut menghadapi musuhnya, bahkan bangun dalam keadaan fresh untuk melaksanakan pertempuran.

Kaum muslimin juga tidak boleh menaruh harapannya kepada makhluk atau kepada yang lain selain Allah Subahana Wa Ta'ala. Karena ada masa dimana manusia tidak dapat mencukupi harapannya. karena hanya Allah Subhana Wa Ta'ala sajalah satu-satunya tempat kita bergantung, dan hanya Dia tempat mengharapkan perlindungan dan pertolongan dari berbagai macam persoalan.



 Surah Al Baqarah(2) ayat 155-156:

وَلَـنَبۡلُوَنَّكُمۡ بِشَىۡءٍ مِّنَ الۡخَـوۡفِ وَالۡجُـوۡعِ وَنَقۡصٍ مِّنَ الۡاَمۡوَالِ وَالۡاَنۡفُسِ وَالثَّمَرٰتِؕ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيۡنَۙ‏
2:155. Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar,

الَّذِيۡنَ اِذَآ اَصَابَتۡهُمۡ مُّصِيۡبَةٌ  ۙ قَالُوۡٓا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّـآ اِلَيۡهِ رٰجِعُوۡنَؕ‏ 
2:156. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun*”

Catatan Kaki: 
“Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun*”: artinya sesungguhya kami adalah milik Allah dan kepada Nya-lah kami kembali. Kalimat ini dinanakan kalimat istiraa(pernyataan kembali kepada Allah). Disunatkan menyebutnya waktu ditimpa marabahaya baik besar maupun kecil.


Dalam peristiwa Isra' Mi'raj juga mengajarkan kepada Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa sallam bahwa tidak boleh berharap pada yang lain selain Allah Subhana Wa Ta'ala, yaitu tatkala Allah Subhana Wa Ta'ala memberikan pelajaran berupa diambilnya 2 orang yang mempunyai dukungan yang sangat kuat dalam da'wah Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa sallam, yaitu tatkala meninggalnya istri Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa sallam Khadijah binti Khuwailid radhiyallahu 'anhu dan pamannya Abu Thalib. Maka Allah Subhana Ta'ala menguatkan kembali keimanan Rasulullah Shalallah 'Alaihi Wa sallam dengan adanya peristiwa Isra' Mi'raj. Dimana Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa sallam diperintahkan untuk menghadap Allah Subhana Wa Ta'ala, dan menunjukkan kepada Beliau Shalallahu 'Alaihi Wa sallam tentang berbagai macam peristiwa dalam perjalanannya, sebagai bukti kehebatan dan ke Maha Kuasaan Allah Subhana Wa Ta'ala, maka setelah peristiwa Isra' dan Mi'raj kemudian memberikan pengaruh kepada da'wah yang dilakukan oleh Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa salam yaitu da'wah Beliau Shalallahu 'Alaihi Wa sallam menjadi semakin kokoh, tegas dan tidak ada lagi yang dapat mencemaskan Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa sallam. Karena sehebat apa pun manusia berencana membuat jahat pada seseorang, maka rencana itu tidak akan berhasil tanpa izin Allah Subhana Wa Ta'ala. Dan sebaik-baik pertolongan dan sebaik-baik bantuan hanyalan dari Allah Subhana Wa Ta'ala saja. Cukuplah Dia sebagai penilai dan sebagai saksi dari segala amalan yang kita lakukan.


Surah Al Fath(48) ayat 28:


هُوَ الَّذِىۡۤ اَرۡسَلَ رَسُوۡلَهٗ بِالۡهُدٰى وَدِيۡنِ الۡحَـقِّ لِيُظۡهِرَهٗ عَلَى الدِّيۡنِ كُلِّهٖ​ؕ وَكَفٰى بِاللّٰهِ شَهِيۡدًا ؕ‏
48:28. Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi.

Agar manusia terhindar dari rasa takut yang bathil maka kewajiban mereka adalah mau mengikuti panduan Kitabullah, sehingga hidup mereka menjadi terbimbing dan terbebas dari perkara-perkara yang akan menggelisahkan kehidupan mereka.



Surah Al Baqarah(2) ayat 38:

قُلۡنَا اهۡبِطُوۡا مِنۡهَا جَمِيۡعًا ​​ۚ فَاِمَّا يَاۡتِيَنَّكُمۡ مِّنِّىۡ هُدًى فَمَنۡ تَبِعَ هُدَاىَ فَلَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُوۡنَ‏
2:38. Kami berfirman: “Turunlah kamu semua dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati”.


Hanya Allah Subhana Wa Ta'ala saja yang pantas untuk disandarkan segala macam harapan dalam kehidupan manusia, karena sifat Rahman dan Rahim Allah yang Maha Luas, sehingga kita tidak boleh berputus asa dalam meraih kebaikan dari sisi Allah Subhana Wa Ta'ala, karena Rahmat Allah Subhana Wa Ta'ala jauh lebih besar dari murkaNya.



 Surah Az Zumar(39) ayat 53:

قُلۡ يٰعِبَادِىَ الَّذِيۡنَ اَسۡرَفُوۡا عَلٰٓى اَنۡفُسِهِمۡ لَا تَقۡنَطُوۡا مِنۡ رَّحۡمَةِ اللّٰهِ​ ؕ اِنَّ اللّٰهَ يَغۡفِرُ الذُّنُوۡبَ جَمِيۡعًا​ ؕ اِنَّهٗ هُوَ الۡغَفُوۡرُ الرَّحِيۡمُ‏
39:53. Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.  Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa* semuanya.  Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Catatan Kaki:
 

mengampuni dosa-dosa*: dalam hubungan ini Lihat Surah An Nisa ayat 48.

اِنَّ اللّٰهَ لَا يَغۡفِرُ اَنۡ يُّشۡرَكَ بِهٖ وَيَغۡفِرُ مَا دُوۡنَ ذٰ لِكَ لِمَنۡ يَّشَآءُ​ ۚ وَمَنۡ يُّشۡرِكۡ بِاللّٰهِ فَقَدِ افۡتَـرٰۤى اِثۡمًا عَظِيۡمًا‏ 
4:48. Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.  Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.


Tidak ada yang pantas untuk disandarkan segala macam harap kecuali Allah Subhana Wa Ta'ala, siapa yang bersandar dan berharap kepada makhluk maka akan mengalami kekecewaan, karena sehebat apapun manusia memiliki kemampuan, maka tidak lebih kekuatannya hanya seperti sarang laba-laba.
 


SuraAl Ankabut(29) ayat 41:


مَثَلُ الَّذِيۡنَ اتَّخَذُوۡا مِنۡ دُوۡنِ اللّٰهِ اَوۡلِيَآءَ كَمَثَلِ الۡعَنۡكَبُوۡتِ ​ۖۚ اِتَّخَذَتۡ بَيۡتًا ​ؕ وَ اِنَّ اَوۡهَنَ الۡبُيُوۡتِ لَبَيۡتُ الۡعَنۡكَبُوۡتِ​ۘ لَوۡ كَانُوۡا يَعۡلَمُوۡنَ
29:41. Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui.


Maka setelah pembahasan tentang rukun syahadat yang kedua yaitu
الإِثْبَات~al itsbaat(penetapan) dari kalimat syahadat أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّاللّه~Asyhadu anla ilaaha illallah, maka selanjunya In Syaa Allah akan membahas rukun syahadat Rasul dalam syahadat وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَدَارسُوْلُاللهِ ~Wa asyadu anna Muhammadarasuulullah