Makna Syahadat لاَ إِلهَ إِلاَّاللّه
Yaitu beri'tikad dan berikrar bahwasanya tidak ada yang berhak disembah dan menerima ibadah kecuali Allah Subhanahu Wa Ta'ala, menta'ati hal tersebut dan mengamalkannya. Laa ilaaha menafikan hak penyembahan dari selain Allah, siapapun orangnya. Illallah adalah penetapan hak Allah semata untuk disembah.
Jadi makna kalimat ini secara ijmal (global) adalah, "Tidak ada
sesembahan yang hak selain Allah".
Kalimat "Laa ilaaha illallah" telah ditafsiri dengan beberapa penafsiran yang batil, antara lain:
[1]. "Laa ilaaha illallah" artinya:
"Tidak ada sesembahan kecuali Allah", Ini adalah batil, karena maknanya:
Sesungguhnya setiap yang disembah, baik yang hak maupun yang batil, itu
adalah Allah.
Syaikh Shalih bin Fauzan hafidzahullah mengatakan : “Ada pun menerjemahkan “laa ilaaha illallah” dengan “tidak ada sesembahan selain Allah” maka terjemahan semacam ini mengandung makna yang batil karena berkonsekwensi menjadikan semua yang diibadahi oleh manusia sebagai Allah. Dengan demikian, berarti berhala, kuburan, bintang, dan semacamnya adalah Allah. Ini adalah kesalahan yang fatal”. [I’anatul Mustafid]
Syaikh Shalih bin Fauzan hafidzahullah mengatakan : “Ada pun menerjemahkan “laa ilaaha illallah” dengan “tidak ada sesembahan selain Allah” maka terjemahan semacam ini mengandung makna yang batil karena berkonsekwensi menjadikan semua yang diibadahi oleh manusia sebagai Allah. Dengan demikian, berarti berhala, kuburan, bintang, dan semacamnya adalah Allah. Ini adalah kesalahan yang fatal”. [I’anatul Mustafid]
[2]. "Laa ilaaha illallah" artinya:
"Tidak ada pencipta selain Allah" . Ini adalah sebagian dari arti
kalimat tersebut. Akan tetapi bukan ini yang dimaksud, karena arti ini
hanya mengakui tauhid rububiyah saja, dan itu belum cukup.
[3]. "Laa ilaaha illallah" artinya:
"Tidak ada hakim (penentu hukum) selain Allah". Ini juga sebagian dari
makna kalimat . Tapi bukan itu yang dimaksud, karena makna tersebut
belum cukup
Semua tafsiran di atas adalah batil atau kurang. Kami peringatkan di
sini karena tafsir-tafsir itu ada dalam kitab-kitab yang banyak beredar.
Sedangkan tafsir yang benar menurut salaf dan para muhaqqiq (ulama
peneliti), tidak ada sesembahan yang hak selain Allah.
Memaknai Laa ilaaha illallah dengan makna “tiada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah semata” sejalan dengan Al Qur’an.
Allah berfirman dalam Surah Luqman(31) ayat 30:
ذٰ لِكَ بِاَنَّ اللّٰهَ هُوَ الۡحَقُّ وَاَنَّ مَا يَدۡعُوۡنَ مِنۡ دُوۡنِهِ
الۡبَاطِلُ ۙ وَاَنَّ اللّٰهَ هُوَ الۡعَلِىُّ الۡكَبِيۡرُ
(31:30)“Demikianlah, sungguh Allah adalah yang benar
dan yang mereka ibadahi dari selain Allah adalah bathil. Dan
sesungguhnya Allah Maha Tinggi dan Maha Agung” Rukun "Laa ilaaha illallah"
Laa ilaaha illallah mempunyai dua rukun:
1. An-Nafyu atau peniadaan: "Laa ilaha" membatalkan syirik dengan segala bentuknya dan mewajibkan kekafiran terhadap segala apa yang disembah selain Allah.
2. Al-Itsbat (penetapan): "illallah" menetapkan bahwa tidak ada yang berhak
disembah kecuali Allah dan mewajibkan pengamalan sesuai dengan
konsekwensinya.
Makna dua rukun ini banyak disebut dalam ayat Al-Qur'an, seperti firman Allah Subhanahu wa Ta'ala
Surah Al-Baqarah(2) ayat 256:
Surah Al-Baqarah(2) ayat 256:
لَاۤ اِكۡرَاهَ فِى الدِّيۡنِۙ قَد تَّبَيَّنَ الرُّشۡدُ مِنَ الۡغَىِّۚ
فَمَنۡ يَّكۡفُرۡ بِالطَّاغُوۡتِ وَيُؤۡمِنۡۢ بِاللّٰهِ فَقَدِ اسۡتَمۡسَكَ بِالۡعُرۡوَةِ
الۡوُثۡقٰى لَا انْفِصَامَ لَهَا ؕ وَاللّٰهُ سَمِيۡعٌ عَلِيۡمٌ
(2:256)“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya
telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu
barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka
sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang
tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui “
Firman Allah, "siapa yang ingkar kepada thaghut" itu adalah makna dari
"Laa ilaha" rukun yang pertama. Sedangkan firman Allah, "dan beriman
kepada Allah" adalah makna dari rukun kedua, "illallah". Begitu pula
firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala kepada Nabi Ibrahim alaihis salam :
Surah Az-Zukhruf(43) ayat 26-27:
Surah Az-Zukhruf(43) ayat 26-27:
وَاِذۡ قَالَ اِبۡرٰهِيۡمُ لِاَبِيۡهِ وَقَوۡمِهٖۤ اِنَّنِىۡ بَرَآءٌ مِّمَّا
تَعۡبُدُوۡنَۙ
(43::26)“Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya:
“Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab (berlepas diri) terhadap apa yang kamu sembah
اِلَّا الَّذِىۡ فَطَرَنِىۡ فَاِنَّهٗ سَيَهۡدِيۡنِ
(43::27) tetapi (aku menyembah) Tuhan Yang menciptakanku;
karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku“.Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala , "Sesungguhnya aku berlepas diri" ini adalah makna nafyu (peniadaan) dalam rukun pertama. Sedangkan perkataan, "Tetapi (aku menyembah) Tuhan yang menjadikanku", adalah makna itsbat (penetapan) pada rukun kedua.
Syarat-syarat "Laa ilaha illallah"
Syahadat adalah kunci masuk jannah. Namun sebagai kunci tidak bisa digunakan untuk membuka pintu kecuali bila mempunyai gerigi tertentu. Syarat-syarat syahadat ibarat gerigi kunci, apabila syarat itu tidak dipenuhi maka bagaimana mungkin orang yang mengucapkan masuk jannah.
Wahhab bin Munabbih radhiyallau 'anhu pernah ditanya, : "Bukanlah syahadat Laailaha Illah merupakan kunci jannah? Beliau menjawab, "Benar, tetapi tidak ada kunci kecuali pasti ia memiliki gigi-gigi. Apabila engkau datang dengan kunci yang ada gigi-giginya maka jannah akan dibuka bagimu, kalau tidak maka ia akan dtutup bagimu.
(Diriwayatkan oleh Bukhori)
Bersaksi dengan laa ilaaha illallah harus dengan tujuh syarat. Tanpa syarat-syarat itu syahadat tidak akan bermanfaat bagi yang mengucapkannya. Secara global tujuh syarat itu adalah:
1. 'Ilmu, yang menafikan jahl (kebodohan).
2. Yaqin (yakin), yang menafikan syak (keraguan).
3. Qabul (menerima), yang menafikan radd (penolakan).
4. Inqiyad (patuh), yang menafikan tark (meninggalkan).
5. Ikhlash, yang menafikan syirik.
6. Shidq (jujur), yang menafikan kadzib (dusta).
7. Mahabbah (kecintaan), yang menafikan baghdha' (kebencian).
Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:
Syarat Pertama: 'Ilmu (Mengetahui)
Mengetahui maknanya yaitu apa-apa yang dinafikan dan yang ditetapkannya.
Allah Ta'ala berfirman Surah Muhammad(47) ayat 19:
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam Surah Az-Zukhruf(43) ayat 86:
Rasullullah Shalallahu 'Alaihi Wa sallam bersabda:
Barang siapa meninggal sedang ia mengetahui bahwa tidak ada ilah kecuali Allah, maka ia kan masuk jannah
(HR. Muslim)
Allah Ta'ala berfirman Surah Muhammad(47) ayat 19:
فَاعۡلَمۡ اَنَّهٗ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ وَاسۡتَغۡفِرۡ لِذَنۡۢبِكَ وَلِلۡمُؤۡمِنِيۡنَ
وَ الۡمُؤۡمِنٰتِ ؕ وَاللّٰهُ يَعۡلَمُ مُتَقَلَّبَكُمۡ وَمَثۡوٰٮكُمۡ
47:19. Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Hak)
melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa)
orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat
kamu berusaha dan tempat tinggalmu.Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam Surah Az-Zukhruf(43) ayat 86:
وَلَا يَمۡلِكُ الَّذِيۡنَ يَدۡعُوۡنَ مِنۡ دُوۡنِهِ الشَّفَاعَةَ اِلَّا مَنۡ شَهِدَ بِالۡحَـقِّ وَهُمۡ يَعۡلَمُوۡنَ
43:86. Dan sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memberi syafaat; akan tetapi (orang yang dapat memberi syafaat ialah) orang yang mengakui yang hak (tauhid) dan mereka meyakini (nya).Rasullullah Shalallahu 'Alaihi Wa sallam bersabda:
Barang siapa meninggal sedang ia mengetahui bahwa tidak ada ilah kecuali Allah, maka ia kan masuk jannah
(HR. Muslim)
Syarat Kedua: Yaqin (yakin)
Orang yang mengikrarkannya harus meyakini kandungan syahadat itu, manakala ia meragukannya maka sia-sia belaka persaksian itu.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman ldalam Surah Al-Hujurat(49) ayat 15:
اِنَّمَا الۡمُؤۡمِنُوۡنَ الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا بِاللّٰهِ وَرَسُوۡلِهٖ ثُمَّ لَمۡ يَرۡتَابُوۡا وَجَاهَدُوۡا بِاَمۡوَالِهِمۡ وَاَنۡفُسِهِمۡ فِىۡ سَبِيۡلِ اللّٰهِ ؕ اُولٰٓٮِٕكَ هُمُ الصّٰدِقُوۡنَ
Rasullullah Shallallahu 'Alaihi Wa sallam bersabda:
Saya bersaksi bahwa tida ada ilah kecuali Allah dan sesungguhnya aku adalah RsulNya. Tidaklah seorang hamba menjumpai Allah dengan kedua kalimat tadi tanpa keraguan di dalamnya kecuali past masuk jannah.
(HR. Muslim)
Kalau ia ragu maka ia menjadi munafik. Nabi Shallallahu 'Aaihi Wa sallam bersabda:
" Siapa yang engkau temui di balik tembok (kebon) ini, yang
menyaksikan bahwa tiada ilah selain Allah dengan hati yang meyakininya,
maka berilah kabar gembira dengan (balasan) Surga."
[HR. Al-Bukhari]
[HR. Al-Bukhari]
Syarat Ketiga: Qabul (menerima)
Menerima kandungan dan konsekwensi dari syahadat; menyembah Allah semata dan meninggalkan ibadah kepada selainNya.
Ini seperti halnya penyembah kuburan dewasa ini. Mereka mengikrarkan laa ilaaha illallah, tetapi tidak mau meninggalkan penyembahan terhadap kuburan. Dengan demikian berarti mereka belum menerima makna laa ilaaha illallah.
Siapa yang mengucapkan, tetapi tidak menerima dan menta'ati, maka ia termasuk orang-orang yang difirmankan Allah dalam Surah Ash-Shafat: ayat 35-36:
Allah Ta'ala telah mengisahkan kepada kita berita masa lalu tentang keselamatan orang yang mau menerimanya dan siksaan bag orang yang menolaknya.
Surah Ash Shafat(37) ayat 35-36:
Menerima kandungan dan konsekwensi dari syahadat; menyembah Allah semata dan meninggalkan ibadah kepada selainNya.
Menerima kandungan dan konsekwensi dari syahadat; menyembah Allah semata dan meninggalkan ibadah kepada selainNya.
Ini seperti halnya penyembah kuburan dewasa ini. Mereka mengikrarkan laa ilaaha illallah, tetapi tidak mau meninggalkan penyembahan terhadap kuburan. Dengan demikian berarti mereka belum menerima makna laa ilaaha illallah.
Siapa yang mengucapkan, tetapi tidak menerima dan menta'ati, maka ia termasuk orang-orang yang difirmankan Allah dalam Surah Ash-Shafat: ayat 35-36:
اِنَّهُمۡ كَانُوۡۤا اِذَا قِيۡلَ لَهُمۡ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُۙ يَسۡتَكۡبِرُوۡنَۙ
37:35. Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: “Laa ilaaha illallah” (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri.
وَيَقُوۡلُوۡنَ اَٮِٕنَّا لَتٰرِكُوۡۤا اٰلِهَـتِنَا لِشَاعِرٍ مَّجۡـنُوۡنٍ ؕ
37:36. dan mereka berkata: “Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang penyair gila?”Allah Ta'ala telah mengisahkan kepada kita berita masa lalu tentang keselamatan orang yang mau menerimanya dan siksaan bag orang yang menolaknya.
Surah Ash Shafat(37) ayat 35-36:
اِنَّهُمۡ كَانُوۡۤا اِذَا قِيۡلَ لَهُمۡ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُۙ يَسۡتَكۡبِرُوۡنَۙ
37:35. Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka:
“Laa ilaaha illallah” (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah)
mereka menyombongkan diri.
وَيَقُوۡلُوۡنَ اَٮِٕنَّا لَتٰرِكُوۡۤا اٰلِهَـتِنَا لِشَاعِرٍ مَّجۡـنُوۡنٍ
ؕ
37:36. dan mereka berkata: “Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang penyair gila?”Menerima kandungan dan konsekwensi dari syahadat; menyembah Allah semata dan meninggalkan ibadah kepada selainNya.
Syarat Keempat:Inqiyaad
(Tunduk dan Patuh dengan kandungan Makna Syahadat).
Tunduk dan patuh dengan memenuhi hak-haknya, yaitu dengan menjalankan perintah-perintah Allah Subhana Wa Ta'ala tanpa sedikitpun keberatan.
Surah Az Zumar(39) ayat 54:
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam Surah Luqman(31) ayat 22:
Al-'Urwatul-wutsqa adalah laa ilaaha illallah. Dan makna yuslim wajhahu adalah yanqadu (patuh, pasrah).
Rasulullah bersabada:
"Tidak sempurna iman seseorang dari kalian sampai hawa nafsunya tunduk(mengikuti) apa-apa yang telah aku sampaikan"
(HR. Nawawy dan berkat hadist hasan shohih kami riwayatkan al hujjaah dengan sanad shohih)
(Tunduk dan Patuh dengan kandungan Makna Syahadat).
Tunduk dan patuh dengan memenuhi hak-haknya, yaitu dengan menjalankan perintah-perintah Allah Subhana Wa Ta'ala tanpa sedikitpun keberatan.
Surah Az Zumar(39) ayat 54:
وَاَنِيۡبُوۡۤا اِلٰى رَبِّكُمۡ وَاَسۡلِمُوۡا لَهٗ مِنۡ قَبۡلِ اَنۡ يَّاۡتِيَكُمُ
الۡعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنۡصَرُوۡنَ
39:54. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah
kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat
ditolong (lagi).Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam Surah Luqman(31) ayat 22:
وَمَنۡ يُّسۡلِمۡ وَجۡهَهٗۤ
اِلَى اللّٰهِ وَهُوَ مُحۡسِنٌ فَقَدِ اسۡتَمۡسَكَ بِالۡعُرۡوَةِ
الۡوُثۡقٰىؕ وَاِلَى اللّٰهِ عَاقِبَةُ الۡاُمُوۡرِ
31:22. Dan barang siapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan.Al-'Urwatul-wutsqa adalah laa ilaaha illallah. Dan makna yuslim wajhahu adalah yanqadu (patuh, pasrah).
Rasulullah bersabada:
"Tidak sempurna iman seseorang dari kalian sampai hawa nafsunya tunduk(mengikuti) apa-apa yang telah aku sampaikan"
(HR. Nawawy dan berkat hadist hasan shohih kami riwayatkan al hujjaah dengan sanad shohih)
Syarat Kelima: Shidq (jujur)
Surah Al Ankabut(29) ayat 2-3:
اَحَسِبَ النَّاسُ اَنۡ يُّتۡرَكُوۡۤا اَنۡ يَّقُوۡلُوۡۤا اٰمَنَّا وَهُمۡ لَا يُفۡتَـنُوۡنَ
وَلَقَدۡ فَتَـنَّا الَّذِيۡنَ مِنۡ قَبۡلِهِمۡ فَلَيَـعۡلَمَنَّ اللّٰهُ الَّذِيۡنَ
صَدَقُوۡا وَلَيَعۡلَمَنَّ الۡكٰذِبِيۡنَ
29:3. Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum
mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan
sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.Yaitu mengucapkan kalimat ini dan hatinya juga membenarkan-nya. Manakala lisannya mengucapkan, tetapi hatinya mendustakan, maka ia adalah munafik dan pendusta.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam Surah Al-Baqarah(2) atat 8-10:
وَمِنَ النَّاسِ مَنۡ يَّقُوۡلُ اٰمَنَّا بِاللّٰهِ وَبِالۡيَوۡمِ الۡاٰخِرِ وَمَا هُمۡ بِمُؤۡمِنِيۡنَۘ
2:8. Di antara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada
Allah dan Hari kemudian”, padahal mereka itu sesungguhnya bukan
orang-orang yang beriman.
وَمِنَ النَّاسِ مَنۡ يَّقُوۡلُ اٰمَنَّا بِاللّٰهِ وَبِالۡيَوۡمِ الۡاٰخِرِ وَمَا هُمۡ بِمُؤۡمِنِيۡنَۘ
يُخٰدِعُوۡنَ اللّٰهَ وَالَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا ۚ وَمَا يَخۡدَعُوۡنَ اِلَّاۤ
اَنۡفُسَهُمۡ وَمَا يَشۡعُرُوۡنَؕ
2:9. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, pada
hal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.
فِىۡ قُلُوۡبِهِمۡ مَّرَضٌۙ فَزَادَهُمُ اللّٰهُ مَرَضًا ۚ وَّلَهُمۡ عَذَابٌ
اَلِيۡمٌبِمَا كَانُوۡا يَكۡذِبُوۡنَ
2:10. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah
penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka
berdusta.
Syarat Keenam: Ikhlas.
Dengan cara membersihkan amal dan niat dari semua hal yang membawa kemusyrikan.
Allah Ta'ala berfirman: Surah Al Bayyinah(98) ayat 5:
وَمَاۤ اُمِرُوۡۤا اِلَّا لِيَعۡبُدُوا اللّٰهَ مُخۡلِصِيۡنَ لَـهُ الدِّيۡنَ
ۙ حُنَفَآءَ وَيُقِيۡمُوا الصَّلٰوةَ وَيُؤۡتُوا الزَّكٰوةَ وَذٰلِكَ دِيۡنُ الۡقَيِّمَةِ
ؕ
98:5. Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah
dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan
lurus, dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat; dan yang
demikian itulah agama yang lurus.Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasullullah Shallallahu 'Alaihi Wa sallam bersabda:
" Manusia yang paling beruntung mendapatkan syafaatku pada hari kiamat adalah yang menyatakan Laa ilaaha illallah dengan dengan ikhlas dari hati dan jiwa"
(Bukhori)
"Sesungguhnya Allah mengharamkan Neraka bagi siapa saja yang mengucapkan laa ilaaha illalah demi mencaro ridha Allah semata."
[HR. Muslim]
Syarat Ketujuh: Mahabbah (Kecintaan).
Cinta terhadap kalimat tauhid ini dan apa-apa yang menjadi tuntutannya serta cinta terhadap orang-orang yang beriltizam serta memenuhi syarat-syaratnya, juga dengan membenci hal-hal yang membatalkannya.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman dalam Surah Al-Baqarah(2) ayat 165:
وَمِنَ النَّاسِ مَنۡ يَّتَّخِذُ مِنۡ دُوۡنِ اللّٰهِ اَنۡدَادًا يُّحِبُّوۡنَهُمۡ
كَحُبِّ اللّٰهِؕ وَالَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡٓا اَشَدُّ حُبًّا لِّلّٰهِ ؕ وَلَوۡ يَرَى
الَّذِيۡنَ ظَلَمُوۡٓا اِذۡ يَرَوۡنَ الۡعَذَابَۙ اَنَّ الۡقُوَّةَ لِلّٰهِ جَمِيۡعًا ۙ
وَّاَنَّ اللّٰهَ شَدِيۡدُ الۡعَذَابِ
2:165. Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah
tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka
mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada
Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat lalim itu mengetahui
ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu
kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya
mereka menyesal).
Maka ahli tauhid mencintai Allah dengan cinta yang tulus bersih.
Sedangkan ahli syirik mencintai Allah dan mencintai yang lainnya. Hal
ini sangat bertentangan dengan isi kandungan laa ilaaha illallah
Tiga hal barang siapa yang memilikinya mendapat manisnya iman. Hendaklah Allah dan rasul-Nya lebi ia cintai dari pada selainnya, Hendaklah mencintai seseorang karena Allah, hendaklah ia benci kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkan dirinya, sebagaimanadirinya benci kalai ia dilemparkan kedalam neraka.
(HR. Bukhari dan Muslim)
Konsekwensi "Laa ilaha illallah"
Yaitu meninggalkan ibadah kepada selain Allah dari segala macam yang dipertuhankan sebagai keharusan dari peniadaan laa ilaaha illallah . Dan beribadah kepada Allah semata tanpa syirik sedikit pun, sebagai keharusan dari penetapan illallah.
Banyak orang yang mengikrarkan tetapi melanggar konsekwensinya. Sehingga
mereka menetapkan ketuhanan yang sudah dinafikan, baik berupa para
makhluk, kuburan, pepohonan, bebatuan serta para thaghut lainnya.
Mereka berkeyakinan bahwa tauhid adalah bid'ah. Mereka menolak para da'i yang mengajak kepada tauhid dan mencela orang yang beribadah hanya kepada Allah semata.
1. Beribadah hanya kepada Allah Subhana Wa Ta'ala dan mengkufuri peribadatan kepada selain-Nya. Karena ini adalah merupakan tujuan utama yang terkandung dalam kalimat ini.
2. Menerima syariat Allah Subhana Wa Ta'ala dalam ibadah Mu'amalah, halal dan haram.
3. Menolak syariat selain-Nya.
Surah Al maidah(5) ayat 44:
اِنَّاۤ اَنۡزَلۡنَا التَّوۡرٰٮةَ فِيۡهَا هُدًى وَّنُوۡرٌ ۚ يَحۡكُمُ بِهَا
النَّبِيُّوۡنَ الَّذِيۡنَ اَسۡلَمُوۡا لِلَّذِيۡنَ هَادُوۡا وَ الرَّبَّانِيُّوۡنَ
وَالۡاَحۡبَارُ بِمَا اسۡتُحۡفِظُوۡا مِنۡ كِتٰبِ اللّٰهِ وَكَانُوۡا عَلَيۡهِ شُهَدَآءَ
ۚ فَلَا تَخۡشَوُا النَّاسَ وَاخۡشَوۡنِ وَلَا تَشۡتَرُوۡا بِاٰيٰتِىۡ ثَمَنًا قَلِيۡلًا
ؕ وَمَنۡ لَّمۡ يَحۡكُمۡ بِمَاۤ اَنۡزَلَ اللّٰهُ فَاُولٰٓٮِٕكَ هُمُ الۡكٰفِرُوۡنَ
5:44. Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya
(ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu
diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri
kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka,
disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka
menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada
manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar
ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barang siapa yang tidak
memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah
orang-orang yang kafir.4. Menolak seluruh bid'ah dan khurafat terhadap Allah Subhana Wa Ta'ala.
Surah Asy Syura(42) ayat 21:
اَمۡ لَهُمۡ شُرَكٰٓؤُا شَرَعُوۡا لَهُمۡ مِّنَ الدِّيۡنِ مَا لَمۡ يَاۡذَنۡۢ
بِهِ اللّٰهُؕ وَلَوۡلَا كَلِمَةُ الۡفَصۡلِ لَقُضِىَ بَيۡنَهُمۡؕ وَاِنَّ الظّٰلِمِيۡنَ
لَهُمۡ عَذَابٌ اَلِيۡمٌ
42:21. Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang
mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah? Sekiranya
tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah mereka telah
dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang lalim itu akan memperoleh
azab yang amat pedih.5. Menolak tahil(penghalalan) dan thrim(pengharaman) selain Allah Ta'ala.
Surah At Taubah (9) ayat 31:
اِتَّخَذُوۡۤا اَحۡبَارَهُمۡ وَرُهۡبَانَهُمۡ اَرۡبَابًا مِّنۡ دُوۡنِ اللّٰهِ
وَالۡمَسِيۡحَ ابۡنَ مَرۡيَمَ ۚ وَمَاۤ اُمِرُوۡۤا اِلَّا لِيَـعۡبُدُوۡۤا اِلٰهًا
وَّاحِدًا ۚ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ ؕ سُبۡحٰنَهٗ عَمَّا يُشۡرِكُوۡنَ
9:31. Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka
sebagai tuhan selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih
putra Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha
Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah
dari apa yang mereka persekutukan.Didalam hadist shohih disebutkan: Nabi Muhamad Shallallahu 'Alaihi Wa sallam membaca ayat ini kepada Adi bin Hatim At Tho'iy radhyallaahu 'anhu, maka ia berkata, waha Rasulullah...? "kami tidak mengibadahi mereka.....Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa salam menjawab, "bukankah mereka(rahib-rahib) menghalalkan untuk apa-apa yang Allah haramkan maka kamu menghalalkannya, dan mereka mengharamkan untuk kamu apa-apa yang Allah halalkan maka kamu mengaramkannya.....?" Ia berkata. "Benar!" Bani Shallallaahu 'Alaihi Wa sallam menjawab, "Itulah ibada mereka."
(HR. Tirmidziy)
6. Menetapkan (itsbat) Asma dan sifat Allah Ta'ala seperti yang Allah Subhana Wa Ta'ala dan Rasulullah Shallallah 'Alaihi Wa sallam tetapkan.
Allah Ta'ala berfirman:
Surah Al 'Araf(7) ayat 180:
وَلِلّٰهِ الۡاَسۡمَآءُ الۡحُسۡنٰى فَادۡعُوۡهُ بِهَا وَذَرُوا الَّذِيۡنَ
يُلۡحِدُوۡنَ فِىۡۤ اَسۡمَآٮِٕهٖ ؕ سَيُجۡزَوۡنَ مَا كَانُوۡا يَعۡمَلُوۡنَ
7:180. Hanya milik Allah asmaulhusna, maka bermohonlah kepada-Nya
dengan menyebut asmaaulhusna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang
menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka
akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.Imam Syafi' berkata, " Allah Subhana Wa Ta'ala memiliki asma' dan sifat yang disebutkan dalam kitbaNya dan diberitakan oleh Nabi-Nya kepada umatnya. Tidak seorangpun dapat menolak hujjah yang ada dihadapannya karena Al Quran telah datang membawa hujjah tersebut dan Rasullullah Nabi Shallallaahu 'Alaihi Wa sallam juga menyebutkannya dalam hadits shahih. Maka barang siapa mengingkari setelah datangnya hujjah tersebut, maka dimaafkan karena kejahilan atau kebodohannya, karena pengetahuan tentang masalah tersebut tidak dapat dijangkau oleh akal budi atau pemikirannya..."

Tidak ada komentar:
Posting Komentar