Minggu, 22 Desember 2013

PRINSIP-PRINSIP PEMAHAMAN DAN PENGAMALAN DINUL ISLAM

Di antara nikmat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang tiada terhingga, ada satu nikmat yang tertinggi nilainya karena nikmat ini dengan izin Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan membawa hamba Nya, baik manusia maupun jin ke pintu gerbang keselamatan dunia akherat. 

Nikmat yang tertinggi itu ialah nikmat Dinul Islam. Ia merupakan satu-satunya nikmat yang mampu menghantarkan hamba-hamba Nya dengan izin Nya kepada keselamatan, kebahagiaan dan kejayaan yang sebenarnya, baik di dunia maupun di akherat. 

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, Surah Az-Zukhruf ayat 43  :


faistamsik bialladzii uuhiya ilayka innaka 'alaa shiraathin mustaqiimin

[43:43] Maka berpegang teguhlah kamu kepada agama yang telah diwahyukan kepadamu. Sesungguhnya kamu berada di atas jalan yang lurus. 


Ketinggian nilai Dinul Islam dan kebaikan kaum Muslimin ini akan benar-benar menjadi kenyataan apabila hakekat akidah dan syariatnya benar-benar dipahami sehingga benar pengamalannya.

Alloh Subhana Wa Ta'ala  menetapkan beberapa prinsip mengamalkan Dinul Islam:

PERTAMA, Islam wajib diamalkan secara murni, syaratnya tidak boleh dicampur dengan ajaran/ideologi ciptaan akal manusia seperti: demokrasi, sosialisme, nasionalisme, Pancasila dan lain-lain.

وَأَنَّ هَٰذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ۚ ذَٰلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

"Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa" (Qs Al-An'am 153).
أَلَا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ

[39:3]Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik).

Az-Zumar

Maka syarat utama mengamalkan Dinul Islam adalah aqidahnya harus benar-benar dijaga agar bersih dari berbagai bentuk kemusyrikan.

Didalam Mengamali Islam, Yang Harus Bersih;
 

1. العقدة#العقدة اللكفرية= Aqidah Wajib Bersih Dari aqidah Kufriyah
2.
ا لتوحيد#الشرك= Tauhid Harus Besih Dari Syirik
3.
الإيمن#الإيمن الكفر= Iman Harus Bersih Dari Kekufuran
4.
العبادة
# البدعة= Ibadah Harus Bersih Dari Bid'ah
5.
الأخلاق# الأخلاق المذمومة= Akhlak Harus Bersih Dari Akhlak Tercela
6.
المعاملة#المعاملةالجاهلية= Mu'amalah Hrs Bersih dr Mu'amalah Jahiliah
7.
القيادة#قيدةالكفرية= Kepemimpinan Hrs Bersih dr Kaum kafir&munafiq
8.
المهاج#منهاج الباطلية = Manhaj Harus Bersih Dari Manhaj Batil



KEDUA: Islam wajib diamalkan secara kaffah yakni keseluruhan, tidak boleh dipotong-potong yakni ada yang diamalkan dan ada yang ditolak.
 كامل  atau شامل

Mengamalkan syariat Islam secara sepotong-potong adalah langkah syaitan yang dimurkai Alloh Subhana Wa Ta'ala;

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ


“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu” (Al-Baqarah 208).

Keterangan:

Dalam ayat tersebut di atas Allah Subhana Wa Ta'ala menerangkan kepada orang-orang yang beriman agar mengamalkan semua Syariat dan hukum-hukum Islam, dan jangan sampai ada yang sengaja ditinggalkan meskipun hanya satu Syariat karena semata-mata pertimbangan untung rugi keduniaan.

إِنَّ الَّذِينَ يَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ وَيُرِيدُونَ أَنْ يُفَرِّقُوا بَيْنَ اللَّهِ وَرُسُلِهِ وَيَقُولُونَ نُؤْمِنُ بِبَعْضٍ وَنَكْفُرُ بِبَعْضٍ وَيُرِيدُونَ أَنْ يَتَّخِذُوا بَيْنَ ذَٰلِكَ سَبِيلًا

Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan: "Kami beriman kepada yang sebahagian dan Kami kafir terhadap sebahagian (yang lain)", serta bermaksud (dengan Perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir), (Qs. An Nisa’ (4) ayat 150)


أُولَٰئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ حَقًّا ۚ وَأَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ عَذَابًا مُهِينًا

Merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan. (Qs. An Nisa’ (4) ayat 151

,
Hal ini diterangkan oleh Allah Subhana Wa Ta'ala dalam Al Quran dalam firman-Nya, Al-'Araaf  16-17;



[7:16] Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus



[7:17] kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan men-dapati kebanyakan mereka bersyukur (ta'at).




[7:18] Allah berfirman: "Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya barang-siapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar Aku akan mengisi neraka Jahannam dengan kamu semuanya".

Dan firman-Nya lagi, Surah Shaad 82-83:

[38:82] Iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya,



[38:83] kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka1305

Keterangan:
Yang dimaksud “hamba-hamba yang mukhlas” dalam surat Shaad ayat 83 diatas ialah orang-orang yang telah diberi taufik untuk mentaati segala petunjuk dan perintah Allah Subhana Wa Ta'ala. Ayat-ayat tersebut diatas jelas menerangkan bahwa mayoritas umat manusia menyeleweng dari tuntutan hati nuraninya yang murni yakni mencari sistem hidup dengan Syariat Islam, kepada tuntutan hawa nafsunya karena tergoda oleh Iblis / Syeitan.


KETIGA,  Islam wajib diamalkan dalam negara Islam atau Khilafah Islamiyah, sebab pemimpinnya orang Islam itu hanya Alloh, Rosul-Nya dan orang-orang beriman yang taat.

“Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah)” (Al-Ma’idah 55).

Maka setiap Muslim hanya wajib mentaati Alloh, Rosul-Nya dan ulil amri mukmin yakni pemimpin negara Islam atau khalifah.


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ ۖ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا


“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya” (An-Nisa’ 59).

Islam tidak boleh sengaja diamalkan di negara kafir, sebab pemimpin negara kafir adalah thaghut, dia pemimpinnya orang kafir, yang peranannya memurtadkan orang Islam.

اللَّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ آمَنُوا يُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ ۖ وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَوْلِيَاؤُهُمُ الطَّاغُوتُ يُخْرِجُونَهُمْ مِنَ النُّورِ إِلَى الظُّلُمَاتِ ۗ أُولَٰئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

“Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya” (Al-Baqarah 257).
 

Maka setiap orang Islam wajib menjauhi dan mengingkari thaghut, tidak boleh mentaatinya. 

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ آمَنُوا بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ يُرِيدُونَ أَنْ يَتَحَاكَمُوا إِلَى الطَّاغُوتِ وَقَدْ أُمِرُوا أَنْ يَكْفُرُوا بِهِ وَيُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُضِلَّهُمْ ضَلَالًا بَعِيدًا“

Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya"(An-Nisa’ 60)

Maka setiap orang Islam yang tinggal di negara kafir wajib berjuang merubah negara itu menjadi negara Islam dengan cita-cita dakwah dan jihad.

RESUME: PRINSIP-PRINSIP PEMAHAMAN DAN PENGAMALAN DINUL ISLAM

Alloh Subhana Wa Ta'ala  menetapkan beberapa prinsip mengamalkan Dinul Islam:

PERTAMA, Islam wajib diamalkan secara murni, syaratnya tidak boleh dicampur dengan ajaran/ideologi ciptaan akal manusia seperti: demokrasi, sosialisme, nasionalisme, Pancasila dan lain-lain.

Dalil :

Qs Al-An'am 153; Jalan yang lurus jalan yang diperintahkan Allah.
Az-Zhukhruf [39:3]: Kepunyaan Allah agama yang bersih
Didalam Mengamali Islam, Yang Harus Bersih;  

1. العقدة#العقدة اللكفرية= Aqidah Wajib Bersih Dari aqidah Kufriyah
2.
ا لتوحيد#الشرك= Tauhid Harus Besih Dari Syirik
3.
الإيمن#الإيمن الكفر= Iman Harus Bersih Dari Kekufuran
4.
العبادة
# البدعة=Ibadah Harus Bersih Dari Bid'ah
5.
الأخلاق# الأخلاق المذمومة=Akhlak Harus Bersih Dari Akhlak Tercela
6.
المعاملة#المعاملةالجاهلية=Mu'amalah hrs Bersih dr Mu'amalah Jahiliah
7.
القيادة#قيدةالكفرية=Kepemimpinan hrs Bersih dr Kaum kafir dan munafiq
8.
المهاج#منهاج الباطلية = Manhaj Harus Bersih Dari Manhaj Batil


KEDUA:
Islam wajib diamalkan secara kaffah yakni keseluruhan, tidak boleh dipotong-potong yakni ada yang diamalkan dan ada yang ditolak.
كامل atau
شامل
Dalil:
Al-Baqarah 2: 208; masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan
An Nisa’ 4:150-151
: Beriman kepada yg sebahagian dan kafir terhadap sebahagian yg lain
Al-'Araaf  16-18; Iblis akan (menghalang-halangi) anak adam dari jalan Allah
Shaad 82-83; Iblis akan menyesatkan anak adam kecuali yang mukhlis


KETIGA,
Islam wajib diamalkan dalam negara Islam atau Khilafah Islamiyah, sebab pemimpinnya orang Islam itu hanya Alloh, Rosul-Nya dan orang-orang beriman yang taat.


Dalil:
Al-Ma’idah 55;
pemimpin orang Islam itu hanya Alloh, Rosul-Nya dan orang2 beriman yg taat
An-Nisa’ 59: taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.
Al-Baqarah 257: Islam tidak boleh sengaja diamalkan di negara kafir
An-Nisa’ 60: wajib menjauhi dan mengingkari thaghut, tidak boleh mentaatinya. 


Maka setiap orang Islam yang tinggal di negara kafir wajib berjuang merubah negara itu menjadi negara Islam dengan cita-cita dakwah dan jihad.


Minggu, 08 Desember 2013

Taushiyah Ustadz Abu Bakar Ba’asyir dari Penjara Nusakambangan

 


NUSAKAMBANGAN (infaq dakwah center) - Selama sepekan Relawan Infaq Dakwah Center (IDC) melawat ke kawasan Cilacap untuk menunaikan tugas dakwah dan kemanusiaan. Selain persiapan program Rumah Singgah & Dakwah, Relawan IDC juga membezuk para ustadz dan mujahidin yang sedang diuji di penjara Nusakambangan.

Di Nusakambangan, kesehatan Ustadz Abu, sapaan akrabnya, cukup baik. Hanya mengalami sedikit gangguan mata, akibat sedikit pembengkakan di bawah mata, dan sudah diperiksa oleh dokter spesialis mata dari Jakarta.

Meski belum bisa shalat jama’ah di masjid karena masih diisolasi, ketegaran Ustadz Abu tak pupus. Kepada para pembezuk dirinya, tak pernah bosan Ustadz Abu menekankan wajibnya penegakan Daulah Islamiyah dengan dakwah dan jihad.

Khusus kepada Relawan IDC, Ustadz Abu menitipkan taushiyah di atas kertas yang ditulis tangan. Inilah taushiyah lengkapnya yang ditulis dari penjara paling angker se-Indonesia itu:


Kaum Muslimin rohimakumulloh,

Alloh Subhana Wa Ta'ala  menetapkan beberapa prinsip mengamalkan Dinul Islam:

PERTAMA, Islam wajib diamalkan secara murni, syaratnya tidak boleh dicampur dengan ajaran/ideologi ciptaan akal manusia seperti: demokrasi, sosialisme, nasionalisme, Pancasila dan lain-lain.

"Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa"
(Qs Al-An'am 153).

Sebab Dinul Islam adalah haq wahyu Allah, sedangkan semua ideologi ciptaan manusia adalah batil wahyu syaitan.

Imam Ahmad bin Hanbal meriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud, ia mengatakan: "Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam  membuat garis dengan tangannya kemudian beliau mengatakan:


"Ini adalah jalan Allah yang lurus."

Lalu beliau membuat garis di sebelah kanan dan kirinya, kemudian beliau bersabda:
"Jalan-jalan ini tidak ada satu jalan pun dari jalan-jalan tersebut melainkan di atasnya terdapat syaitan yang mengajak ke jalan itu."

Kemudian beliau membaca ayat:
“Yang Kami perintahkan ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan yang lain, karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya" (HR Ahmad).

KEDUA
, Islam wajib diamalkan secara kaffah yakni keseluruhan, tidak boleh dipotong-potong yakni ada yang diamalkan dan ada yang ditolak.

Mengamalkan syariat Islam secara sepotong-potong adalah langkah syaitan yang dimurkai Alloh Subhana Wa Ta'ala;.
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”(Al-Baqarah 208).

KETIGA, Islam wajib diamalkan dalam negara Islam atau Khilafah Islamiyah, sebab pemimpinnya orang Islam itu hanya Alloh, Rosul-Nya dan orang-orang beriman yang taat.

“Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah)” (Al-Ma’idah 55).

Maka setiap Muslim hanya wajib mentaati Alloh, Rosul-Nya dan ulil amri mukmin yakni pemimpin negara Islam atau khalifah.
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya” (An-Nisa’ 59).

Islam tidak boleh sengaja diamalkan di negara kafir, sebab pemimpin negara kafir adalah thaghut, dia pemimpinnya orang kafir, yang peranannya memurtadkan orang Islam.
“Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya” (Al-Baqarah 257).

Maka setiap orang Islam wajib menjauhi dan mengingkari thaghut, tidak boleh mentaatinya.
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya” (An-Nisa’ 60).

Maka setiap orang Islam yang tinggal di negara kafir wajib berjuang merubah negara itu menjadi negara Islam dengan cita-cita dakwah dan jihad.

Kaum Muslimin rohimakumulloh,

Ketahuilah bahwa sesungguhnya negara Indonesia adalah negara kafir, maka wajib bagi tiap-tiap Muslim berjuang dengan dakwah dan jihad untuk meluruskannya menjadi Negara Islam yang diridhai Alloh Subhana Wa Ta'ala, Maka jihad hari ini khususnya di Indonesia hukumnya fardhu ‘ain. Kaum muslimin harus berjihad dengan jiwanya bagi yang mampu dan dengan hartanya. Jihad dengan harta di antaranya membantu memenuhi kebutuhan keluarga mujahidin agar mereka tidak terlantar. Rosululloh Shalallahu 'Alaihi Wasallam  bersabda:

"Barangsiapa yang mempersiapkan perbekalan orang yang berjihad fisabilillah maka sungguh ia telah berjihad dan barangsiapa yang menanggung keluarga orang yang berjihad fisabilillah dengan baik (cukup), maka sungguh ia telah berjihad"
(HR Bukhari).

Apalagi, di antara mereka juga ada yang ditinggal syahid dan anak-anaknya menjadi yatim. Maka lebih wajib lagi bagi kaum muslimin untuk membantu. Rosululloh Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
“Aku dan pemelihara anak yatim kelak di surga kedudukannya seperti dua jari ini” (HR Bukhari).

Rosululloh Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda demikian sambil menunjukkan jari telunjuk dan jari tengahnya dengan merapatkan keduanya. Membantu anak yatim yang orang tuanya syahid, insya Alloh akan  mendapat pahala yang berlipat ganda. Selain mendapat pahala jihad karena mengurusi keluarga mujahidin, mereka juga mendapat keutamaan masuk surga bersama Rosululloh sedekat dua jari di surga karena berpartisipasi memelihara anak yatim.

Saya menyambut baik dan mendukung program “CINTA YATIM SYUHADA DAN MUJAHIDIN” yang dikelola YAYASAN INFAQ DAKWAH CENTER (IDC), dan mengimbau kaum Muslimin untuk menyalurkan infaqnya dalam program ini.

Jangan sampai kita semua berdosa karena ada anak Yatim Syuhada dan Mujahidin yang terlantar akibat ketidakpedulian kita.

Pasir Putih Nusakambangan, 30 Jumadil Awwal 1434 H (11 April 2013 M)
Al-Faqir ilalloh,

(ABU BAKAR BA’ASYIR)

Sumber: http://www.infaqdakwahcenter.com/read/idc/134/penting-taushiyah-terbaru-ustadz-abu-bakar-baasyir-dari-penjara-nusakambangan/

Jumat, 06 Desember 2013

Prinsip-Prinsip Dalam Memahami Dinul Islam:

بسم الله الرحمن الرحيم
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ 

Amma ba'du


Pada kesempatan kali ini kita akan membicarakan Prinsip-Prinsip Dinul Islam. Sebelum kita membicarakan lebih lanjut, mari kita lihat terlebih dahulu pengertian Dinul Islam.

Kalimah Din dalam Bahasa Arab berasal dari kata ;


دان -----> يدين----> دينا
diinan---------yadiinu-------------------daana


Artinya : “agama, jalan hidup/idiologi, peraturan atau undang-undang”

- Kata Islam dalam Bahasa Arab berasal dari kata;


اسلم ---> يسلم --->اسلاما
aslaman---------yuslimu---------aslam

Artinya : tunduk, menyerah, patuh, selamat dan damai 

Dengan demikian Islam dapat berarti senantiasa tunduk, patuh dan meyerahkan diri kepada Allah Subhana Wa Ta'ala. Islam juga dapat berarti keselamatan dan kedamaian, karena orang yang telah masuk Islam akan selamat dan damai di dunia maupun di akhirat.

- Adapun arti Islam menurut istilah adalah "senantiasa tunduk, patuh dan menyerah kepada Allah Wa Subhana Wa Ta'ala lahir maupun bathin dengan melaksanakan perintah-perintahNya dan menjauhi segala larangannya."

Secara keseluruhan bahwa Dinul Islam itu adalah agama pembawa keselamatan kepada umat manusia, sepanjang hamba Allah tersebut menjalankan syari'at Dinul Islam itu sendiri yang berlandaskan al-Qur'an dan Hadist.

Dinul Islam merupakan salah satu di antara nikmat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, nikmat yang tertinggi nilainya karena nikmat ini dengan izin Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan membawa hamba Nya baik manusia maupun jin, ke pintu gerbang keselamatan dunia akherat. Dinul Islam  merupakan satu-satunya nikmat yang mampu menghantarkan hamba-hamba Nya dengan izin Nya kepada keselamatan, kebahagiaan dan kejayaan yang sebenarnya, baik di dunia maupun di akherat.


Sumber pokok Dinul Islam adalah Al Quran dan Sunnah Nabi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam. Al-Quran, kitab suci yang diturunkan dari Allah yang Maha Bijaksana kepada Hamba Nya yang menunjukkan jalan yang paling lurus di dunia ini, sehingga apabila manusia dan jin berpegang teguh kepada Al Quran dan Sunnah, berarti hidupnya berada di jalan yang lurus dan mendapat kemuliaan yang hakiki maka dijamin tidak akan sesat selama-lamanya dan pasti dijamin keselamatannya dunia akherat.


Dan firman Allah Subhana Wa Ta'ala, Surah Al-Israa' ayat 9 :



inna haadzaaalqur-aana yahdii lillatii hiya aqwamu wayubasysyiru almu/miniina alladziina ya'maluuna alshshaalihaati anna lahum ajran kabiiraan


[17:9] Sesungguhnya Al Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.


Rasullah Shollallohu ‘Alaihi Wasallam bersabda (artinya) :

"Aku telah meninggalkan untuk kamu sekalian dua perkara, setelah ada dua perkara tersebut, kamu sekalian tidak mungkin sesat selama kamu masih berpegang teguh kepada kedua perkara itu, yakni kitab Allah (Al Quran) dan Sunnahku”

(HR. Al Hakim – Shahih).

Oleh karena itu manusia yang menerima nikmat Dinul Islam  dinyatakan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala sebagai umat yang terbaik nilainya, karena sehat kepercayaannya yakni Tauhid dan Iman kepada Allah dan Rasul Nya dan terpuji kegiatannya, yaitu Amar Makruf Nahi Mungkar.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, Surah Ali Imran ayat 102:


كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ

.
kuntum khayra ummatin ukhrijat lilnnaasi ta'muruuna bilma'ruufi watanhawna 'ani almunkari watu'minuuna billaah.

[3:110] Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah

Ketinggian nilai Dinul Islam dan kebaikan kaum Muslimin ini akan benar-benar menjadi kenyataan apabila hakekat akidah dan syariatnya benar-benar dipahami sehingga benar pengamalannya.
 

Prinsip-Prinsip Dalam Memahami Dinul Islam:


Prinsip Pertama:Islam Wajib Dipahami Dan Diamali Dengan Bersih
Prinsip Kedua:
Islam Harus Utuh, Tidak Boleh Sepotong-Sepotong

Prinsip Ketiga: Islam Wajib Diamalkan Di dalam Sistem Islam


Prinsip Pertama:Islam Wajib Dipahami Dan Diamali Dengan Bersih

Pengamalan Dinul Islam tidak boleh dicampur dengan Din(agama, jalan hidup/ideologi, peraturan atau undang-undang) dan ajaran lainnya, karena sesungguhnya hanya Dinul Islam saja yang diakui oleh Allah Subhana Wa Ta'ala sebagai satu-satunya Din yang paling benar dan satu-satunya Din yang di Ridhoi disisi Nya, sedang Din-Din lainnya semuanya Bathil. Dan semua Din diluar Dinul Islam ditolak mutlak oleh Allah Subhana Wa Ta'ala. Allah berfirman, Surah
Ali Imran ayat 19:



إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ
inna addiina 'inda allaahi al-islaamu


[3:19] Sesungguhnya
“agama, jalan hidup/ideologi, peraturan atau undang-undang" (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam.

Dan firman-Nya lagi, Surat Ali Imran ayat 85;



waman yabtaghi ghaira al-islaami diinan falan yuqbala minhu wahuwa fii al-aakhirati mina alkhaasiriina

[3:85] Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.

Maka Allah Subhana Wa Ta'ala memerintahkan semua hamba Nya agar hanya mengikuti jalan Nya (Din Nya) saja dan melarang mengikuti jalan-jalan (Din-Din) lainnya. 
Allah Subhana Wa Ta'ala menerangkan hal tersebut dalam firman Nya, Surah Al-An'aam ayat 153;




wa-anna haadzaa shiraathii mustaqiiman faittabi'uuhu walaa tattabi'uu alssubula fatafarraqa bikum 'an sabiilihi dzaalikum washshaakum bihi la'allakum tattaquuna

[6:153] dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain)521, karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.


Dan firman Nya lagi, Surah Al-'Araaf ayat 3:


ittabi'uu maa unzila ilaikum min rabbikum walaa tattabi'uu min duunihi awliyaa-a qaliilan maa tadzakkaruuna

[7:3] Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Rabb-mu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya528. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya).

Dan firman Nya lagi, Surah Az-Zumar ayat 3:


alaa lillaahi alddiinu alkhaalishu waalladziina ittakhadzuu min duunihi awliyaa-a maa na'buduhum illaa liyuqarribuunaa ilaa allaahi zulfaa inna allaaha yahkumu baynahum fii maa hum fiihi yakhtalifuuna inna allaaha laa yahdii man huwa kaadzibun kaffaarun

[39:3] Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.


Keterangan:


Tiga ayat tersebut diatas jelas dan tegas menerangkan bahwa kaum Muslimin wajib mengamalkan Syariat Islam secara bersih dari campuran ajaran / ideologi / tatanan hidup yang bertentangan dengan Islam.

Aqidah Islamiyyah dan Tauhid adalah merupakan inti dan ruhnya Dinul Islam, yang menentukan diterima dan tidaknya amal seseorang. Peranan aqidah dan tauhid dalam Dinul Islam dapat diumpamakan seperti peranan Ruh di dalam badan. Semua anggota badan dapat hidup dan bergerak serta bernilai tinggi sehingga tidak dapat dinilai dengan uang. Itu semua disebabkan adanya Ruh. Kalau Ruh tersebut tiada lagi maka matilah semua badan dan anggotanya tidak lagi mampu bergerak dan nilainyapun jatuh tiada berharga lagi.

Demikian pula semua pengamalan Syariat Islam akan hidup dan bernilai tinggi di sisi Allah Subhana Wa Ta'ala dan akan dapat mewujudkan manfaat di dunia dan akhirat apabila didasari Aqidah dan Tauhid yang bersih dari berbagai bentuk kemusyrikan. Tetapi apabila amalan itu semua ditaburi kemusyrikan sehingga rusaklah Aqidah dan tauhid, maka amalan itu semua tidak ada harganya lagi di sisi Allah baik di dunia maupun di akhirat, karena amalan itu sudah mati tidak ada ruhnya lagi dan Allah tidak akan menerima amal yang mati semacam ini.

Maka amal orang Kafir, betapapun baiknya, tidak ada nilainya di sisi Allah Subhana Wa Ta'ala sebab ia merupakan amal mati yang tidak ada Ruhnya yakni, karena tidak didasari Aqidah dan Tauhid. Amal semacam ini oleh Allah diumpamakan sebagai debu yang berterbangan, yakni tidak ada nilainya dan hilang tanpa membawa manfaat baginya.

Sebagaimana yang dinyatakan dalam firman-Nya, Al-Furqan ayat 23:


waqadimnaa ilaa maa 'amiluu min 'amalin faja'alnaahu habaa-an mantsuuraan


[25:23] Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan1063, lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan.


Dalam ayat yang lain, Allah Subhana Wa Ta'ala menerangkan bahwa orang Kafir kelak di akhirat tidak menjumpai hasil amal baiknya di dunia sedikitpun.


Hal ini diumpamakan sebagai orang yang kehausan di bawah teriknya panas matahari mengejar fatamorgana yang dikira air. Tetapi sampai di tempat yang tadinya ia melihat ada air, ternyata kosong tiada setetes airpun.

Allah Subhna Wa Ta'ala berfirman lagi, An-Nur ayat 39:



waalladziina kafaruu a'maaluhum kasaraabin biqii'atin yahsabuhu alzhzham-aanu maa-an hattaa idzaa jaa-ahu lam yajidhu syay-an wawajada allaaha 'indahu fawaffaahu hisaabahu waallaahu sarii'u alhisaabi


[24:39] Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. Dan didapatinya (ketetapan) Allah disisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya1043.


Bahkan meskipun yang beramal baik itu seorang Muslim tetapi apabila amal itu tidak didasari dan didorong oleh aqidah dan tauhid yang bersih, sehingga amal tersebut tercampur dengan bid’ah dan kemusyrikan, maka amal itu tidak akan diterima dan sia-sia di sisi Allah Subhana Wa Ta'ala karena diwarnai kemusyrikan dan bid’ah.


Allah Subhana Wa Ta'ala berfirman, Az-Zumar ayat 65:

walaqad uuhiya ilayka wa-ilaa alladziina min qablika la-in asyrakta layahbathanna 'amaluka walatakuunanna mina alkhaasiriina

[39:65] Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Ilah), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.


Maka syarat utama mengamalkan Dinul Islam adalah aqidahnya harus benar-benar dijaga agar bersih dari berbagai bentuk kemusyrikan.

Didalam Mengamali Islam, Yang Harus Bersih;


1.العقدة # العقدة اللكفرية
Aqidah Wajib Bersih Dari aqidah Kufriyah

2.  
ا لتوحيد #  الشرك
Tauhid Harus Besih Dari Syirik


3. 
الإيمن  # الإيمن الكفر
Iman Harus Bersih Dari Kekafiran


4.
العبادة #  البدعة
Ibadah Harus Bersih Dari Bid'ah

5.
الأخلاق   # الأخلاق المذمومة 
Akhlak Harus Bersih Dari Akhlak Tercela

6.
المعاملة # المعاملة الجاهلية
Mu'amalah Harus Bersih Dari Mu'amalah Jahiliyah


7.
القيادة #  قيدةالكفرية

Kepemimpinan Harus Bersih Dari Kepemimpinan Kufriyah


8.
المهاج # منهاج الباطلية

Manhaj Harus Bersih Dari Manhaj Batiliyah


Prinsip Kedua: Islam Harus Utuh, Tidak Boleh Sepotong-Sepotong


DINUL ISLAM HARUS DIAMALKAN SECARA KAFFAH

Disamping Dinul Islam harus diamalkan secara bersih dan murni seperti yang sudah diterangkan dalam keterangan-keterangan sebelumnya, maka ia juga harus diamalkan secara Kaaffah / Syumul keseluruhan. Yang dimaksud secara Kaaffah adalah pengamalan Syariatnya wajib diusahakan untuk diamalkan secara sempurna tidak boleh ada satu Syariatpun yang sengaja ditinggalkan kecuali karena benar-benar tidak ada kemampuan. Allah Subhana Wa Ta'ala memerintahkan orang-orang berIman agar memasuki Dinul Islam secara Kaaffah, maksudnya agar berusaha mengamalkan semua Syariat dan hukum-hukumnya secara sempurna tidak satu Syariatpun, meskipun kecil, yang sengaja ditinggalkan / dibekukan.
Hal ini dijelaskan oleh Allah Subhana Wa Ta'ala dalam firman-Nya, Al Baqaraah : 208:


yaa ayyuhaa alladziina aamanuu udkhuluu fii alssilmi kaaffatan walaa tattabi'uu khuthuwaati alsysyaythaani innahu lakum 'aduwwun mubiinun

[2:208] Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.
Keterangan:

Dalam ayat tersebut di atas Allah Subhana Wa Ta'ala menerangkan kepada orang-orang yang beriman agar mengamalkan semua Syariat dan hukum-hukum Islam, dan jangan sampai ada yang sengaja ditinggalkan meskipun hanya satu Syariat karena semata-mata pertimbangan untung rugi keduniaan.

Hukum dan Syariat Islam pasti sesuai untuk diamalkan pada setiap tempat dan zaman, ia sanggup menjawab tuntutan perkembangan zaman, dan sanggup memenuhi tuntutan fitrah murni manusia dan sanggup memenuhi keperluan kehidupan manusia khususnya di dunia ini, dan sanggup mengatasi dan menyelesaikan serta memberi jalan keluar setiap musqilah (problem) yang dihadapi manusia dalam kehidupannya di dunia, baik musqilah pribadi, keluarga, masyarakat, maupun problem kenegaraan. Syariat Islamlah sebenarnya yang selalu didambakan dan dicari-cari oleh fitrah murni manusia untuk mengatasi musqilah kehidupannya dimana saja dan kapan saja. Tetapi karena godaan Syeitan / Iblis manusia banyak yang diselewengkan dari tuntutan fitrah murninya menuju tuntutan hawa nafsunya.

Hal ini diterangkan oleh Allah Subhana Wa Ta'ala dalam Al Quran dalam firman-Nya, Al-'Araaf  16-17;


qaala fabimaa aghwaytanii la-aq'udanna lahum shiraathaka almustaqiima

[7:16] Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus



tsumma laaatiyannahum min bayni aydiihim wamin khalfihim wa'an aymaanihim wa'an syamaa-ilihim walaa tajidu aktsarahum syaakiriina

[7:17] kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan men-dapati kebanyakan mereka bersyukur (ta'at).



qaala ukhruj minhaa madzuuman madhuuran laman tabi'aka minhum la-amla-anna jahannama minkum ajma'iina

[7:18] Allah berfirman: "Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya barangsiapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar Aku akan mengisi neraka Jahannam dengan kamu semuanya".

Dan firman-Nya lagi, Surah Shaad 82-83:
qaala fabi'izzatika laughwiyannahum ajma'iina

[38:82] Iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya,


illaa 'ibaadaka minhumu almukhlashiina

[38:83] kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka1305

Keterangan:

Yang dimaksud “hamba-hamba yang mukhlas” dalam surat Shaad ayat 83 diatas ialah orang-orang yang telah diberi taufik untuk mentaati segala petunjuk dan perintah Allah Subhana Wa Ta'ala. Ayat-ayat tersebut diatas jelas menerangkan bahwa mayoritas umat manusia menyeleweng dari tuntutan hati nuraninya yang murni yakni mencari sistem hidup dengan Syariat Islam, kepada tuntutan hawa nafsunya karena tergoda oleh Iblis / Syeitan.

Disamping itu Syariat Islam adalah mengandung kebenaran murni dan tidak tercampur dengan kebathilan sedikitpun.  Hal ini diterangkan Allah Subhana Wa Ta'ala  dalam firman-Nya, Fushshilat : 41 dan 42:


inna alladziina kafaruu bialdzdzikri lammaa jaa-ahum wa-innahu lakitaabun 'aziizun

[41:41] Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari Al Quraan ketika Al Quraan itu datang kepada mereka, (mereka itu pasti akan celaka), dan sesungguhnya Al Quraan itu adalah kitab yang mulia.


laa ya/tiihi albaathilu min bayni yadayhi walaa min khalfihi tanziilun min hakiimin hamiidin

[41:42] Yang tidak datang kepadanya (Al Quraan) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.“

Dan, kebenaran Syariat Islam tetap terjaga hingga akhir zaman tidak seorangpun yang sanggup mengubahnya, karena Allah Subhana Wa Ta'ala  menjaga kemurnianya sampai akhir zaman.  Hal ini diterangkan oleh Allah Subhana Wa Ta'ala dalam firman-Nya:


innaa nahnu nazzalnaa aldzdzikra wa-innaa lahu lahaafizhuuna

[15:9] Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya793.

Disamping Allah Subhana Wa Ta'ala memerintahkan semua orang beriman agar mengamalkan semua Syariat Islam seperti yang diterangkan dalam surat Al Baqaraah ayat 208, Dia juga melarang mengikuti langkah-langkah Syeitan.

Diantara langkah-langkah Syeitan untuk menyesatkan hamba Allah Subhana Wa Ta'ala ialah menghalangi kaum Muslimin mengamalkan Syariat Islam secara Kaaffah dan mendorong mereka meninggalkan pengamalan Syariat Islam secara keseluruhan atau mengamalkan Syariat Islam secara sebagian-sebagian / sepotong-sepotong saja, dengan dibayangi untung rugi dunia, sebagaimana yang diterapkan oleh negara-negara umat Islam di Asia tenggara termasuk di Indonesia.

Dengan demikian orang Islam dan negara-negara umat Islam termasuk Indonesia sejak merdeka sampai hari ini yang sengaja hanya mau mengamalkan sebagian Syariat Islam dan sengaja meninggalkan sebagian lainnya sebenarnya mereka mentaati langkah-langkah Syeitan dan mendurhakai perintah Allah SWT.
Sebagaimana yang tersebut dalam surat Al Baqarah ayat 208 diatas karena orientasi hidupnya hanya mementingkan dunia dan melupakan akherat.

Ancaman Yang Dikenakan kepada orang Islam/Negara-Negara Umat Islam Yang Sengaja Mengamalkan Syariat Secara Sepotong-Sepotong.

Mengamalkan Syariat Islam secara Kaaffah adalah merupakan perintah Allah Subhana Wa Ta'ala dan Sunnah Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam. Sebaliknya sengaja mengamalkan Syariat Islam secara sepotong-sepotong seperti yang pengamalannya dipaksakan oleh penguasa kaum Sekuler yang menguasai negara-negara umat Islam termasuk Indonesia, padahal ada kemampuan untuk mengamalkan secara Kaaffah, adalah dorongan Syaitan dan merupakan perbuatan durhaka terhadap perintah Allah Subhana Wa Ta'ala.

Maka Allah Subhana Wa Ta'ala  mengingatkan dengan peringatan yang keras kepada mereka yang sengaja mengamalkan Syariat Islam sepotong-sepotong.

Mereka oleh Allah Subhana Wa Ta'ala dikatakan kaum yang mengimani sebagian Alkitab dan mengkafiri sebagian lainnya, amalan semacam ini diancam dengan balasan hidup hina dan nista di dunia dan azab pedih di akherat, karena pada hakekatnya yang bersangkutan telah murtad. Hal ini diterangkan oleh Allah Subhana Wa Ta'ala  dalam firman-Nya: Al Baqarah 85;
tsumma antum haaulaa-i taqtuluuna anfusakum watukhrijuuna fariiqan minkum min diyaarihim tazhaaharuuna 'alayhim bial-itsmi waal'udwaani wa-in ya/tuukum usaaraa tufaaduuhum wahuwa muharramun 'alaykum ikhraajuhum afatu/minuuna biba'dhi alkitaabi watakfuruuna biba'dhin famaa jazaau man yaf'alu dzaalika minkum illaa khizyun fii alhayaati alddunyaa wayawma alqiyaamati yuradduuna ilaa asyaddi al'adzaabi wamaa allaahu bighaafilin 'ammaa ta'maluuna

[2:85] Kemudian kamu (Bani Israil) membunuh dirimu (saudaramu sebangsa) dan mengusir segolongan daripada kamu dari kampung halamannya, kamu bantu membantu terhadap mereka dengan membuat dosa dan permusuhan; tetapi jika mereka datang kepadamu sebagai tawanan, kamu tebus mereka, padahal mengusir mereka itu (juga) terlarang bagimu. Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat68.

Keterangan:

Sebenarnya ayat tersebut diatas menerangkan tabiat orang Yahudi yang suka melanggar Syariat Allah Subhana Wa Ta'ala karena kepentingan duniawi. Sebagaimana keterangan Allah Subhana Wa Ta'ala dalam surat Al Baqarah ayat 84:


wa-idz akhadznaa miitsaaqakum laa tasfikuuna dimaa-akum walaa tukhrijuuna anfusakum min diyaarikum tsumma aqrartum wa-antum tasyhaduuna

[2:84] Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu (yaitu): kamu tidak akan menumpahkan darahmu (membunuh orang), dan kamu tidak akan mengusir dirimu (saudaramu sebangsa) dari kampung halamanmu, kemudian kamu berikrar (akan memenuhinya) sedang kamu mempersaksikannya.

Dalam ayat tersebut diatas, Allah Subhana Wa Ta'ala menerangkan bahwa Bani Israil telah berikrar sanggup memegang teguh janji mereka kepada Allah Subhana Wa Ta'ala yang isinya; bahwa mereka tidak akan saling bunuh-membunuh dan mengusir bangsa sendiri dari kampung halaman. Janji ini adalah merupakan Syariat Allah yang termaktub dalam kitab Taurat yang mereka akui kebenarannya dan berikrar menepatinya.

Tetapi dalam kenyataannya, mereka selalu melanggar sebagian janji-janji itu karena perhitungan kepentingan duniawi. Hal ini terjadi ketika mereka tinggal di Madinah, dimana tinggal kaum Yahudi Bani Quraidah dan Bani Nadzir yang bertetangga dengan bangsa Arab dari Khabilah Aus dan Khadzrat. Di dalam kehidupan sehari-hari antara kedua Khabilah Arab itu selalu terjadi peperangan. Kaum Yahudi mengadakan persekutuan dengan para Khabilah itu. Bani Nadzir bersekutu dengan Khabilah Khadzrat dan Bani Quraidah bersekutu dengan Khabilah Aus, apabila terjadi peperangan antara kedua Khabilah Arab itu, masing-masing puak Yahudi membela sekutunya dari Khabilah Arab itu. Ini berarti juga terjadi peperangan atau saling bunuh membunuh antara puak Yahudi itu sendiri.

Perbuatan ini jelas melanggar janji yang telah mereka ikrarkan kepada Allah Subhana Wa Ta'ala dalam kitab Taurat, dan ini berarti melanggar / meninggalkan sebagian Syariat Allah Subhana Wa Ta'ala.

Apabila peperangan selesai, masing-masing puak Yahudi menebus bangsanya yang tertawan, perbuatan tersebut berarti menepati Syariat Allah. Praktek semacam inilah yang Allah Subhana Wa Ta'ala nilai sebagai perbuatan mengimani sebagian Alkitab dan mengkafiri sebagian yang lain.

Meskipun ayat tersebut diatas menceritakan keadaan Bani Israil yang suka melanggar Syariat karena kepentingan duniawi, tetapi maksud diturunkannya di dalam Al Quran adalah untuk memberi pelajaran kepada umat Muhammad SAW (umat Islam) dan memberi peringatan kepada mereka supaya jangan meniru tingkah laku orang Yahudi dalam mengamalkan Syariat Allah SWT. Dalam ayat tersebut, Allah SWT memberi ancaman kepada orang-orang Yahudi yang mengamalkan Syariat Allah secara sepotong-sepotong ini, bahwa mereka akan ditimpa kehinaan hidup di dunia dan di akherat mereka akan di adzab dengan siksa yang pedih.

Demikian pula umat Islam apabila dengan sengaja ingin mengambil dan mengamalkan hukum / Syariat Islam secara sepotong-sepotong saja, yakni sebagian diamalkan dan sebagain lainnya sengaja ditinggalkan, padahal ada kemampuan untuk mengamalkannya, maka ancaman Allah Subhana Wa Ta'ala yang tersebut diatas juga akan menimpa mereka (umat Islam). Yakni mereka akan ditimpa kehinaan hidup di dunia yang wujudnya perpecahan, ketakutan, kekacauan, kemsikinan, ditindas musuh, keguncangan dan lain-lain lagi. Ancaman Allah ini suah mulai kita rasakan terutama di Indonesia. Sedang di akherat nanti, diancam dengan azab yang pedih, na’udzu billah minzalik.

Mengapa Allah Subhana Wa Ta'ala mengancam begitu keras, padahal kenyataannya mereka masih mau mengamalkan Syariat Nya meskipun hanya sebagian saja?

Jelas hal ini berati karena mereka enggan ta’at kepada Allah Subhana  secara mutlak karena kecintaannya kepada kehidupan dunia dan melupakan kehidupan akherat sehingga ketaatannya dibagi antara taat kepada Allah Subhna dan taat kepada langkah-langkah Syeitan, jelas perbuatan ini merupakan kemurtadan. Allah Subhna Wa Ta'ala menerangkan bahwa sebab ketaatan kepada Allah yang setengah-setengah ini adalah karena pengaruh bisikan Syaitan sehingga orientasi hidupnya kepada dunia dan meninggalkan akherat.  Hal ini diterangkan dalam firman-Nya,  Al Baqarah : 86:


ulaa-ika alladziina isytarawuu alhayaata alddunyaa bial-aakhirati falaa yukhaffafu 'anhumu al'adzaabu walaa hum yunsharuuna

[2:86] Itulah orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat, maka tidak akan diringankan siksa mereka dan mereka tidak akan ditolong.

Dalam ayat tersebut diatas Allah Subhana Wa Ta'ala menerangkan bahwa mereka yang hanya bersedia mengamalkan Syariat Allah secara sepotong-sepotong tujuannya adalah semata-mata untuk kepentingan dunianya dengan melupakan akheratnya. Hal ini oleh Allah Subhana Wa Ta'ala disifati sebagai: membeli kehidupan dunia dengan akherat. Jadi amal mereka jelas tidak ikhlas semata-mata mencari ridho Allah Subhana Wa Ta'ala, semata-mata mentaati Allah tetapi karena mentaati seruan Syaitan karena mencari keuntungan dunia (kepentingan politik, kedudukan, harta dan lain-lain kepentingan dunia). Akherat sebagai kampung halaman mereka yang sebenarnya, mereka jual untuk membeli dunia yang pasti akan mereka tinggalkan sehingga murtad, maka pantaslah dihinakan hidup mereka dunia dan disiksa di akherat.

Adapun orang beriman yang benar-benar Imannya murni pasti lebih mementingkan akherat dari pada dunia, mereka jual dunianya untuk membeli akherat dengan berusaha melaksanakan perintah Allah secara sempurna, tidak segan-segan mereka korbankan dunia bahkan kalau perlu nyawa demi menempuh kesuksesan akherat.

Hal ini dikarenakan orang beriman benar-benar memahami bahwa akherat itulah kampung halaman yang tidak akan mereka tinggalkan dan mereka tinggal di dalamnya untuk selama-lamanya, sedang dunia hanya sebagai kampung usaha dan bekerja untuk mencapai kesuksesan akherat dan pasti kehidupan dunia akan mereka tinggalkan. Mereka beriman dan membenarkan firman Allah Subhana Wa Ta'ala sebagai yang termakhtub di dalam ayat berikut,  Al Mu’min 39:


yaa qawmi innamaa haadzihi alhayaatu alddunyaa mataa'un wa-inna al-aakhirata hiya daaru alqaraari

[40:39] Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.
Maka orang beriman yang benar-benar murni Imannya pasti berusaha keras dan berjuang untuk dapat mengamalkan Syariat Islam secara Khaffah, mentaati perintah Allah dan Rasul Nya secara keseluruhan dan berusaha keras menjauhi langkah-langkah Syaitan seperti yang tersebut dalam ayat Al Quran yang telah dijelaskan tadi. Meskipun usaha dan perjuangan untuk mengamalkan hal ini harus meminta pengorbanan kepentingan dunianya, bahkan meskipun harus meminta pengorbanan nyawa. Demikianlah seharusnya sifat (karakterisitk) orang berIman yang murni Imannya. Maka bila dipanggil untuk melaksanakaan hukum Allah tiada lagi jawabannya kecuali menjawab: “Kami dengar dan kami taati”, tidak membantah sedikitpun. Hal ini diterangkan oleh Allah SWT dalam firman-Nya,  An Nuur : 51:


innamaa kaana qawla almu/miniina idzaa du'uu ilaa allaahi warasuulihi liyahkuma baynahum an yaquuluu sami'naa wa-atha'naa waulaa-ika humu almuflihuuna

[24:51] Sesungguhnya jawaban oran-orang mu'min, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka1046 ialah ucapan. "Kami mendengar, dan kami patuh". Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.
Dan tidak pula mengajukan tawaran mencari pilihan lain, dia puas dan percaya penuh menerima dengan lapang dada semua ketentuan Allah Subhana Wa Ta'ala dan Rasul-Nya. Allah Subhana Wa Ta'ala berfirman menerangkan persoalan ini:, Al Ahzaab 36:


wamaa kaana limu/minin walaa mu/minatin idzaa qadaa allaahu warasuuluhu amran an yakuuna lahumu alkhiyaratu min amrihim waman ya'shi allaaha warasuulahu faqad dhalla dhalaalan mubiinaan

[33:36] Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu'min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.

Dalam keterangan yang lalu telah diterangkan bahwa yang mendorong orang yang mengaku beriman tetapi hanya bersedia mengamalkan Syariat Allah Shalallahu 'Alaihi Wasallam secara sepotong-sepotong saja adalah karena mengikuti langkah-langkah Syeitan sehingga mementingkan kehidupan duniawi dan melupakan kehidupan akherat, pandangan hidup semacam ini sebenarnya bukan pandangan hidup orang beriman tetapi ia merupakan pandangan hidup orang Kafir. Hal ini diterangkan oleh Allah Subhana Wa Ta'ala dalam firman-Nya, Ibraahiim : 2 - 3 :


allaahi alladzii lahu maa fii alssamaawaati wamaa fii al-ardhi wawaylun lilkaafiriina min 'adzaabin syadiidin

[14:2] Allah-lah yang memiliki segala apa yang di langit dan di bumi. Dan kecelakaanlah bagi orang-orang kafir karena siksaan yang sangat pedih,
alladziina yastahibbuuna alhayaata alddunyaa 'alaa al-aakhirati wayashudduuna 'an sabiili allaahi wayabghuunahaa 'iwajan ulaa-ika fii dhalaalin ba'iidin

[14:3] (yaitu) orang-orang yang lebih menyukai kehidupan dunia dari pada kehidupan akhirat, dan menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah dan menginginkan agar jalan Allah itu bengkok. Mereka itu berada dalam kesesatan yang jauh.

Keterangan:

Ayat-ayat diatas menerangkan bahwa watak dan pandangan hidup orang Kafir adalah lebih mementingkan kehidupan duniawi dari pada kehidupan akherat kelak. Bagi orang Kafir, dunia adalah Surga maka hidup di dunia harus dipuaskan untuk makan dan bersenang-senang memenuhi kehendak hawa nafsu dengan cara berlomba-lomba membina kehidupan mewah dan berbuat maksiat untuk mencari kenikmatan demi memuaskan hawa nafsu. Hal ini diterangkan  Allah Subhana Wa Ta'ala  dalam fiman-Nya, Muhammad 12 :


inna allaaha yudkhilu alladziina aamanuu wa'amiluu alshshaalihaati jannaatin tajrii min tahtihaa al-anhaaru waalladziina kafaruu yatamatta'uuna waya/kuluuna kamaa ta/kulu al-an'aamu waalnnaaru matswan lahum

[47:12] Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang mu'min dan beramal saleh ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Dan orang-orang kafir bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang. Dan jahannam adalah tempat tinggal mereka.

Dan firman-Nya lagi,  Al Waaqi’ah 45-46:


innahum kaanuu qabla dzaalika mutrafiina

[56:45] Sesungguhnya mereka sebelum itu hidup bermewahan.


wakaanuu yushirruuna 'alaa alhintsi al'azhiimi

[56:46] Dan mereka terus-menerus mengerjakan dosa besar.

Oleh karena itu amalan-amalannya selalu berusaha menghalangi tegaknya Dinullah Islam, yakni menghalangi orang yang ingin memahami Dinul Islam secara benar dan menghalangi orang yang berjuang menegakkan Dinul Islam dan orang yang ingin melaksanakan Syariat Islam terutama secara Khaffah. Disamping itu orang Kafir juga berusaha agar Dinul Islam yang lurus itu menjadi bengkok yakni ayat-ayat Allah Subhana Wa Ta'ala ditafsirkan menurut kemauan hawa nafsu dan pandangan politik serta kepentingan mereka dan berusaha keras menolak sekeras-kerasnya bimbingan Sunnah para Rasul Allah Subhana Wa Ta'ala, karena semua ini akan menghalangi mereka menikmati kemewahan hidup, menikmati perbuatan maksiat dan menikmati kemauan hawa nafsu.

Prinsip Ketiga: Islam Wajib Diamalkan Di dalam Sistem Islam
Islam wajib diamalkan dalam negara Islam atau Khilafah Islamiyah, sebab pemimpinnya orang Islam itu hanya Alloh, Rosul-Nya dan orang-orang beriman yang taat.
“Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah)” (Al-Ma’idah 55).

Maka setiap Muslim hanya wajib mentaati Alloh, Rosul-Nya dan ulil amri mukmin yakni pemimpin negara Islam atau khalifah.
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya” (An-Nisa’ 59).

Islam tidak boleh sengaja diamalkan di negara kafir, sebab pemimpin negara kafir adalah thaghut, dia pemimpinnya orang kafir, yang peranannya memurtadkan orang Islam.
“Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya” (Al-Baqarah 257).

Maka setiap orang Islam wajib menjauhi dan mengingkari thaghut, tidak boleh mentaatinya.
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya”
(An-Nisa’ 60).

Maka setiap orang Islam yang tinggal di negara kafir wajib berjuang merubah negara itu menjadi negara Islam dengan cara dakwah dan jihad.

Kaum Muslimin rohimakumulloh,

Ketahuilah bahwa sesungguhnya negara Indonesia adalah negara kafir, maka wajib bagi tiap-tiap Muslim berjuang dengan dakwah dan jihad untuk meluruskannya menjadi Negara Islam yang diridhai Alloh Subhana Wa Ta'ala, Maka jihad hari ini khususnya di Indonesia hukumnya fardhu ‘ain. Kaum muslimin harus berjihad dengan jiwanya bagi yang mampu dan dengan hartanya. Jihad dengan harta di antaranya membantu memenuhi kebutuhan keluarga mujahidin agar mereka tidak terlantar. Rosululloh Shalallahu 'Alaihi Wasallam  bersabda:

"Barangsiapa yang mempersiapkan perbekalan orang yang berjihad fisabilillah maka sungguh ia telah berjihad dan barangsiapa yang menanggung keluarga orang yang berjihad fisabilillah dengan baik (cukup), maka sungguh ia telah berjihad"
(HR Bukhari).



Sumber:
http://tauhid-tauhid-tauhid.blogspot.com/2013/11/catatan-dari-penjara-seri-1-ustadz-abu.html
http://tauhid-tauhid-tauhid.blogspot.com/2013/11/catatan-dari-penjara-seri-2-islam-wajib.html
http://tauhid-tauhid-tauhid.blogspot.com/2013/11/catatan-dari-penjara-seri-11-dinul.html

http://www.infaqdakwahcenter.com/read/idc/134/penting-taushiyah-terbaru-ustadz-abu-bakar-baasyir-dari-penjara-nusakambangan/