
Setelah mempelajari rukun syahadat yang pertama yaitu rukun اَلنَّفْي
~an-nafyu(penolakan) yang terdapat dalam kata أَنْ لاَ ~anla dalam
kalimat syahadat, maka berikutnya adalah pembahasan rukun syahadat yang
kedua yaitu الإِثْبَات~al itsbaat(penetapan) yang terdapat dalam kata
إِلاَّ~illa pada kalimat syahadat.
Artinya selain seorang muslim
yang sudah bersyahadat wajib melakukan penolakan terhadap hal-hal yang
harus ditolak didalam kehidupannya, maka ia juga harus memahami bahwa
iapun harus melakukan penetapan terhadap hal-hal yang sudah harus tetap
didalam kehidupannya, tidak boleh lagi bergeser atau masih salah didalam
menetapkan ataupun melakukannya, adapun hal-hal yang wajib ditetapkan
didalam kehidupan seorang muslim yang sudah bersyahadat adalah:
Maksud, niat dan kehendak
Bagi
seorang muslim yang sudah bersyahadat, maka harus sudah tetap didalam
dirinya tentang segala maksud, niat dan kehendak didalam melakukan
setiap aktifitas yang dikerjakannya, tidak boleh masih ada niat-niat
atau maksud yang salah atau tidak jelas orientasinya. Sebagaimana Allah
menjelaskan dalam ayatNya:
Surah Al An'aam(6) ayat 162-163:
قُلۡ اِنَّ صَلَاتِىۡ وَنُسُكِىۡ وَ مَحۡيَاىَ وَمَمَاتِىۡ لِلّٰهِ رَبِّ الۡعٰلَمِيۡنَۙ
6:162. Katakanlah: “Sesungguhnya salat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam,
لَا شَرِيۡكَ لَهٗۚ وَبِذٰلِكَ اُمِرۡتُ وَاَنَا اَوَّلُ الۡمُسۡلِمِيۡنَ
6:163. tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan
kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada
Allah)”.
Didalam ayat tersebut manusia diperintahkan untuk menetapkan segala niat, maksud dan kehendak didalam setiap aktifitasnya yang menyangkut shalat, ibadah, hidup, dan matinya adalah hanya untuk Allah Subhana Wa Ta'ala. Tidak boleh ada niat atau orientasi lain dalam hatinya dalam melakukan hal-hal tersebut kecuali karena Allah Subhana Wa Ta'ala. Ketika seseorang masih salah dalam perkara menetapkan niat atau orientasi dalam aktifitasnya maka hal tersebut jelas akan merusak nilai syahadat yang telah diucapkannya, karena tanpa sadar ia akan terjebak melakukan شِرْك الْنِيَةِ~syirkul niat(Syirik Niat) dalam kehidupannya, yang dampaknya akan menghapuskan amal-amal yang telah dikerjakannya karena dosa syirik.
Surah Az-Zumar(39) ayat 65:
وَلَـقَدۡ اُوۡحِىَ اِلَيۡكَ وَاِلَى الَّذِيۡنَ مِنۡ قَبۡلِكَۚ لَٮِٕنۡ اَشۡرَكۡتَ
لَيَحۡبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُوۡنَنَّ مِنَ الۡخٰسِرِيۡنَ
39:65. Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada
(nabi-nabi) yang sebelummu: “Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya
akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.
Untuk dapat membuktikan betulkah setiap akifitas yang telah dilakukan dilaksanakan semata-mata karena Allah Subhana Wa Ta'ala? Maka hal itu dapat dilihat dari bagaimana cara seseorang didalam melaksanakan aktifitasnya tersebut. Kalau benar seseorang melakukan sholatnya dilaksanakan karena Allah Subhana Wa Ta'ala, maka pastilah sholatnya tersebut akan dilaksanakan sebaik mungkin, berusaha dilakukan diawal waktu, dengan berjamaah, melaksanakan sholat dengah penuh penghayatan, dan memperhatikan sunnah-sunnah Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa sallam dalam pelaksanaan shalatnya, dan berusaha menjadikan shalatnya sebagai sarana tarbiyah(pendidikan) bagi dirinya. Tetapi seseorang tidak dianggap melaksanakan sholatnya karena Allah Subhana Wa Ta'ala, ketika tanpa alasan yang jelas suka menunda-nunda melaksanakan shalat hingga akhir waktu shalatnya akan tiba, dan shalatnya dilakukan dengan terburu-buru tanpa disertai tuma'ninah, ia melaksanakan shalat hanya untuk mengugurkan kewajiban tanpa memperhatikan nilai dan kwalitas dari shalatnya, maka shalat seperti itu tidak dapat dikatakan dilaksanaksanakan karena Allah Subhana Wa Ta'ala tetapi karena hawa nafsunya yang mengarahkan dirinya untuk melaksanakan shalat seperti itu.
Surah Al Bayyinah(98) ayat 5:
وَمَاۤ اُمِرُوۡۤا اِلَّا لِيَعۡبُدُوا اللّٰهَ مُخۡلِصِيۡنَ لَـهُ الدِّيۡنَ
ۙ حُنَفَآءَ وَيُقِيۡمُوا الصَّلٰوةَ وَيُؤۡتُوا الزَّكٰوةَ وَذٰلِكَ دِيۡنُ الۡقَيِّمَةِ
ؕ
98:5. Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah
dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan
lurus*, dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat; dan yang
demikian itulah agama yang lurus.
Catatan Kaki:
agama dengan
lurus*: lurus berarti jauh dari syirik(mempersekutukan Allah) dan jauh dari kesesatan,
Dari amirul mukminin Abu Hafsh, Umar bin Khattab, ia berkata:"Aku mendengar Rasulullah Shalalallahu 'Alaihi Wa sallam bersabda:
"Segala amal tergatung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan apa yang dia niatkan"
(HR. Bukhori dan Muslim)
Dari Jundab bin Abdullah radhiyallahu 'anhu berkata: "Nabi Shalallahu 'Alaihi Wa sallam bersabda":
"Barang siapa yang berbuat kebaikan dengan niat supaya didengar oleh orang lain, niscaya Allah akan membuat orang lain mendengarnya(dan hanya itulah balasannya). barang siapa berbuat kebaikan agar dilihat orang lain niscaya Allah akan menjadikan orang lain melihat(hanya itulah balasannya)".
(HR. Bukhori dan Muslm)
Surah An-Nisa'(4) ayat 142-143:
اِنَّ الۡمُنٰفِقِيۡنَ يُخٰدِعُوۡنَ اللّٰهَ وَهُوَ خَادِعُوْهُمۡ ۚ وَاِذَا
قَامُوۡۤا اِلَى الصَّلٰوةِ قَامُوۡا كُسَالٰى ۙ يُرَآءُوۡنَ النَّاسَ وَلَا يَذۡكُرُوۡنَ
اللّٰهَ اِلَّا قَلِيۡلًا
4:142. Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah
akan membalas tipuan mereka*. Dan apabila mereka berdiri untuk salat
mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya* (dengan salat) di
hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit
sekali*.
مُّذَبۡذَبِيۡنَ بَيۡنَ ۖ ذٰ لِكَ لَاۤ اِلٰى هٰٓؤُلَاۤءِ وَلَاۤ اِلٰى هٰٓؤُلَاۤءِ ؕ وَمَنۡ يُّضۡلِلِ اللّٰهُ فَلَنۡ تَجِدَ لَهٗ سَبِيۡلًا
4:143. Mereka dalam keadaan ragu-ragu antara yang demikian (iman atau
kafir): tidak masuk kepada golongan ini (orang-orang beriman) dan tidak
(pula) kepada golongan itu (orang-orang kafir). Barang siapa yang
disesatkan Allah, maka kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan (untuk
memberi petunjuk) baginya.
Catatan Kaki:
Allah
akan membalas tipuan mereka*: maksudnya, Allah membiarkan mereka dalam pengakuan beriman, sebab itu mereka dilayani sebagai melayani para mukmin dalam pada itu Allah telah menyediakan neraka buat mereka sebagai pembalasan tipuan mereka itu.
Mereka bermaksud riya*: Riya ialah melakukan sesuatu amal tidak untuk keridhaan Allah tetapi untuk mencari pujian atau popularitas di masyarakat.
tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit
sekali*: maksudnya mereka sembahyang hanyalah sekali-sekali saja yaitu bila mereka berada dihadapan orang.
Dari abu Hurairah radhiyallahu 'anh dia berkata dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:"Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa sallam bersabda:
"Orang yang pertama kali diadili adalah yang zhahirnya mati syahid.... orang yang mempelajari ilmu Islam dan mengajarkannya kepada orang lain dan selalu membaca Al Qur'an... orang yang diberi kekayaan melimpah oleh Allah yang digunakan untuk banyak bershadaqah...namun semua amal mereka ditolak karena ada salah dalam perkara niat"
Dari Abu Dzar radhiyallahu 'anhu, ia berkata:"Pernah ada seseorang bertanya kepada Rasulullah Shalallu 'Alaihi Wa sallam:
"Bagaimana tentang orang yang berbuat baik kalau ada orang yang memujinya(padahal niatnya ikhlas)? Rasul menjawab: itu kegembiraan awal bagi seorang muslim"
(HR. Muslim)
Diantara pengertian ikhlas adalah sebagai mana yang diterangkan Kitabullah yaitu tidak ada yang diharap dari amal yang dikerjakanya kecuali Ridho Allah Subhana Wa Ta'ala:
Surah Al Insan(76) ayat 9-10:
اِنَّمَا نُطۡعِمُكُمۡ لِـوَجۡهِ اللّٰهِ لَا نُرِيۡدُ مِنۡكُمۡ جَزَآءً وَّلَا
شُكُوۡرًا
76:9. Sesungguhnya Kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk
mengharapkan keridaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu
dan tidak pula (ucapan) terima kasih.
اِنَّا نَخَافُ مِنۡ رَّبِّنَا يَوۡمًا عَبُوۡسًا قَمۡطَرِيۡرًا
76:10. Sesungguhnya Kami takut akan (azab) Tuhan kami pada suatu hari
yang (di hari itu) orang-orang bermuka masam penuh kesulitan.
Niat yang ikhlas adalah satu-satu dari syarat diterimanya amal ibadah, selain amalnya harus dikerjakan dengan benar sesuai tuntunan Rasulullah Shalallah 'Alaihi Wa sallam:
Surah Al Kahfi(18) ayat 110:
قُلۡ اِنَّمَاۤ اَنَا بَشَرٌ مِّثۡلُكُمۡ يُوۡحٰٓى اِلَىَّ اَنَّمَاۤ اِلٰهُكُمۡ
اِلٰـهٌ وَّاحِدٌ ۚ فَمَنۡ كَانَ يَرۡجُوۡالِقَآءَ رَبِّهٖ فَلۡيَـعۡمَلۡ عَمَلًا
صَالِحًـاوَّلَايُشۡرِكۡ بِعِبَادَةِ رَبِّهٖۤ اَحَدًا
18:110. Katakanlah: “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia
seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu
itu adalah Tuhan Yang Esa”. Barang siapa mengharap perjumpaan dengan
Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia
mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya”.
Dan niat yang ikhlas juga merupakan benteng bagi seseorang untuk bertahan dari godaan syaithan,
Surah Al Hijr(15) ayat 39-40:
قَالَ رَبِّ بِمَاۤ اَغۡوَيۡتَنِىۡ لَاُزَيِّنَنَّ لَهُمۡ فِى الۡاَرۡضِ وَلَاُغۡوِيَـنَّهُمۡ
اَجۡمَعِيۡنَۙ
15:39. Iblis berkata: “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan
bahwa aku sesat pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik
(perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka
semuanya,
اِلَّا عِبَادَكَ مِنۡهُمُ الۡمُخۡلَصِيۡنَ
15:40. kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis* di antara mereka”.
Catatan Kaki:mukhlis*: yang dimaksud dengan mukhlis ialah orang-orang yang telah diberi taufiq untuk menta'ati segala petunjuk dan perintah Allah Subhana Wa Ta'ala
Pengagungan dan kecintaan
Bahwa seseorang yang sudah bersyahadat maka dia juga sudah harus mengerti kemana dia mengarahkan pengagungan dan kecintaannya. Sehingga tidak boleh lagi ada pengagungan dan kecintaan kepada selain Allah Subhana Wa Ta'ala dalam kehidupannya. Pengagungan dan kecintaannya sudah harus tetap hanya diberikan kepada Allah Subhana Wa Ta'ala semata.
Karena dengan pengagungan dan kecintaan yang hanya diberikan kepada Allah Subhana Wa Ta'ala, kita dapat mewarnai orang lain dengan nilai-nilai tersebut, agar mereka juga mengarahkan pengagungan dan kecintaannya dengan benar.
Surah Al Fath(48) ayat 26:
اِذۡ جَعَلَ الَّذِيۡنَ كَفَرُوۡا فِىۡ قُلُوۡبِهِمُ الۡحَمِيَّةَ حَمِيَّةَ
الۡجَـاهِلِيَّةِ فَاَنۡزَلَ اللّٰهُ سَكِيۡنَـتَهٗ عَلٰى رَسُوۡلِهٖ وَعَلَى الۡمُؤۡمِنِيۡنَ
وَاَلۡزَمَهُمۡ كَلِمَةَ التَّقۡوٰى وَ كَانُوۡۤا اَحَقَّ بِهَا وَاَهۡلَهَاؕ وَكَانَ
اللّٰهُ بِكُلِّ شَىۡءٍ عَلِيۡمًا
48:26. Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka
kesombongan (yaitu) kesombongan jahiliyah lalu Allah menurunkan
ketenangan kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang mukmin dan Allah
mewajibkan kepada mereka kalimat takwa* dan adalah mereka berhak dengan
kalimat takwa itu dan patut memilikinya. Dan adalah Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu.
Catatan Kaki:kalimat takwa*: ialah kalimat tauhid dan memurnikan ketaatan kepada Allah.
Didalam ayat tersebut diceritakan bagaimana orang kafir merasa bangga akan nilai-nilai jahiliyah yang mereka miliki. Tetapi justru Allah Subhana Wa Ta'ala menurunkan ketenangan pada hati orang yang beriman kepada Allah Subhana Wa Ta'ala dan RasulNya. Dan mereka tidak terpengaruh sama sekali dengan nilai-nilai jahiliyah tersebut karena ketaqwaan mereka kepada Allah Subhana Wa Ta'ala. Yang dimaksud dengan kesombongan jahiliyah adalah penolakan kaum kafir untuk mengikrarkan syahadat karena merasa bangga dengan keyakinan jahiliyah yang ada pada diri mereka. Adapun yang dimaksud dengan kalimat taqwa adalah kalimat syahadat yang kaum muslimin lebih berhak untuk memilikinya dari pada keyakinan-keyakinan jahiliyah.
Sebagaimana kita saksikan dalam realita kehidupan hari ini, kaum muslimin banyak yang mencontoh gaya hidup kaum kafir. Padahal sudah jelas Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa sallam bersabda dalam haditsnya: yaitu barang siapa yang sengaja meniru-niru suatu kaum, maka ia termasuk bagian kaum tersebut.
Seharusnya sikap kaum muslimin merasa bangga dan cinta akan syariat atau nilai-nilai Islam yang ada pada dirinya. Karakter umat terbaik yang dibanggakan oleh Allah Subhana Wa Ta'ala sebagaimana yang dijelaskan didalam Kitabullah adalah siap menerima berbagai akibat atau tekanan sebagai dampak dari mempertahankan keyakinan yang mereka miliki. Karena kecintaan dan kebanggaannya kepada Islam begitu besar, maka mereka siap untuk menghadapi berbagai macam ujian dan pressure yang akan terjadi didalam kehidupannya.
Al Maidah(5) ayat 54:
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا مَنۡ يَّرۡتَدَّ مِنۡكُمۡ عَنۡ دِيۡـنِهٖ
فَسَوۡفَ يَاۡتِى اللّٰهُ بِقَوۡمٍ يُّحِبُّهُمۡ وَيُحِبُّوۡنَهٗۤ ۙ اَذِلَّةٍ عَلَى
الۡمُؤۡمِنِيۡنَ اَعِزَّةٍ عَلَى الۡكٰفِرِيۡنَ يُجَاهِدُوۡنَ فِىۡ سَبِيۡلِ اللّٰهِ
وَلَا يَخَافُوۡنَ لَوۡمَةَ لَاۤٮِٕمٍ ؕ ذٰ لِكَ فَضۡلُ اللّٰهِ يُؤۡتِيۡهِ مَنۡ يَّشَآءُ
ؕ وَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيۡمٌ
5:54. Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang
murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang
Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap
lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap
orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut
kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah,
diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas
(pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.
Didalam ayat tersebut dijelaskan tentang sebab hukum yang dapat mengakibatkan seseorang dapat menjadi murtad dari agama Allah Subhana Wa Ta'ala, yaitu ketika mereka memiliki sikap :
1. Lebih berpihak kepada Yahudi dan Nasrani, dengan membela dan mendukungnya, serta menjadikan mereka sebagai pimpinan dalam kehidupannya.
2. Lebih mencintai dunia dari pada akhirat.
Sehingga mereka dihukumi murtad dalam ayat tersebut ketika mereka menjadi kaki tangan(teman setia) Yahudi dan Nasrani, sebagaimana dijelaskan dalam ayat-ayat sebelumnya.
Karakter dari kaum yang dibanggakan oleh Allah Subhana Wa Ta'ala karena akan menggantikan kaum sebelumnya yang telah murtad adalah :
1. Allah Subhana Wa Ta'ala mencintai mereka dan merekapun memiliki sifat cinta kepada Allah Subhana Wa Ta'ala.
2. Bersikap lemah lembut terhadap sesama orang beriman dan bersikap tegas keada orang orang kafir.
3. Senantiasa berjihad di jalan Allah Subhana Wa Ta'ala.
4. Tidak takut terhadap celaan orang, yang akan mereka dapati dari orang-orag yang suka mencela mereka.
Dari sifat-sifat seperti itu adalah merupakan karunia Allah Subhana Wa Ta'ala, yang akan Allah Subhana Wa Ta'ala anugrahkan sifat-sifat baik seperti itu kepada siapa saja yang dikehendakiNya.
Cara Allah Subhana Wa Ta'ala mengganti kaum yang telah rusak imannya dengan kaum yang lebih baik kwalitas imannya adalah dengan memberikan azab secara merata kepada mereka yang rusak imannya sehingga mereka mejadi musnah sebagaimana yang terjadi terhadap ummat-ummat terdahulu, atau mereka dibiarkan hidup dalam kesesatan.
Surah Al Mujadilah (58) ayat 22:
لَا تَجِدُ قَوۡمًا يُّؤۡمِنُوۡنَ بِاللّٰهِ وَالۡيَوۡمِ الۡاٰخِرِ يُوَآدُّوۡنَ
مَنۡ حَآدَّ اللّٰهَ وَرَسُوۡلَهٗ وَلَوۡ كَانُوۡۤا اٰبَآءَهُمۡ اَوۡ اَبۡنَآءَهُمۡ
اَوۡ اِخۡوَانَهُمۡ اَوۡ عَشِيۡرَتَهُمۡؕ اُولٰٓٮِٕكَ كَتَبَ فِىۡ قُلُوۡبِهِمُ الۡاِيۡمَانَ
وَاَيَّدَهُمۡ بِرُوۡحٍ مِّنۡهُ ؕ وَيُدۡخِلُهُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِىۡ مِنۡ تَحۡتِهَا
الۡاَنۡهٰرُ خٰلِدِيۡنَ فِيۡهَا ؕ رَضِىَ اللّٰهُ عَنۡهُمۡ وَرَضُوۡا عَنۡهُ ؕ اُولٰٓٮِٕكَ
حِزۡبُ اللّٰهِ ؕ اَلَاۤ اِنَّ حِزۡبَ اللّٰهِ هُمُ الۡمُفۡلِحُوۡنَ
58:22. Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada
Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang
menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak,
atau anak-anak atau saudara-saudara atau pun keluarga mereka. Mereka
itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati
mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan* yang datang
daripada-Nya. Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap
mereka dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat) Nya. Mereka
itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah
itulah golongan yang beruntung.
Catatan Kaki:dengan pertolongan*: yang dimaksud dengan pertolongan ialah kemauan bathin, kebersihan hati, kemenangan terhadap musuh dan lain-lain.
Didalam ayat tersebut diceritakan tentang kisah perang Badar. Dimana terjadi keguncangan yang hebat di antara para sahabat ketika harus menghadapi saudara-sadara kerabatnya sendiri dalam perang ini.
Orang yang memiliki iman yang benar sikapnya tidak akan membela dan tidak akan mendukung dengan orang-orang yang menentang Allah Subhana Wa Ta'ala dan RasulNya, meskipun yang melakukan penentangan adalah dari kaum kerabatnya sendiri. Sikap seperti itu bisa memancing datangnya ridho Allah Subhana Wa Ta'ala kepada kita. Jadi salah satu sebab turunya ridho Allah Subhana Wa Ta'ala adalah ketika kita memiliki sikap dan karakter yang tegas pada orang-orang yang kafir.
Maka sikap pengagungan dan kecintaan yang jelas dalam diri seseorang akan menentukan apakah ia menjadi umat yang dibanggakn atau tdak oleh Allah Subhana Wa Ta'ala.
Surah Ali Imran(3) ayat 196-198:
لَا يَغُرَّنَّكَ تَقَلُّبُ الَّذِيۡنَ كَفَرُوۡا فِى الۡبِلَادِؕ
3:196. Janganlah sekali-kali kamu terperdaya oleh kebebasan orang-orang kafir bergerak* di dalam negeri.
مَتَاعٌ قَلِيۡلٌ ثُمَّ مَاۡوٰٮهُمۡ جَهَنَّمُؕ وَ بِئۡسَ الۡمِهَادُ
3:197. Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat tinggal
mereka ialah Jahanam; dan Jahanam itu adalah tempat yang
seburuk-buruknya
لٰكِنِ الَّذِيۡنَ اتَّقَوۡا رَبَّهُمۡ لَهُمۡ جَنّٰتٌ تَجۡرِىۡ مِنۡ
تَحۡتِهَا الۡاَنۡهٰرُ خٰلِدِيۡنَ فِيۡهَا نُزُلًا مِّنۡ عِنۡدِ اللّٰهِؕ
وَمَا عِنۡدَ اللّٰهِ خَيۡرٌ لِّلۡاَبۡرَارِ
3:198. Akan tetapi orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan-nya bagi
mereka surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, sedang mereka
kekal di dalamnya sebagai tempat tinggal (anugerah)* dari sisi Allah. Dan
apa yang di sisi Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang
berbakti*.
Catatan Kaki:
kebebasan orang-orang kafir bergerak*: yakni kelancaran dan kemajuan dalam perdagangan dan perusahaan mereka.
sebagai tempat tinggal (anugerah)*: yakni tempat tinggal beserta perlengkapan-perlengkapannya seperti makanan, minuman dan lain-lain.
baik bagi orang-orang yang
berbakti*: maksudnya ialah penghargaan dari Allah disamping tempat tinggal beserta perlengkapan-perlengkapannya itu, adalah lebih baik daripada kesenangan duniawi yang dinikmati orang-orang kafir itu.
Seorang mukmin tdak boleh terpedaya dan terpengaruh oleh tingkah laku dan gerak gerik orang kafir. Karena tempat mereka yang kekal adalah dalam neraka Jahannam, maka barang siapa yang bertaqwa kepada Allah Subhana Wa Ta'ala maka Dia akan memberi balasan yang sepadan yaitu berupa surga. Sehingga manusia mempunyai pemahaman bahwa aqidah itu jauh lebih mahal dari dunia dan seisinya.
Surah At Taubah(9) ayat 55-56:
فَلَا تُعۡجِبۡكَ اَمۡوَالُهُمۡ وَلَاۤ اَوۡلَادُهُمۡؕ اِنَّمَا يُرِيۡدُ اللّٰهُ
لِيُعَذِّبَهُمۡ بِهَا فِى الۡحَيٰوةِ الدُّنۡيَا وَتَزۡهَقَ اَنۡفُسُهُمۡ وَهُمۡ كٰفِرُوۡنَ
9:55. Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu.
Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan
anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak
akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir.
وَيَحۡلِفُوۡنَ بِاللّٰهِ اِنَّهُمۡ لَمِنۡكُمۡؕ وَمَا هُمۡ مِّنۡكُمۡ وَلٰـكِنَّهُمۡ
قَوۡمٌ يَّفۡرَقُوۡنَ
9:56. Dan mereka (orang-orang munafik) bersumpah dengan (nama) Allah,
bahwa sesungguhnya mereka termasuk golonganmu; padahal mereka bukanlah
dari golonganmu, akan tetapi mereka adalah orang-orang yang sangat takut
(kepadamu).
Seluruh harta dan anak-anak yang dimiliki oleh orang kafir tidak mendatangkan kebaikan bagi mereka dalam kehidupannya dan juga pada sisi Allah Subhana Wa Ta'ala.
An Nisa'(4) ayat 138-139:
بَشِّرِ الۡمُنٰفِقِيۡنَ بِاَنَّ لَهُمۡ عَذَابًا اَلِيۡمًاۙ
4:138. Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih,
الَّذِيۡنَ يَتَّخِذُوۡنَ الۡـكٰفِرِيۡنَ اَوۡلِيَآءَ مِنۡ دُوۡنِ الۡمُؤۡمِنِيۡنَ
ؕ اَيَبۡتَغُوۡنَ عِنۡدَهُمُ الۡعِزَّةَ فَاِنَّ الۡعِزَّةَ لِلّٰهِ جَمِيۡعًا ؕ
4:139. (yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi
teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah
mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua
kekuatan kepunyaan Allah.
Ayat tersebut bercerita tentang hukuman yang akan didapatkan orang-orang munafiq karena mereka meninggalkan orang-orang mukmin dan lebih condong dan berpihak kepada orang-orang kafir dengan menjadikan mereka sebagai pemimpin. Padahal sudah jelas dikatakan oleh Allah Subhana Wa Ta'ala bahwa yang boleh kita jadikan sebagai pemimpin adalah orang-orang yang benar imannya dan jelas keberpihakannya pada syariat Allah Subhana Wa Ta'ala.
Al Maidah(5) ayat 55-56:
اِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللّٰهُ وَرَسُوۡلُهٗ وَالَّذِيۡنَ اٰمَنُوا الَّذِيۡنَ
يُقِيۡمُوۡنَ الصَّلٰوةَ وَيُؤۡتُوۡنَ الزَّكٰوةَ وَهُمۡ رَاكِعُوۡنَ
5:55. Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan
orang-orang yang beriman, yang mendirikan salat dan menunaikan zakat,
seraya mereka tunduk (kepada Allah).
وَمَنۡ يَّتَوَلَّ اللّٰهَ وَ رَسُوۡلَهٗ وَالَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا فَاِنَّ حِزۡبَ
اللّٰهِ هُمُ الۡغٰلِبُوۡنَ
5:56. Dan barang siapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang
yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama)
Allah* itulah yang pasti menang.
Catatan Kaki:pengikut (agama)
Allah*: yaitu orang-orang yang menjadikan Allah, RasulNya dan orang-orang yang beriman sebagai penolongnya.
Yang boleh menjadi wali(pemimpin, penolong atau pelindung) kaum muslimin hanyalah Allah Subhana Wa Ta'ala, Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa sallam dan orang beriman yang tunduk kepada syariat Allah Subhana Wa Ta'ala dan yang menjadi tolak ukur dalam memberikan wala'(loyalitas) pada diri kita adalah iman, bukan lagi karena hubungan kekerabatan semata, Karena siapa yang tidak memiliki iman, maka mereka tidak memiliki nilai kemuliaan yang pantas untuk dicintai dan diagungkan.
Surah Al Anfal(8) ayat 55:
اِنَّ شَرَّ الدَّوَآبِّ عِنۡدَ اللّٰهِ الَّذِيۡنَ كَفَرُوۡا فَهُمۡ لَا يُؤۡمِنُوۡنَ
ۖ ۚ
8:55. Sesungguhnya binatang (makhluk) yang paling buruk di sisi Allah
ialah orang-orang yang kafir, karena mereka itu tidak beriman.
Surah Al Bayyinah(98) ayat 6-7:
اِنَّ الَّذِيۡنَ كَفَرُوۡا مِنۡ اَهۡلِ الۡكِتٰبِ وَ الۡمُشۡرِكِيۡنَ فِىۡ نَارِ
جَهَنَّمَ خٰلِدِيۡنَ فِيۡهَا ؕ اُولٰٓٮِٕكَ هُمۡ شَرُّ الۡبَرِيَّةِ ؕ
98:6. Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang
musyrik (akan masuk) ke neraka Jahanam; mereka kekal di dalamnya.
Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.
اِنَّ الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِۙ اُولٰٓٮِٕكَ هُمۡ خَيۡرُ
الۡبَرِيَّةِ ؕ
98:7. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.
Hanya manusia yang memiliki iman saja yang memiliki kemuliaan hidup dan pantas untuk dicintai dan mendapatkan pengagungan.
Surah Al Hujurat(49) ayat 13:
يٰۤاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقۡنٰكُمۡ مِّنۡ ذَكَرٍ وَّاُنۡثٰى وَجَعَلۡنٰكُمۡ
شُعُوۡبًا وَّقَبَآٮِٕلَ لِتَعَارَفُوۡا ؕ اِنَّ اَكۡرَمَكُمۡ عِنۡدَ اللّٰهِ اَ
تۡقٰٮكُمۡ ؕ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيۡمٌ خَبِيۡرٌ
49:13. Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling
bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal.
Diantara bentuk pengagungan dan kecintaan yaitu bersikap dengan benar terhadap Kitabullah, dengan tidak menyia-nyiakannya tidak menetangnya dan tidak mengamalkan yang sesuai dengan hawa nafsunya semata.
Surah Al An'aam(6) ayat 91:
وَمَا قَدَرُوا اللّٰهَ حَقَّ قَدۡرِهٖۤ اِذۡ قَالُوۡا مَاۤ اَنۡزَلَ اللّٰهُ
عَلٰى بَشَرٍ مِّنۡ شَىۡءٍ ؕ قُلۡ مَنۡ اَنۡزَلَ الۡـكِتٰبَ الَّذِىۡ جَآءَ بِهٖ مُوۡسٰى
نُوۡرًا وَّ هُدًى لِّلنَّاسِ تَجۡعَلُوۡنَهٗ قَرَاطِيۡسَ تُبۡدُوۡنَهَا وَتُخۡفُوۡنَ
كَثِيۡرًا ۚ وَعُلِّمۡتُمۡ مَّا لَمۡ تَعۡلَمُوۡۤا اَنۡتُمۡ وَلَاۤ اٰبَآؤُكُمۡؕ
قُلِ اللّٰهُۙ ثُمَّ ذَرۡهُمۡ فِىۡ خَوۡضِهِمۡ يَلۡعَبُوۡنَ
6:91. Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang
semestinya di kala mereka berkata: “Allah tidak menurunkan sesuatu pun
kepada manusia”. Katakanlah: “Siapakah yang menurunkan kitab (Taurat)
yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu
jadikan kitab itu lembaran-lembaran kertas yang bercerai-berai, kamu
perlihatkan (sebagiannya) dan kamu sembunyikan sebagian besarnya,
padahal telah diajarkan kepadamu apa yang kamu dan bapak-bapak kamu
tidak mengetahui (nya)?” Katakanlah: “Allah-lah (yang menurunkannya)”,
kemudian (sesudah kamu menyampaikan Al Qur’an kepada mereka), biarkanlah
mereka bermain-main dalam kesesatannya*.
Catatan Kaki:
biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya*: perkataan biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya adalah sebagai sindiran kepada mereka seakan-akan mereka dipandang sebagai kanak-kanak yang belum berakal.
Surah Ali Imran(3) ayat 31:
قُلۡ اِنۡ كُنۡتُمۡ تُحِبُّوۡنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوۡنِىۡ يُحۡبِبۡكُمُ اللّٰهُ
وَيَغۡفِرۡ لَـكُمۡ ذُنُوۡبَكُمۡؕ وَاللّٰهُ غَفُوۡرٌ رَّحِيۡمٌ
3:31. Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah
aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.
Sikap seorang mukmin yang benar dalam mengagungkan dan mencintai Allah Subhana Wa Ta'ala adalah harus mau mengikuti perintah Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa sallam dan meneladaninya didalam menjalankan aktifitas kehidupan.
Selanjutnya perkara yang juga harus bernilai tetap dalam kehudupan seoran mukmin adalah :
Rasa Takut dan Harap
Tidak boleh ada di dalam setiap diri orang yang telah bersyahadat ketakutan-ketakutan dan harapan-harapan kepada yang lain selain kepada Allah Subhana Wa Ta'ala. Seorang muslim harus dapat menempatkan rasa takut dan rasa harapnya dengan benar. Seperti ketakutan terhadap mahluk ghaib, padahal syetan dan jin justru takut terhadap orang-orang yang beriman. Begitupun dalam aktfitas menegakkan hukum Allah Subhna Wa Ta'ala, maka jangan ada rasa takut dengan manusia, dan tidak boleh manusia menjual ayat Allah Subhana Wa Ta'ala demi kepentingan duniawinya. Barang siapa yang melakukan hal seperti itu maka akan termasuk dalam golongan orang-orang yang kafir.
Al Maidah(5) ayat 54:
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا مَنۡ يَّرۡتَدَّ مِنۡكُمۡ عَنۡ دِيۡـنِهٖ
فَسَوۡفَ يَاۡتِى اللّٰهُ بِقَوۡمٍ يُّحِبُّهُمۡ وَيُحِبُّوۡنَهٗۤ ۙ اَذِلَّةٍ عَلَى
الۡمُؤۡمِنِيۡنَ اَعِزَّةٍ عَلَى الۡكٰفِرِيۡنَ يُجَاهِدُوۡنَ فِىۡ سَبِيۡلِ اللّٰهِ
وَلَا يَخَافُوۡنَ لَوۡمَةَ لَاۤٮِٕمٍ ؕ ذٰ لِكَ فَضۡلُ اللّٰهِ يُؤۡتِيۡهِ مَنۡ يَّشَآءُ
ؕ وَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيۡمٌ
5:54. Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang
murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang
Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap
lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap
orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut
kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah,
diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas
(pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.
Surah Al Ahzab(33) ayat 37:
وَاِذۡ تَقُوۡلُ لِلَّذِىۡۤ اَنۡعَمَ اللّٰهُ عَلَيۡهِ وَاَنۡعَمۡتَ عَلَيۡهِ
اَمۡسِكۡ عَلَيۡكَ زَوۡجَكَ وَاتَّقِ اللّٰهَ وَتُخۡفِىۡ فِىۡ نَفۡسِكَ مَا اللّٰهُ
مُبۡدِيۡهِ وَتَخۡشَى النَّاسَ ۚ وَاللّٰهُ اَحَقُّ اَنۡ تَخۡشٰٮهُ ؕ فَلَمَّا قَضٰى
زَيۡدٌ مِّنۡهَا وَطَرًا زَوَّجۡنٰكَهَا لِكَىۡ لَا يَكُوۡنَ عَلَى الۡمُؤۡمِنِيۡنَ
حَرَجٌ فِىۡۤ اَزۡوَاجِ اَدۡعِيَآٮِٕهِمۡ اِذَا قَضَوۡا مِنۡهُنَّ وَطَرًا ؕ وَكَانَ
اَمۡرُ اللّٰهِ مَفۡعُوۡلًا
33:37. Dan (ingatlah), ketika kamu berkata kepada orang yang Allah
telah melimpahkan nikmat kepadanya* dan kamu (juga) telah memberi nikmat
kepadanya: Tahanlah terus istrimu dan bertakwalah kepada Allah”, sedang
kamu menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya,
dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah-lah yang lebih berhak untuk
kamu takuti. Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap
istrinya (menceraikannya), Kami kawinkan kamu dengan dia* supaya tidak
ada keberatan bagi orang mukmin untuk (mengawini) istri-istri anak-anak
angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan
keperluannya daripada istrinya. Dan adalah ketetapan Allah itu pasti
terjadi.
Catatan Kaki:
orang yang Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya*: yang dimaksud dengan orang yang Allah telah melimpahkan nikmatnya kepadanya ialah Zaid bin Haritsah. Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya dengan memberi taufik masuk Islam. Nabi Muhammadpun telah memberikan nikmat kepadanya dengan memerdekan kaumnya dan mengangkatnya menjadi anak. Ayat ini memberikan pengertian bahwa orang boleh mengawini bekas istri anak angkatnya.
Kami kawinkan kamu dengan dia*: maksudnya setelah habis idahnya.
Surah At-Taubah(9) ayat 13:
اَلَا تُقَاتِلُوۡنَ قَوۡمًا نَّكَثُوۡۤا اَيۡمَانَهُمۡ وَهَمُّوۡا بِاِخۡرَاجِ
الرَّسُوۡلِ وَهُمۡ بَدَءُوۡكُمۡ اَوَّلَ مَرَّةٍ ؕ اَتَخۡشَوۡنَهُمۡ ۚ فَاللّٰهُ
اَحَقُّ اَنۡ تَخۡشَوۡهُ اِنۡ كُنۡتُمۡ مُّؤۡمِنِيۡنَ
9:13. Mengapakah kamu tidak memerangi orang-orang
yang merusak sumpah (janjinya), padahal mereka telah keras kemauannya
untuk mengusir Rasul dan merekalah yang pertama mulai memerangi kamu?
Mengapakah kamu takut kepada mereka padahal Allah-lah yang berhak untuk
kamu takuti, jika kamu benar-benar orang yang beriman.
Manusia yang memiliki keimanan yang benar tidak pernah merasakan takut karena mereka yakin akan datangnya pertolongan Allah Subhana Wa Ta'ala kepada mereka. Sebagaimana kisah Ashabul Ukhdud yang mengalami penyiksaan dengan dipaksa masuk kedalam parit yang berisi api yang berkobar, karena mempertahankan iman mereka kepada Allah Subhana Wa Ta'ala. Maka kaum muslimin tidak boleh mengorbankan keimanannya demi mempertahankan kepentingan dunia semata.
Surah Fushilat(41) ayat 30:
اِنَّ الَّذِيۡنَ قَالُوۡا رَبُّنَا اللّٰهُ ثُمَّ اسۡتَقَامُوۡا تَتَنَزَّلُ
عَلَيۡهِمُ الۡمَلٰٓٮِٕكَةُ اَلَّا تَخَافُوۡا وَلَا تَحۡزَنُوۡا وَاَبۡشِرُوۡا بِالۡجَـنَّةِ
الَّتِىۡ كُنۡتُمۡ تُوۡعَدُوۡنَ
41:30. Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: Tuhan kami ialah
Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan
turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut
dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan
(memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”.
Surah Al Maidah(5) ayat 105;
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا عَلَيۡكُمۡ اَنۡفُسَكُمۡۚ لَا يَضُرُّكُمۡ
مَّنۡ ضَلَّ اِذَا اهۡتَدَيۡتُمۡ ؕ اِلَى اللّٰهِ مَرۡجِعُكُمۡ جَمِيۡعًا فَيُـنَـبِّـئُكُمۡ
بِمَا كُنۡتُمۡ تَعۡمَلُوۡنَ
5:105. Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah orang
yang sesat itu akan memberi mudarat kepadamu apabila kamu telah mendapat
petunjuk*. Hanya kepada Allah kamu kembali semuanya, maka Dia akan
menerangkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
Catatan Kaki:
apabila kamu telah mendapat
petunjuk*: maksdnya kesesatan orang lain itu tidak akan memberi mudharat kepadamu, asal kamu telah mendapat petunjuk, tapi tidak berarti bahwa orang tidak disuruh berbuat yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar.
Manusia yang memiliki dan memahami Tauhid dengan benar akan memiliki karakter yang baik dalam dirinya, yaitu tidak merasa takut dan bersedih karena sebab kehilangan duniawinya. Sebagaimana kisah tentang Sayyid Qutb yang tegar menghadapi eksekusi atas dirinya karena seruan tauhidnya kepada masyarakat yang ditentang oleh penguasa dzolim, atau juga kisah sahabat Rasulullah Shlallahu Alaihi Wa sallam Bilal bin Rabbah, yang tidak takut kehilangan duniawinya demi mempertahankan tauhidnya.
Surah Fathir(35) ayat 28:
وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَآبِّ وَالۡاَنۡعَامِ مُخۡتَلِفٌ اَ لۡوَانُهٗ كَذٰلِكَ
ؕ اِنَّمَا يَخۡشَى اللّٰهَ مِنۡ عِبَادِهِ الۡعُلَمٰٓؤُا ؕ اِنَّ اللّٰهَ عَزِيۡزٌ
غَفُوۡرٌ
35:28. Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang
melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya
(dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara
hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama*. Sesungguhnya Allah Maha perkasa lagi
Maha Pengampun.
Catatan Kaki:
hanyalah ulama*: yang dimaksud dengan ulama dalam ayat ini ialah orang-orang yang mengetahui kebesaran dan kekuasaan Allah.
Surah Al Ahzab(33) ayat 22-24):
وَلَمَّا رَاَ الۡمُؤۡمِنُوۡنَ الۡاَحۡزَابَ ۙ قَالُوۡا هٰذَا مَا وَعَدَنَا
اللّٰهُ وَرَسُوۡلُهٗ وَ صَدَقَ اللّٰهُ وَرَسُوۡلُهٗ وَمَا زَادَهُمۡ اِلَّاۤ اِيۡمَانًـا
وَّتَسۡلِيۡمًا ؕ
33:22. Dan tatkala orang-orang mukmin melihat golongan-golongan yang
bersekutu itu, mereka berkata: Inilah yang dijanjikan Allah dan
Rasul-Nya* kepada kita”. Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. Dan yang
demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan
ketundukan.
مِنَ الۡمُؤۡمِنِيۡنَ رِجَالٌ صَدَقُوۡا مَا عَاهَدُوا اللّٰهَ عَلَيۡهِۚ فَمِنۡهُمۡ
مَّنۡ قَضٰى نَحۡبَهٗ وَمِنۡهُمۡ مَّنۡ يَّنۡتَظِرُ ۖ وَمَا بَدَّلُوۡا تَبۡدِيۡلًا
ۙ
33:23. Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati
apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada
yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu* dan
mereka sedikit pun tidak merubah (janjinya),
لِّيَجۡزِىَ اللّٰهُ الصّٰدِقِيۡنَ بِصِدۡقِهِمۡ وَيُعَذِّبَ الۡمُنٰفِقِيۡنَ
اِنۡ شَآءَ اَوۡ يَتُوۡبَ عَلَيۡهِمۡ ؕ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ غَفُوۡرًا رَّحِيۡمًا
ۚ
33:24. supaya Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar
itu karena kebenarannya, dan menyiksa orang munafik jika
dikehendaki-Nya, atau menerima tobat mereka. Sesungguhnya Allah adalah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Catatan Kaki:
Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya*: Yang dijanjikan Allah dan RasulNya itu ialah kemenangan sesudah mengalami kesukaran.
menunggu-nunggu*: maksunya menunggu apa yang telah Allah janjikan kepadanya.
Ayat ini bercerita tentang kisah perang Ahzab, yaitu pada saat kaum muslimin melihat tentara sekutu pada perang Ahzab, yang merupakan pasukan gabungan dari berbagai macam kekuatan kaum kafir, kaum muslimin tidak lantas menjadi takut menghadapinya, malah mereka menganggap inilah yang dijanjikan Allah Subhana Wa Ta'ala pada mereka, bahwa apabila kita menyatakan diri kita beriman kepada Allah Subhana Wa Ta'ala maka pasti akan didatangkan ujian-ujian, sehingga dengan peristiwa yang mereka hadapi membuat mereka semakin bertambah keimanan dan ketundukannya kepada Allah Subhana Wa Ta'ala. Inilah karakter baik yang muncul karena penghayatan mereka yang benar akan kandungan kalimat syahadat. Mereka memahami bahwa rasa takut merupakan salah satu bentuk ujian keimanan dari Allah Subhana Wa Ta'ala. Dan di dalam diri seorang mukmin harus dimunculkan keinginan yang kuat dalam drinya bahwa ada yang lebih berhak untuk ditakuti didalam kehidupan ini, yaitu Allah Subhana Wa Ta'ala semata.
Surah Ali Imran(3) ayat 111:
لَنۡ يَّضُرُّوۡكُمۡ اِلَّاۤ اَذًىؕ وَاِنۡ يُّقَاتِلُوۡكُمۡ يُوَلُّوۡكُمُ
الۡاَدۡبَارَ ثُمَّ لَا يُنۡصَرُوۡنَ
3:111. Mereka sekali-kali tidak akan dapat membuat mudarat kepada
kamu, selain dari gangguan-gangguan celaan saja, dan jika mereka
berperang dengan kamu, pastilah mereka berbalik melarikan diri ke
belakang (kalah). Kemudian mereka tidak mendapat pertolongan.
Apabila didalam diri seseorang memiliki sifat mudah takut kepada hal-hal yang tidak prinsipil dalam urusan agama Allah Subhana Wa Ta'ala, maka berarti ada kecenderungan memiliki sifat orang munafiq didalam drinya. Seperti ada manusia yang diuji keimanannya oleh Allah Subhana Wa Ta'ala berupa didatangkannya gangguan-gangguan dari manusia. Maka manusia yang memiliki sifat munafiq menganggap ujian dari manusia itu dianggap sebagai hukuman dari Allah Subhana Wa Ta'ala. Sehingga yang akan terjadi adalah mereka akan melepaskan sikap idealismenya demi menghindari tekanan-tekanan yang didapatkannya dalam menjalankan agama Allah Subhana Wa Ta'ala.
Surah Al Ankabut(29) ayat 10:
وَمِنَ النَّاسِ مَنۡ يَّقُوۡلُ اٰمَنَّا بِاللّٰهِ فَاِذَاۤ اُوۡذِىَ فِى اللّٰهِ
جَعَلَ فِتۡنَةَ النَّاسِ كَعَذَابِ اللّٰهِؕ وَلَٮِٕنۡ جَآءَ نَـصۡرٌ مِّنۡ رَّبِّكَ
لَيَـقُوۡلُنَّ اِنَّا كُنَّا مَعَكُمۡؕ اَوَلَـيۡسَ اللّٰهُ بِاَعۡلَمَ بِمَا فِىۡ
صُدُوۡرِ الۡعٰلَمِيۡنَ
29:10. Dan di antara manusia ada orang yang berkata: “Kami beriman
kepada Allah”, maka apabila ia disakiti (karena ia beriman) kepada
Allah, ia menganggap fitnah manusia itu sebagai azab Allah*. Dan sungguh
jika datang pertolongan dari Tuhanmu, mereka pasti akan berkata:
“Sesungguhnya kami adalah besertamu.” Bukankah Allah lebih mengetahui
apa yang ada dalam dada semua manusia?
Catatan kaki:
fitnah manusia itu sebagai azab Allah*: maksudnya orang itu takut kepada penganiayaan-penganiayaan manusia terhadapnya karena imannya seperti takutnya kepada azab Allah, karena itu ditinggalkannya imannya itu.
Surah At-Taubah ayat 17:
مَا كَانَ لِلۡمُشۡرِكِيۡنَ اَنۡ يَّعۡمُرُوۡا مَسٰجِدَ اللّٰهِ شٰهِدِيۡنَ عَلٰٓى
اَنۡفُسِهِمۡ بِالـكُفۡرِؕ اُولٰۤٮِٕكَ حَبِطَتۡ اَعۡمَالُهُمۡ ۖۚ وَ فِى النَّارِ
هُمۡ خٰلِدُوۡنَ
9::17 “Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan masjid-masjid Allah, sedang mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Itulah orang-orang yang sia-sia pekerjaannya, dan mereka itu kekal di dalam neraka”
اِنَّمَا يَعۡمُرُ مَسٰجِدَ اللّٰهِ مَنۡ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالۡيَوۡمِ الۡاٰخِرِ
وَاَ قَامَ الصَّلٰوةَ وَاٰتَى الزَّكٰوةَ وَلَمۡ يَخۡشَ اِلَّا اللّٰهَ فَعَسٰٓى
اُولٰۤٮِٕكَ اَنۡ يَّكُوۡنُوۡا مِنَ الۡمُهۡتَدِيۡنَ
9::17: Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah
ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta
tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada
siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang
diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.
Ayat ini menjelaskan bahwa orang-orang musrik dilarang menjadi pemakmur masjid.
Karakter manusia yang boleh menjadi pemakmur masjid adalah;
1. Beriman kepada Allah Subhana Wa Ta'alatakut yang
2. Menegakkan shalat
3. Menunaikan zakat
4. Dan tidak takut kepada selain Allah Subhana Wa Ta'ala
Surah At-Taubah(9) ayat 25-26:
لَـقَدۡ نَصَرَكُمُ اللّٰهُ فِىۡ مَوَاطِنَ كَثِيۡرَةٍ ۙ وَّيَوۡمَ حُنَيۡنٍ
ۙ اِذۡ اَعۡجَبَـتۡكُمۡ كَثۡرَتُكُمۡ فَلَمۡ تُغۡنِ عَنۡكُمۡ شَيۡـًٔـا وَّضَاقَتۡ
عَلَيۡكُمُ الۡاَرۡضُ بِمَا رَحُبَتۡ ثُمَّ وَلَّـيۡتُمۡ مُّدۡبِرِيۡنَۚ
9:25. Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mukminin) di
medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu di
waktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang
banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikit pun, dan bumi yang
luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang
dengan bercerai-berai.
ثُمَّ اَنۡزَلَ اللّٰهُ سَكِيۡنَـتَهٗ عَلٰى رَسُوۡلِهٖ وَعَلَى الۡمُؤۡمِنِيۡنَ
وَاَنۡزَلَ جُنُوۡدًا لَّمۡ تَرَوۡهَا ۚ وَعَذَّبَ الَّذِيۡنَ كَفَرُوۡا ؕ وَذٰ لِكَ
جَزَآءُ الۡـكٰفِرِيۡنَ
9:26. Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan
kepada orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan bala tentara yang
kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang-orang
yang kafir, dan demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir.
Allah Subhana Wa Ta'ala mengingatkan kepada manusia bahwa hanya Allah Subhana Wa Ta'ala saja yang menolong kaum muslim agar bisa mendapatkan kemenangan dalam medan-medan pertempuran. Maka Allah Subhana Wa Ta'ala memberikan pelajaran kepada kaum Muslimin pada saat perang Hunain. Karena jumlah kaum muslimin yang banyak pada hari itu, dimana kaum muslimin menaruh harapan kepada selain Allah Subhana Ta'ala, yaitu bersandar kepada jumlah mereka yang banyak. Sehingga akhirnya Allah Subhana Wa Ta'ala memberikan kekalahan karena sifat tawakal yang salah. Sikap seorang mukmin yang benar seharusnya tidak boleh takut akan kehilangan dunianya, tetapi hanya takut kehilangan pahala dari Allah Subhana Ta'ala.
Surah Al Anfa(8) ayat 9-11:
اِذۡ تَسۡتَغِيۡثُوۡنَ رَبَّكُمۡ فَاسۡتَجَابَ لَـكُمۡ اَنِّىۡ مُمِدُّكُمۡ بِاَلۡفٍ
مِّنَ الۡمَلٰۤٮِٕكَةِ مُرۡدِفِيۡنَ
8:9. (Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu
diperkenankan-Nya bagimu: Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala
bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut”.
وَمَا جَعَلَهُ اللّٰهُ اِلَّا بُشۡرٰى وَلِتَطۡمَٮِٕنَّ بِهٖ قُلُوۡبُكُمۡۚ
وَمَا النَّصۡرُ اِلَّا مِنۡ عِنۡدِ اللّٰهِؕ اِنَّ اللّٰهَ عَزِيۡزٌ حَكِيۡمٌ
8:10. Dan Allah tidak menjadikannya (mengirim bala bantuan itu),
melainkan sebagai kabar gembira dan agar hatimu menjadi tenteram
karenanya. Dan kemenangan itu hanyalah dari sisi Allah. Sesungguhnya
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
اِذۡ يُغَشِّيۡكُمُ النُّعَاسَ اَمَنَةً مِّنۡهُ وَيُنَزِّلُ عَلَيۡكُمۡ مِّنَ
السَّمَآءِ مَآءً لِّيُطَهِّرَكُمۡ بِهٖ وَيُذۡهِبَ عَنۡكُمۡ رِجۡزَ الشَّيۡطٰنِ
وَلِيَرۡبِطَ عَلٰى قُلُوۡبِكُمۡ وَيُثَبِّتَ بِهِ الۡاَقۡدَامَؕ
8:11. (Ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai
suatu penentraman daripada-Nya, dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari
langit untuk menyucikan kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari
kamu gangguan-gangguan setan dan untuk menguatkan hatimu dan memperteguh
dengannya telapak kaki (mu)*.
Catatan Kaki:
memperteguh
dengannya telapak kaki (mu)*: memperteguh telapak kaki disini dapat juga diartikan dengan keteguhan hati dan keteguhan pendirian.
Ayat ini berkisah tentang kejadian yang dialami para sahabat di medan pertempuran. Karena didasari dengan keimanan yang benar, maka Allah Subhana Wa Ta'ala mengirimkan pertolongannya kepada kaum muslimin dengan memberikan ketenangan berupa rasa kantuk ditengah medan pertempuran sehingga mereka bisa terbebas dari rasa takut menghadapi musuhnya, bahkan bangun dalam keadaan fresh untuk melaksanakan pertempuran.
Kaum muslimin juga tidak boleh menaruh harapannya kepada makhluk atau kepada yang lain selain Allah Subahana Wa Ta'ala. Karena ada masa dimana manusia tidak dapat mencukupi harapannya. karena hanya Allah Subhana Wa Ta'ala sajalah satu-satunya tempat kita bergantung, dan hanya Dia tempat mengharapkan perlindungan dan pertolongan dari berbagai macam persoalan.
Surah Al Baqarah(2) ayat 155-156:
وَلَـنَبۡلُوَنَّكُمۡ بِشَىۡءٍ مِّنَ الۡخَـوۡفِ وَالۡجُـوۡعِ وَنَقۡصٍ مِّنَ
الۡاَمۡوَالِ وَالۡاَنۡفُسِ وَالثَّمَرٰتِؕ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيۡنَۙ
2:155. Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar,
الَّذِيۡنَ اِذَآ اَصَابَتۡهُمۡ مُّصِيۡبَةٌ ۙ قَالُوۡٓا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّـآ
اِلَيۡهِ رٰجِعُوۡنَؕ
2:156. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun*”
Catatan Kaki:
“Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun*”: artinya sesungguhya kami adalah milik Allah dan kepada Nya-lah kami kembali. Kalimat ini dinanakan kalimat istiraa(pernyataan kembali kepada Allah). Disunatkan menyebutnya waktu ditimpa marabahaya baik besar maupun kecil.
Dalam peristiwa Isra' Mi'raj juga mengajarkan kepada Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa sallam bahwa tidak boleh berharap pada yang lain selain Allah Subhana Wa Ta'ala, yaitu tatkala Allah Subhana Wa Ta'ala memberikan pelajaran berupa diambilnya 2 orang yang mempunyai dukungan yang sangat kuat dalam da'wah Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa sallam, yaitu tatkala meninggalnya istri Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa sallam Khadijah binti Khuwailid radhiyallahu 'anhu dan pamannya Abu Thalib. Maka Allah Subhana Ta'ala menguatkan kembali keimanan Rasulullah Shalallah 'Alaihi Wa sallam dengan adanya peristiwa Isra' Mi'raj. Dimana Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa sallam diperintahkan untuk menghadap Allah Subhana Wa Ta'ala, dan menunjukkan kepada Beliau Shalallahu 'Alaihi Wa sallam tentang berbagai macam peristiwa dalam perjalanannya, sebagai bukti kehebatan dan ke Maha Kuasaan Allah Subhana Wa Ta'ala, maka setelah peristiwa Isra' dan Mi'raj kemudian memberikan pengaruh kepada da'wah yang dilakukan oleh Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa salam yaitu da'wah Beliau Shalallahu 'Alaihi Wa sallam menjadi semakin kokoh, tegas dan tidak ada lagi yang dapat mencemaskan Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa sallam. Karena sehebat apa pun manusia berencana membuat jahat pada seseorang, maka rencana itu tidak akan berhasil tanpa izin Allah Subhana Wa Ta'ala. Dan sebaik-baik pertolongan dan sebaik-baik bantuan hanyalan dari Allah Subhana Wa Ta'ala saja. Cukuplah Dia sebagai penilai dan sebagai saksi dari segala amalan yang kita lakukan.
Surah Al Fath(48) ayat 28:
هُوَ الَّذِىۡۤ اَرۡسَلَ رَسُوۡلَهٗ بِالۡهُدٰى وَدِيۡنِ الۡحَـقِّ لِيُظۡهِرَهٗ
عَلَى الدِّيۡنِ كُلِّهٖؕ وَكَفٰى بِاللّٰهِ شَهِيۡدًا ؕ
48:28. Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan
agama yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah
Allah sebagai saksi.
Agar manusia terhindar dari rasa takut yang bathil maka kewajiban mereka adalah mau mengikuti panduan Kitabullah, sehingga hidup mereka menjadi terbimbing dan terbebas dari perkara-perkara yang akan menggelisahkan kehidupan mereka.
Surah Al Baqarah(2) ayat 38:
قُلۡنَا اهۡبِطُوۡا مِنۡهَا جَمِيۡعًا ۚ فَاِمَّا يَاۡتِيَنَّكُمۡ مِّنِّىۡ
هُدًى فَمَنۡ تَبِعَ هُدَاىَ فَلَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُوۡنَ
2:38. Kami berfirman: “Turunlah kamu semua dari surga itu! Kemudian
jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti
petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak
(pula) mereka bersedih hati”.
Hanya Allah Subhana Wa Ta'ala saja yang pantas untuk disandarkan segala macam harapan dalam kehidupan manusia, karena sifat Rahman dan Rahim Allah yang Maha Luas, sehingga kita tidak boleh berputus asa dalam meraih kebaikan dari sisi Allah Subhana Wa Ta'ala, karena Rahmat Allah Subhana Wa Ta'ala jauh lebih besar dari murkaNya.
Surah Az Zumar(39) ayat 53:
قُلۡ يٰعِبَادِىَ الَّذِيۡنَ اَسۡرَفُوۡا عَلٰٓى اَنۡفُسِهِمۡ لَا تَقۡنَطُوۡا
مِنۡ رَّحۡمَةِ اللّٰهِ ؕ اِنَّ اللّٰهَ يَغۡفِرُ الذُّنُوۡبَ جَمِيۡعًا ؕ اِنَّهٗ
هُوَ الۡغَفُوۡرُ الرَّحِيۡمُ
39:53. Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap
diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa* semuanya. Sesungguhnya Dialah
Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Catatan Kaki:
mengampuni dosa-dosa*: dalam hubungan ini Lihat Surah An Nisa ayat 48.
اِنَّ اللّٰهَ لَا يَغۡفِرُ اَنۡ يُّشۡرَكَ بِهٖ وَيَغۡفِرُ مَا دُوۡنَ ذٰ لِكَ
لِمَنۡ يَّشَآءُ ۚ وَمَنۡ يُّشۡرِكۡ بِاللّٰهِ فَقَدِ افۡتَـرٰۤى اِثۡمًا عَظِيۡمًا
4:48. Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh
ia telah berbuat dosa yang besar.
Tidak ada yang pantas untuk disandarkan segala macam harap kecuali Allah Subhana Wa Ta'ala, siapa yang bersandar dan berharap kepada makhluk maka akan mengalami kekecewaan, karena sehebat apapun manusia memiliki kemampuan, maka tidak lebih kekuatannya hanya seperti sarang laba-laba.
SuraAl Ankabut(29) ayat 41:
مَثَلُ الَّذِيۡنَ اتَّخَذُوۡا مِنۡ دُوۡنِ اللّٰهِ اَوۡلِيَآءَ كَمَثَلِ الۡعَنۡكَبُوۡتِ
ۖۚ اِتَّخَذَتۡ بَيۡتًا ؕ وَ اِنَّ اَوۡهَنَ الۡبُيُوۡتِ لَبَيۡتُ الۡعَنۡكَبُوۡتِۘ
لَوۡ كَانُوۡا يَعۡلَمُوۡنَ
29:41. Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung
selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan
sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah rumah laba-laba kalau mereka
mengetahui.
Maka setelah pembahasan tentang rukun syahadat yang kedua yaitu الإِثْبَات~al itsbaat(penetapan) dari kalimat syahadat أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّاللّه~Asyhadu anla ilaaha illallah, maka selanjunya In Syaa Allah akan membahas rukun syahadat Rasul dalam syahadat وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَدَارسُوْلُاللهِ ~Wa asyadu anna Muhammadarasuulullah