Minggu, 24 November 2013

18. Catatan Dari Penjara Seri 18 : Penutup Tulisan Ustad Abu Bakar Ba’asyir Tentang : Bagaimana Mengamalkan Dinul Islam


Penutup Tulisan Ustad Abu Bakar Ba’asyir



بسم الله الرحمن الرحيم

Catatan dari penjara seri 18 ini merupakan bagian terakhir dari tulisan ustad Abu Bakar Ba’asyir , harapan kami semoga goresan pena beliau menjadi tambahan ilmu dan pemahaman kita bersama sehingga kita memahami cara untuk mengamalkan dan memperjuangkan Dinul Islam dalam rangka iqomatuddin dan semoga catatan beliau dari penjara ini menjadi catatan amal sholeh beliau di yaumil akhir. Amiin

PENUTUP
 
Demikianlah risalah sederhana ini kami sampaikan semoga bermanfaat untuk membantu mukhasabah (introspeksi diri) kita umat Islam, baik didalam cara mengamalkan Islam maupun dalam cara memperjuangkan Islam, sehingga benar-benar amalan kita dan perjuangan kita umat Islam menepati Sunnah Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam dengan demikian Insya Allah, Allah Subhana Wa Ta'ala berkenan menolong kita sehingga kemenangan dunia akherat dapat kita capai. 

Kalau risalah sederhana ini pembahasannya menepati Al Quran dan Sunnah itu semata semata karena karunia Allah Subhana Wa Ta'ala dan bimbingan-Nya, yang wajib kita syukuri dengan mengamalkan menurut kemampuan, tetapi kalau di dalamnya ada kekeliruan itu adalah dari Syeitan dan dari kelemahan penulis, semoga Allah memberi maaf, dan kepada para pembaca, saya harapkan berkenan meluruskannya dengan yang sebenarnya. Untuk itu saya sampaikan jazakumullah khoiran katsiro. 
 
Akhirnya marilah kita panjatkan do’a semoga Allah Subhana Wa Ta'ala berkenan membimbing kita sehingga amalan dan perjuangan kita dalam menegakkan Syariat-Nya menepati Sunnah Nabi-Nya.:

“Ya Allah, bersholawatlah atas Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wasallam dan keluarganya serta para sahabatnya, dan curahkan segala keselamatan terhadap mereka, Ya Allah Maha Pendengar seruan orang yang sedang membutuhkannya, serta Maha Pengabul permohonan orang-orang yang berdoa. Aku memohon dan bertawassul dengan segala nama-nama Mu yang telah Kau namakan diri-Mu dengannya, atau yang Kau turunkan dalam kitab-Mu atau yang Kau telah ajarkan pada seseorang hamba-Mu, atau yang sedang Kau simpan dalam ilmu ghoib pada dzat-Mu, hendaknya Engkau berkenan untuk memberi hidayah pada diri kami kejalan Mu yang lurus, dan tetapkanlah kami di dalamnya dengan ketaatan-Mu, serta ampunilah segala dosa kami. Engkaulah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”.
 
“Ya Allah, ampunilah dosa dan kesalahan kaumku, sesungguhnya mereka adalah kaum yang tidak mengetahui akan hal ini, yaitu kedholiman terhadap syariat dan perjuangan-perjuangannya”. 
 
“Ya Allah, tolonglah para Mujahid dan para Da’i yang ikhlas, luruskan segala pendapat-pendapat mereka, satukan barisan-barisan mereka dan tepatkan bidikan-bidikan mereka, Engkau Maha Mampu atas segala sesuatu”.
 
“Ya Allah, kami memohon pada Mu ampunan dan keselamatan dari segala cobaan, baik di dalam agama dan di dunia maupun di akherat kelak”.
 
“Ya Allah, siapapun yang berkehendak untuk membahayakan kami, serta kaum Muslimin secara umum, maka hanguskan tipu daya dan makar mereka dan putuskan segala dalih dan alasan mereka kemudian hancuran mereka sehancur-hancurnya”.
 
“Ya Allah, Engkau telah melimpah-ruahkan bagi George W. Bush dan Aerol Sharon serta para pemuka dan pendukung mereka, segala harta dan perhiasan dan persenjataan yang kuat dalam kehidupan dunia ini. Wahai Tuhan kami, tetapi karunia-Mu itu justru mereka gunakan untuk menindas dan menyesatkan manusia dari jalan-Mu. Wahai Tuhan kami, binasakan harta-harta dan persenjataan mereka dan kunci matilah hati-hati mereka. Sesungguhnya mereka tidak lagi beriman hingga mengenyam adzab yang sangat pedih dari-Mu”.
 
“Ya Allah, karuniakan terhadap umat ini perkara yang lurus yaitu Khilafah Islamiyah, yang diagungkan di dalamnya ahli-ahli ketaatan-Mu, dan dihinakan di dalamnya ahli-ahli maksiat terhadap-Mu serta digalakkan di dalamnya kemakrufan dan dicegah di dalamnya segala kemungkaran. Wahai Yang Maha Pengabul Segala Doa”.

“Ya Allah, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Pencipta Langit, Bumi dan segala perbuatan mahluk di dalamnya yang Maha Luas Rahmat dan Hikmahnya dalam seluruh takdir dan ketentuannya, kami mohon rahmat-Mu, karuniakan kepada kami keihlasan dan kesabaran dalam menerima segala ketentuan-Mu”
 
“Ya Allah, jernihkan hati kami, dari segala benih kesyirikan, masukkan kami dalam hitungan hamba-hambaMu yang engkau ridhoi dan jadikan kami sebagai pejuang-pejuang penegak Syariat-Mu yang ikhlas. Ya Allah, jauhkanlah dari kami segala takdir yang buruk dan selamatkan kami dari makar dan tipu daya iblis serta serdadunya, satukan langkah-lamgkah kami dalam menegakkan syariat-Mu dan hancurkan seluruh kekuatan mahluk yang menghalang-halanginya”.
 
“Ya Allah, dengarlah jeritan bumi Indonesia ketika dipenuhi oleh penghuninya dengan beragam bentuk kemusyrikan, kedholiman dan kemaksiatan. Telah nampak tanda-tanda keagunganMu terhadap mereka dan telah jelas isyarat-isyarat peringatan-Mu dari kesengsaraan hidup, kemiskinan, wabah penyakit, kekuasaan dholim, dan bencana alam yang tak kunjung henti, tetapi sungguh peringatan-Mu tak berguna bagi kaum yang tak beriman”.
 
“Telah Kau tutup hati kebanyakan mereka dengan syubbhat dan kejahilan hingga mereka melihat kebenaran menjadi suatu kesalahan dan kebathilan nampak sebagai kemakrufan, mereka menilai syariat sebagai belenggu, sedang maksiat sebagai pemandu, akibatnya mereka tunduk dengan musuh-musuhMu, dan memusuhi wali-waliMu, tiada berguna kehidupan yang berdasar dari hal itu. Ya Allah, bukalah pintu hati mereka jika Engkau mengetahui kebaikan dalam hal tersebut atau hancurkan mereka dengan tingkah laku mereka yang hina itu”.
 
“Ya Allah, aku berlepas diri dari segala perbuatan buruk mereka, baik dalam bentuk kemusyrikan, kedholiman, maupun dalam bentuk kemaksiatan”.

 “Ya Allah, binasakan kekuatan musuh-musuh-Mu yang telah dipergunakan untuk menghalangi tegaknya Syariat-Mu, patahkan segala kemampuan dan kekuasaan mereka dan tunjukkan dihadapan kami kekuasaan-Mu atas mereka, serta padamkan api kemurkaan yang berkobar dalam hati kaum Mukminin dengan kebinasaan musuh-musuh mereka”.
 
“Ya Allah, telah kami serukan kepada mereka syariat-Mu disiang dan malam hari, tetapi seruan itu tidaklah menambah mereka kecuali penghinaan dan keberpalingan, Wahai Rabb kami, jangan Kau biarkan seorangpun diantara penghalang Syariat ini hidup di muka bumi-Mu walaupun sekedip mata, sesungguhnya jika Kau biarkan mereka tinggal dan hidup di bumi niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba Mu dan mereka tidak akan melahirkan kecuali keturunan yang dholim lagi kafir”.
 
“Ya Allah, kabulkanlah permohonan kami, jangan Kau hinakan kami dihadapam sekutu-sekutu Iblis, sesungguhnya Engkau Maha Pengasih lagi Maha Pemurah. Ya Allah, bershalawatlah atas nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wasallam, keluarganya, dan para sahabatnya, serta penerus-penerus jejak mereka hingga datangnya hari perhitungan”. Amin.


17. Catatan Dari Penjara Seri 17 : Dinul Islam wajib diamalkan sacara Berjamaah dengan kekuasaan politik yang sistemnya Khilafah.

(Ustadz Abu Bakar Ba’asyir -fakkallohu asroh-)

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

SUNNAH NABI SHALALLAHU 'ALAIHI WASALLAM  
DALAM MENDAKWAHKAN DAN MENEGAKKAN DINUL ISLAM

Setelah kita telaah sirah Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam  dan kita ambil pelajaran darinya, maka kita dapat mengambil kesimpulan bahwa secara garis besar bimbingan yang diberikan oleh Allah Subhana Wa Ta'ala kepada Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam di dalam menyebarluaskan dan menegakkan Dinul Islam yang akhirnya merupakan Sunnah Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasalla dalam perjuangan iqomatudien ialah dapat kita simpulkan menjadi 3 langkah saja

IMAN,  HIJRAH,  JIHAD

Keterangan: 

1. Yang dimaksud Iman ialah berdakwah untuk membina Tauhid dan Iman ini diamalkan oleh Rasulullah Shalallahu `Alaihi Wasallam selama di Mekah selama 13 tahun dan dilanjutkan terus sampai Baginda wafat selanjutnya diteruskan oleh para sahabat dan umat Islam setelah sahabat.

2. Yang dimaksud dengan Hijrah ialah pindah ketempat yang lebih aman untuk menghindarkan diri dari tekanan kaum Musyrikin bagi mereka yang lemah dan pindah secara total kepada tempat yang lebih aman yang kuat pendukungnya yang sudah dipersiapkan untuk dapat terus melaksanakan Ibadah, Dakwah dan pembinaan Iman, sehingga bebas dari penindasan kaum Musyrikin dan dapat meningkatkan perjuangan dengan pembinaan kekuatan senjata. Ini diamalkan oleh sahabat Nabi dengan hijrah ke negeri Habasah atas perintah Nabi bagi sahabat yang dianggap lemah dan diamalkan oleh Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam dengan seluruh sahabatnya berhijrah ke Madinah atas perintah Allah Subhana Wa Ta'ala. Yang selanjutnya disusul oleh semua sahabat-sahabat yang mampu dan baik imannya.

3. Menegakkan Daulah Islamiyah sehingga semua hukum Allah Subhana Wa Ta'ala dapat dilaksanakan secara sempurna dan murni.

4. Yang dimaksud dengan Jihad Fisabilillah ialah perjuangan menegakkan Islam dengan cara memerangi orang kafir yang memerangi umat Islam dan dengan cara memerangi orang kafir secara mutlak, sehingga tidak menghalangi Dakwah Islam lagi sehingga orang-orang yang ingin belajar Islam dengan benar dan ingin masuk Islam benar-benar bebas dari halangan, dan dakwah dapat digencarkan dengan bebas. Ini diamalkan oleh Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam setelah berhijrah di Madinah sampai Baginda Shalallahu 'Alaihi Wasallam wafat dan dilanjutkan oleh para sahabatnya dan orang-orang Islam yang hidup sesudah sahabat sehingga Dinul Islam mengalami kejayaan yang menakjubkan berabad- abad.

CARA MENDAKWAHKAN DAN MENEGAKKAN DINUL ISLAM PADA ZAMAN SEKARANG

Dinul Islam pada masa sekarang ini sudah lengkap semua panduan dan bimbingan yang terkandung di dalam Al Quranul karim telah sempurna dan Dinul Islam telah diridhoi Allah Subhalaana Wa Ta' sebagai satu-satunya Dien bagi manusia. Sebagaimana yang diterangkan oleh Allah Subhana Wa Ta'ala dalam firman-Nya, Surah Al-Maa-idah 3:


hurrimat 'alaykumu almaytatu waalddamu walahmu alkhinziiri wamaa uhilla lighayri allaahi bihi waalmunkhaniqatu waalmawquudzatu waalmutaraddiyatu waalnnathiihatu wamaa akala alssabu'u illaa maa tsakkaytum wamaadzubiha 'alaaalnnushubi wa-an tastaqsimuu bial-azlaami dzaalikum fisqun alyawma ya-isa alladziina kafaruu min diinikum falaa takhsyawhum waikhsyawni alyawma akmaltu lakum diinakum wa-atmamtu 'alaykum ni'matii waradhiitu lakumu al-islaama diinan famani idthurra fii makhmashatin ghayra mutajaanifin li-itsmin fa-inna allaaha ghafuurun rahiimun

[5:3] Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah394, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya395, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah396, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini397 orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni'mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa398 karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. 

Disamping itu keutuhan dan kemurnian Syariat Islam dijaga oleh Allah Shalallahu 'Alaihi Wasallam sehingga bertahan sampai hari kiamat. Tidak akan berubah karena perubahan zaman dan tempat. Seperti yang diterangkan oleh Allah Subhana Wa Ta'ala dalam firman-Nya, Surah Al Hijr 9:


innaa nahnu nazzalnaa aldzdzikra wa-innaa lahu lahaafizhuuna

[15:9] Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya793.

Demikian pula panduan dan bimbingan untuk mendakwah dan menegakkan Dinul Islam juga masih segar sempurna tidak lapuk, maka kewajiban kita adalah memahami perkara itu yang selanjutnya mengamalkan apa yang sudah pernah diamalkan oleh Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam dan para sahabatnya menurut kemampuan yang ada, sebab Allah Subhana Wa Ta'ala  memerintahkan agar kita umat Islam mengamalkan semua perintah dan tuntunan Allah Subhana Wa Ta'ala  dan Rasul-Nya Shalallahu 'Alaihi Wasallam menurut kemampuan.

Dalam firman-Nya, Surah At Taghaabun : 16


faittaquu allaaha maa istatha'tum waisma'uu wa-athii'uu wa-anfiquu khayran li-anfusikum waman yuuqa syuhha nafsihi faulaa-ika humu almuflihuuna

[64:16] Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta ta'atlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu1481. Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.

Dan Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam juga bersabda dalam riwayat dibawah ini:

Diriwayatkan dari Abu Huroiroh r.a., beliau berkata:

“Telah bersabda Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam : ‘Apabila aku perintahkan kepadamu suatu perintah, laksanakanlah menurut kemampuanmu”

(HR Ibnu Majah).
Maka kewajiban kita sekarang harus mengamalkan semua perintah Allah Shubhana Wa Ta'ala dan meneladani semua Sunnah Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam dalam persoalan mendakwahkan dan menegakkan Dinul Islam ini menurut kemampuan yang ada, tidak boleh ada yang sengaja ditinggalkan.
Maka perintah berdakwah dan bertabligh untuk menerangkan Islam yang murni dan Kaaffah dan memberantas berbagai kemusyrikan harus kita amalkan menurut kemampuan yang ada. Perintah bersabar menghadapi tantangan dan tekanan musuh Islam dikala masih lemah harus kita amalkan menurut kemampuan yang ada, sehingga tidak melawan tekanan musuh dakwah dengan fisik karena emosi.
Perintah berjihad di jalan Allah untuk membela diri dan memerangi orang Kafir harus kita usahakan apabila belum mampu, harus kita amalkan i’dat (menyusun kekuatan senjata) menurut kemampuan yang ada.

Maka setiap Harakah Islamiyah (gerakan Islam / Ormas Islam) yang bercita-cita mendakwahkan dan menegakkan Dinul Islam harus menyusun program yang meliputi semua perintah Allah tersebut diatas jangan ada yang sengaja ditinggalkan. Yakni jangan sampai hanya menyusun Dakwah dan Tabligh saja sedang I’dat dan Jihad tidak diprogramkan sama sekali. Sebaliknya jangan pula hanya menyusun program I’dat dan Jihad saja sedang Dakwah dan Tabligh tidak diprogramkan sama sekali. Langkah-langkah semacam ini adalah bertentangan dengan Sunnah Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam dalam menegakkan Dinul Islam. Maka secara lebih ringkas Sunnah Nabi dalam iqomatudin kita rumuskan menjadi: DAHWAH DAN JIHAD

Amalan dakwah dimaksudkan untuk pembinaan Tauhid dan Iman dengan menerangkan aqidah dan Syariat Islam secara murni dan Kaaffah. Sedang amalan Jihad yang melalui proses hijrah dan I’dat dimaksudkan untuk melawan serangan musuh dan menegakkan kembali kekuasaan Islam (Daulah / Khilafah).

Maka DAKWAH dan JIHAD harus menjadi program setiap Harakah Islamiyah / Ormas Islam yang ingin menegakkan Dinul Islam pada zaman sekarang. Apabila salah satu dari dua hal tersebut diatas sengaja ditinggalkan tidak diusahakan secara proaktif dan diamalkan menurut kemampuan, maka Allah Subhana Wa Ta'ala tidak meridhoi dan tidak menerima perjuangan yang tidak sempurna memprogramkan Sunnah Nabi tersebut dan tidak berkenan menolong untuk memberi kemenangan karena langkah ini menyalahi Sunnah Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam.

Termasuk langkah memperjuangkan Islam yang tidak diterima oleh Allah Shalallahu 'Alaihi Wasallam karena menyalahi Sunnah Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam  adalah memperjuangkan Islam dengan sistem Demokrasi. Karena semua itu adalah sistem hidup dan perjuangan yang menetang kadaulatan Allah Subhana Wa Ta'ala  untuk menetapkan tatanan dan undang-undang untuk mengatur kehidupan manusia. Oleh karenanya sistem demokrasi adalah bertentangan dengan sunnah nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam.

Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam`bersabda:

“Barang siapa melakukan perbuatan yang tidak bersumber dari ajaran kami maka perbuatan itu tertolak (tidak sah)” (HR Muslim)

Bahkan banyak para ulama terkini pengikut ulama salaf yang antara lain ulama Mujahid, Syeikh Abdul Qadir bin Abdul Aziz dalam kitab beliau “Al Jami’ Fii Tholabil Ilmii Syarif” menegaskan bahwa memperjuangkan Islam dengan sistem Demokrasi adalah membawa kemurtadan karena demokrasi adalah ajaran syirik karena ia merampas kadaulatan Allah dalam menetapkan undang-undang dan diberikan kepada rakyat, maka siapa yang mengamalkannya menjadi musyrik. Hati-hati.

Untuk lebih jelasnya, disini saya kutipkan kesimpulan uraian yang ditulis oleh Syeikh Abdul Qadir bin Abdul Aziz dalam kitabnya “Al Jami’ Fii Tholabil Ilmii Syarif juz ke XII halaman 211 – 221” tentang Metode Perjuangan Islam, beliau menyimpulkan sebagai berikut:

“Saya simpulkan apa yang telah dibahas sebelumnya, saya katakan; ‘Sesungguhnya cara kaum Muslimin dalam merubah pemerintahan Kafir adalah dengan Dakwah dengan berbagai macam bentuknya, setelah memiliki manhaj yang benar dan akidah yang lurus, dibarengi dengan menyatakan kebenaran dengan terang-terangan dan berlepas diri dari orang-orang Kafir dan kekafiran mereka, bukan dengan cara mengikuti kekafiran mereka seperti menyertai mereka dalam pemerintahan Sekuler atau parlemen Syirik, akan tetapi berlepas diri dan memisahkan diri sehingga terjadi pemisahan barisan, dengan bersabar diatas siksaan orang-orang Kafir dan mencari pertolongan dari orang-orang Mukmin sampai terbentuk suatu jamaah yang kuat yang mampu untuk melakukan perubahan dan mampu menjalankan hukum Islam apabila Allah Subhana Wa Ta'ala  memenangkannya. Dan ini merupakan kewajiban seluruh umat Islam, sedang kewajiban bagi tiap-tiap individu adalah berusaha untuk merealisasikan hal itu sesuai dengan kemampuannya”.

Allah Subhana Wa Ta'ala  berfirman, Suriah Az Zalzalah : 7 -8

faman ya'mal mitsqaala dzarratin khayran yarahu

[99:7] Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.
waman ya'mal mitsqaala dzarratin syarran yarahu

[99:8] Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.
Dan wajib untuk menjadikan kekhususan setiap negara dan kekhususan penduduknya sebagai bahan pertimbangan dan hendaknya setiap permasalahan itu diserahkan kepada ahlinya.

16. Catatan dari penjara seri 16 : Dinul Islam wajib diamalkan sacara Berjamaah dengan kekuasaan politik yang sistemnya Khilafah


SUNNAH NABI SHALALLAHU 'ALAIHI WASALLAM  
DALAM MENDAKWAHKAN DAN MENEGAKKAN DINUL ISLAM


b. Langkah Kedua

Berhijrah dan menyusun kekuatan.

Tekanan dan gangguan kaum Musyrikin dalam menghadapi Dakwah Tauhid ini semakin hari semakin menjadi-jadi, bukannya berkurang, namun meskipun demikian Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam sama sekali tidak mengendurkan dan melemahkan dakwahnya, bahkan Baginda Shalalahu 'Alaihi Wasallam tetap bersemangat di dalam berdakwah dan memberantas kesyirikan tanpa bertoleransi sedikitpun. Sehingga pernah ditawarkan kepada Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam kedudukan dan kekayaan asal Beliau bersedia menghentikan Dakwah Tauhid ini, tawaran itu ditolaknya dengan tegas dan Baginda Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bertekad terus melancarkan Dakwah dan menyerang kemusyrikan, maka makin keraslah tekanan terhadap Beliau dan para pengikutnya. Ketika tantangan dan tekanan makin kuat, sedang pengikutnya masih lemah maka Baginda Shalallahu 'Alaihi Wasallam memerintahkan sebagian sahabatnya untuk berhijrah ke negeri Habash sedang Beliau Shalallahu 'Alaihi Wasallam dan beberapa sahabatnya yang masih kuat terus giat melancarkan Dakwah tanpa sedikitpun bertoleransi dengan kemusyrikan.

Ketika tantangan dan tekanan mencapai puncaknya, yakni sampai kepada usaha untuk membunuh Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam, maka Allah Subhana Wa Ta'ala memerintahkan Baginda Shalallahu 'Alaihi Wasallam untuk berhijrah ke Madinah dan Bagindapun melaksanakan perintah itu dengan baik. Disamping itu juga Rasulullah Shalallahu  'Alaihi ahu Wasallam  memerintahkan sahabatnya agar semuanya berhijrah ke Madinah kecuali yang lemah dan tidak ada kemampuan.

Hijrah ke Madinah ini hukumnya wajib, karena ia dapat menyatukan tenaga dan menyusun kekuatan fisik untuk bergabung dalam pasukan Mujahidin dalam rangka menghadapi tekanan kaum Musyrikin apabila sudah ada izin dari Allah nanti.

Mereka yang tidak bersedia berhijrah bukan karena lemah tetapi hanya karena pertimbangan kekayaan dunia, akhirnya benar-benar dipaksa untuk bergabung kedalam pasukan kaum Musyrikin untuk memerangi kaum Muslimin di perang Badar dan diantara mereka ada yang terbunuh dan dinyatakan oleh Allah Subhana Wa Ta'ala sebagai orang yang menganiaya dirinya dan tempatnya kelak di neraka.

Hal ini diterangkan oleh Allah Subhana Wa Ta'ala dalam firman-Nya, Surah An Nisaa’ : 97


inna alladziina tawaffaahumu almalaa-ikatu zhaalimii anfusihim qaaluu fiima kuntum qaaluu kunnaa mustadh'afiina fii al-ardhi qaaluu alam takun ardhu allaahi waasi'atan fatuhaajiruu fiihaa faulaa-ika ma/waahum jahannamu wasaa-at mashiiraan

[4:97] Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri342, (kepada mereka) malaikat bertanya : "Dalam keadaan bagaimana kamu ini ?". Mereka menjawab : "Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)". Para malaikat berkata : "Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu ?". Orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali,

Setelah Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam sampai di Madinah, langkah-langkah yang dilakukan ialah:

-Mendirikan masjid sebagai tempat ibadah dan markas pentakbiran/pengurusan iqomatudin(perjuangan menegakkan Islam).-Memperkuat Ukhuwah Islamiyah antara kaum Muhajirin dan Anshor.

-Mendirikan Daulah Islamiyah meskipun rakyatnya terdiri dari berbagai kaum dan kepercayaan (pluralitas). Baginda Shalallahu 'Alaihi Wasallam memegang pimpinan negara tertinggi sedang Syariat Islam sebagai hukum positifnya. 
-Menyusun kekuatan senjata sesuai dengan perintah Allah Shubhana Wa Ta'ala dalam firmanNya, Surah Al Anfaal 60:
wa-a'idduu lahum maa istatha'tum min quwwatin wamin ribaathi alkhayli turhibuuna bihi 'aduwwa allaahi wa'aduwwakum waaakhariina min duunihim laa ta'lamuunahumu allaahu ya'lamuhum wamaa tunfiquu min syay-in fii sabiili allaahi yuwaffa ilaykum wa-antum laa tuzhlamuuna

[8:60] Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).

Dalam pelaksanaan Iqomatun Dien ini, kaum Muhajirin dan kaum Ansor adalah merupakan kader inti yang banyak berkorban. Kaum Muhajirin telah berkorban dengan berhijrah meninggalkan kampung halaman dan harta mereka, sedang kaum Ansor penduduk asli Madinah telah berkorban pula menyediakan tempat tinggal dan memberi pertolongan kepada saudara mereka kaum Muhajirin. Mereka inilah soko gurunya kaum Muslimin yang amat berjasa menegakkan Dinul Islam dengan melaksanakan Dakwah dan Jihad di jalan Allah dengan penuh semangat dan keihlasan dan penuh pengorbanan. Oleh karena itu Allah menyatakan bahwa mereka benar-benar Mukmin sejati dan sebagai penolong Dinullah.

Allah Subhana  Wa Ta'ala berfirman, Surah Al Anfaal  74:


waalladziina aamanuu wahaajaruu wajaahaduu fii sabiili allaahi waalladziina aawaw wanasharuu ulaa-ika humu almu/minuuna haqqan lahum maghfiratun warizqun kariimun

[8:74] Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezki (ni'mat) yang mulia.

Dan fiman-Nya lagi, Surah Al Hasyru : 8 dan 9


lilfuqaraa-i almuhaajiriina alladziina ukhrijuu min diyaarihim wa-amwaalihim yabtaghuuna fadhlan mina allaahi waridhwaanan wayanshuruuna allaaha warasuulahu ulaa-ika humu alshshaadiquuna

[59:8] (Juga) bagi orang fakir yang berhijrah1467 yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya dan mereka menolong Allah dan RasulNya. Mereka itulah orang-orang yang benar.
waalladziina tabawwauu alddaara waal-iimaana min qablihim yuhibbuuna man haajara ilayhim walaa yajiduuna fii shuduurihim haajatan mimmaa uutuu wayu/tsiruuna 'alaa anfusihim walaw kaana bihim khasasatun waman yuuqa syuhha nafsihi faulaa-ika humu almuflihuuna

[59:9] Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung

Oleh karena itu Allah Subhana Wa Ta'ala meridhoi kaum Muhajirin dan kaum Ansor dan orang-orang berIman setelah mereka yang mengikuti jejak langkah mereka.

Allah Subhana Wa Ta'ala menerangkan hal ini dalam firman-Nya, Surah At Taubah : 100


waalssaabiquuna al-awwaluuna mina almuhaajiriina waal-anshaari waalladziina ittaba'uuhum bi-ihsaanin radhiya allaahu 'anhum waradhuu 'anhu wa-a'adda lahum jannaatin tajrii tahtahaaal-anhaaru khaalidiina fiihaa abadan dzaalika alfawzu al'azhiimu

[9:100] Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama masuk Islam diantara orang-orang muhajirin dan ansor dan orang-orang yang mengikut mereka dengan baik, Allah ridho kepada mereka dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar” (At Taubah : 100)

c. Langkah Ketiga

Berdakwah dan berjihad di jalan Allah

Setelah kekuatan senjata tersusun maka Allah Subhana Wa Ta'ala membolehkan berjihad untuk membela diri karena di dholimi.;

Allah Subhana Wa Ta'ala berfirman, Surah Al Hajj: 39, 40


udzina lilladziina yuqaataluuna bi-annahum zhulimuu wa-inna allaaha 'alaa nashrihim laqadiirun

[22:39] Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu, 

alladziina ukhrijuu min diyaarihim bighayri haqqin illaa an yaquuluu rabbunaaallaahu walawlaa daf'u allaahi alnnaasa ba'dhahum biba'dhin lahuddimat shawaami'u wabiya'un washalawaatun wamasaajidu yudzkaru fiihaa ismu allaahi katsiiran walayanshuranna allaahu man yanshuruhu inna allaaha laqawiyyun 'aziizun

[22:40] (yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata: "Rabb kami hanyalah Allah". Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa,


Selanjutnya setelah kaum Muslimin makin kokoh kedudukannya, Allah Subhana Wa Ta'ala mengizinkan memerangi orang Kafir secara mutlak sampai mereka menyerah tidak berani lagi menghalangi Dakwah Islamiyah dan membayar jisiyah atau masuk Islam.

Hal ini diterangkan oleh Allah SWT dalam firman-Nya, Surah At Taubah : 29


qaatiluu alladziina laa yu/minuuna biallaahi walaa bialyawmi al-aakhiri walaa yuharrimuuna maaharrama allaahu warasuuluhu walaa yadiinuuna diina alhaqqi mina alladziina uutuu alkitaaba hattaa yu'thuu aljizyata 'an yadin wahum shaaghiruuna

[9:29] Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan RasulNya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah638 dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk.


Firman-Nya lagi Surah  Al Anfaal : 39


waqaatiluuhum hattaa laa takuuna fitnatun wayakuuna alddiinu kulluhu lillaahi fa-ini intahaw fa-inna allaaha bimaa ya'maluuna bashiirun

[8:39] Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah611 dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah612. Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.

Selama Baginda Shalallahu 'Alaihi Wasallam di Madinah selama sepuluh tahun Baginda Shalallahu 'Alaihi Wasallam mengobarkan semangat Jihad dan mengamalkan Jihad lebih kurang 80 kali dan yang Baginda Shalallahu 'Alaihi Wasallam  pimpin sendiri lebih kurang 27 kali.

Hal ini sesuai dengan perintah Allah Subhana Wa Ta'ala dalam firman-Nya, Surah Al Anfaal  65:


yaa ayyuhaaalnnabiyyu harridhi almu/miniina 'alaaalqitaali in yakun minkum 'isyruuna shaabiruuna yaghlibuu mi-atayni wa-in yakun minkum mi-atun yaghlibuu alfan mina alladziina kafaruu bi-annahum qawmun laa yafqahuuna

[8:65] Hai Nabi, kobarkanlah semangat para mu'min untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu dari pada orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti.623

Dan firman-Nya lagi, Surah An Nisaa’ : 84


faqaatil fii sabiili allaahi laa tukallafu illaa nafsaka waharridhi almu/miniina 'asaaallaahu an yakuffa ba/sa alladziina kafaruu waallaahu asyaddu ba/san wa-asyaddu tankiilaan

[4:84] Maka berperanglah kamu pada jalan Allah, tidaklah kamu dibebani melainkan dengan kewajiban kamu sendiri324. Kobarkanlah semangat para mu'min (untuk berperang). Mudah-mudahan Allah menolak serangan orang-orang yang kafir itu. Allah amat besar kekuatan dan amat keras siksaan(Nya).

Sejak itu perkembangan Dinul Islam mengalami kemajuan yang amat pesat, bahkan akhirnya markas pusat kaum Musyrikin yakni kota Mekah dapat ditaklukkan dan berhala-berhala sesembahan kaum Musyrikin berhasil ditumbangkan dan dibersihkan dari Ka’bah dan dari seluruh kota, maka tegaklah bendera Tauhid dan hancurlah Kemusyrikan. Kebenaran berdiri tegak kebathilan hancur musnah.

Allah Subhana Wa Ta'ala  berfirman, Surah Al Israa’ : 81


waqul jaa-a alhaqqu wazahaqa albaathilu inna albaathila kaana zahuuqaan

[17:81] Dan katakanlah: "Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap". Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.

Dan firman Nya lagi, Surah Al Anbiyaa’ : 18


bal naqdzifu bialhaqqi 'alaa albaathili fayadmaghuhu fa-idzaa huwa zaahiqun walakumu alwaylu mimmaa tashifuuna

[21:18] Sebenarya Kami melontarkan yang hak kepada yang batil lalu yang hak itu menghancurkannya, maka dengan serta merta yang batil itu lenyap. Dan kecelakaanlah bagimu disebabkan kamu mensifati (Allah dengan sifat-sifat yang tidak layak bagi-Nya).

Maka kenyatan ini menunjukkan bahwa benar-benar Allah Subhana Wa Ta'ala telah menjadikan kalimat orang kafir rendah dan kalimat Allah Subhana Wa Ta'ala tinggi tiada yang berani mengatasi, Allahu Akbar.

Allah Subhana Wa  berfirman, Surah At Taubah : 40

illaa tanshuruuhu faqad nasharahu allaahu idz akhrajahu alladziina kafaruu tsaaniya itsnayni idz humaa fii alghaari idz yaquulu lishaahibihi laa tahzan inna allaaha ma'anaa fa-anzala allaahu sakiinatahu 'alayhi wa-ayyadahu bijunuudin lam tarawhaa waja'ala kalimata alladziina kafaruu alssuflaa wakalimatu allaahi hiya al'ulyaa waallaahu 'aziizun hakiimun

[9:40] Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita." Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quraan menjadikan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana643.


Ketika Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam wafat, hampir seluruh jazirah Arab takluk dibawah kekuasaan Islam yang dipimpin oleh Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam. Selanjutnya Sunnah Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam  dalam mengembangkan dan menegakkan Dinul Islam ini diikuti oleh para sahabatnya yang meneruskan Risalah Nabi, yakni Dakwah dan Jihad, sehingga Islam berjaya menjadi penguasa dunia yang besar dan tersebar luaslah keadilan, kemakmuran dan ketenteraman selama berabad-abad lamanya, maka terbuktilah bahwa diutusnya Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wasallam adalah merupakan rahmat bagi alam semesta.

Allah Subhana Wa Ta'ala berfirman, Surah  Al Ambiyaa’ : 107
wamaa arsalnaaka illaa rahmatan lil'aalamiina
[21:107] Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.

Maka dari sirah Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam yang telah diterangkan secara ringkas itu tadi, kita dapat mengambil pelajaran penting bagaimana cara untuk memperjuangkan Dinul Islam yang garis besarnya adalah sebagai berikut:

i. Bahwa dalam medakwahkan dan menegakkan Dinul Islam Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam tidak bertindak mengikuti kemauannya sendiri tetapi selalu menunggu bimbingan wahyu dari Allah Subhana Wa Ta'ala dan wahyu tersebut benar-benar ditaati dengan sempurna.
ii. Bimbingan wahyu itu ialah:
· Perintah berdakwah baik secara rahasia maupun secara terang-terangan.
· Perintah terus berdakwah menegakkan Tauhid memberantas kemusryikan dan tidak boleh toleransi dengan kemusyrikan meskipun dalam posisi yang sempit dan sulit.
· Perintah bersabar dalam menghadapi tantangan dan tekanan kaum Musyrikin dan tidak boleh melawan mereka dengan fisik.
· Perintah berhijrah ke Madinah ketika tekanan sudah mencapai taraf memuncak yakni usaha pembunuhan sedang pendukung di Mahjar (tempat berhijrah ) sudah cukup.
· Perintah berI’dat (membuat persiapan) untuk menyusun kekuatan senjata.
· Perintah berjihad untuk menghadapi tekanan kaum Musyrikin apabila kekuatan senjata sudah dianggap cukup dan selanjutnya perintah mengobarkan Jihad untuk melawan orang-orang Kafir sampai mereka masuk Islam atau tunduk menyerah sehingga tidak berani mengganggu Dakwah dan membayar jisyah.

Inilah petunjuk dan bimbingan Allah Subhana Wa Ta'ala kepada Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam di dalam usaha berjuang menyebarluaskan dan menegakkan Islam, amalan nabi ini adalah menjadi Sunnahnya yang harus diikuti oleh umat Islam yang ingin berjuang menyebarluaskan dan menegakkan Islam.(Saveabb.com)