Minggu, 24 November 2013

14. Catatan dari penjara seri 14 Dinul Islam wajib diamalkan sacara Berjamaah dengan kekuasaan politik yang sistemnya Khilafah

(Ustadz Abu Bakar Ba’asyir -fakkallohu asroh-)

بسم الله الرحمن الرحيم

NEGARA SEKULER ADALAH FITNAH YANG SANGAT BERBAHAYA DAN HARAM HUKUMNYA

Negara Sekuler adalah bentuk negara di luar khilafah yang direkayasa oleh kaum Kafir Zionis Yahudi untuk mengotori Akidah dan hati Umat Islam dan untuk menghancurkan Syariat Islam dari sumber kebangkitannya, yakni Al Quran dan Sunnah.
Dengan sistem pemerintahan Sekuler yang terkutuk ini musuh-musuh Allah berusaha menjauhkan Umat Islam sedikit demi sedikit dari Al Quran dan Sunnah dan menghancurkan Akidah dan Syariah serta memporak-porandakannya sehingga akhirnya dapat dihancurkan sama sekali, inilah peranan negara Sekuler.

Untuk lebih jelasnya disini saya kutipkan keterangan seorang Ulama dan Ilmuwan Muslim Kontemporer DR. Safar Al-Hawali dalam kitab beliau yang berjudul: ILMANIYAH beliau menerangkan sebagai berikut pada halaman 697, “Diantara Syubhatnya adalah susahnya sebagian orang untuk mengatakan Kafir atau Jahiliah terhadap apa yang Allah nyatakan Kafir dan Jahilliah seperti sistem-sistem keadaan-keadaan dan personal-personal dengan alasan bahwa sistem-sistem ini (terutama Sekuler Demokrasi) tidak mengingkari keberadaan Allah, tidak menghalangi untuk melaksanakan beberapa Syiar-Syiar peribadahan (seperti shalat, puasa, zakat, haji, nikah dan lain-lain), sebagian personal sistem-sistem tersebut mengucapkan Syahadat, melaksanakan shalat, puasa, haji dan sedekah serta menghormati orang yang taat beragama dan yayasan keagamaan ... bagaimana kita bisa mengatakan bahwa Sekulerisme adalah sistem Jahiliyah dan orang-orang yang mempercayainya adalah orang yang jahiliah?

Dan sangat jelas sekali bahwa orang yang terjerumus kedalam Syubhat ini (yang berkeyakinan bahwa Sekulerisme dan Demokrasi bukan Jahiliah) tidak mengetahui makna Laa Ilaha Ilallah dan juga tidak mengakui hakekat Islam dan hal ini jika Husnu dzon (berbaik sangka) terhadap mereka. Padahal hal semacam ini tidak boleh terjadi pada kebanyakan orang intelek yang beralasan dengan alasan semacam ini. (Dan beliau juga mengatakan pada halaman 692 dan 693): “Dan kita layak untuk memperhatikan sejenak terhadap perkataan Syhaikul Islam bahwa murtad dari syariat agama adalah lebih besar dari keluarnya orang Kafir asli darinya.

Kemudian kita katakan bahwa para pembuat rencana dari kalangan Yahudi Salibis sebagaimana dalam wasiat Zuimar yang telah lalu, pembuat rencana tersebut telah putus asa untuk mengeluarkan umat Islam dari pokok agama mereka ke aliran-aliran Atheis dan Materialist. Maka mereka mengandalkan – setelah berfikir dan merenung – cara yang lebih kotor dan bahaya yaitu mereka membuat pemerintahan-pemerintahan yang menjalankan hukum dengan selain hukum Allah, dan dalam waktu yang bersamaan pemerintahan itu mengaku Islam dan menampakkan penghormatannya terhadap akidah. Maka merekapun membunuh indera rakyat mereka rebut Wala’ nya (kesetiaannya kepada Allah ) dan mereka kotori hatinya.

Kemudian mereka menghancurkan Syariat-Syariat Allah dari sumber kebangkitannya. Oleh karena itu mereka tidak berani mengatakan dengan tegas bahwa para pemerintah itu orang-orang Atheis atau Sekuler ketika mereka menyatakan dan berbangga mengatakan bahwa mereka itu orang-orang Demokrat misalnya. (Dikutip dari kitab Al Ilmaniyah terbitan Umul Quro’ 1402 H).

Demikianlah keterangan DR. Syheik Safar Hawali yang pada pokoknya menjelaskan bahwa pemerintahan Sekuler adalah rekayasa musuh Allah, Zionis Salibis, dalam rangka menghancurkan Akidah dan Syariah kaum Muslimin dengan cara halus dan pura-pura menghormati kemerdekaan agama seperti umpamanya dengan mendirikan Departemen Agama dalam pemerintahan dan memberi kesempatan untuk mengamalkan ibadah mahdhoh (ritual) dan mengadakan upacara-upacara peringatan apa yang mereka sebut hari-hari besar Islam seperti Maulud Nabi, Isra Mi’raj, Nuzulul Qur’an, Tahun Baru Hijriah dan lain-lain untuk menggambar seolah-olah pemerintah Sekuler itu menghormati dan memberi kebebasan Syariat Islam padahal hakekat yang sebenarnya itu merupakan bius yang tidak dirasakan oleh Umat Islam sehingga secara sedikit demi sedikit hancurlah Akidah dan Syariat Dien mereka.

Maka sekali lagi kita wajib waspada dan kita wajib yakin bahwa satu-satunya sistem negara yang dapat menyelamatkan Islam dan Umat Islam hanyalah sistem Khilafah yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam dan diikuti oleh para sahabatnya terutama Khulafa Urrosyidin. Maka dengan demikian kita wajib menentukan sikap bahwa persoalan bentuk pemerintahan dan negara bagi kita Umat Islam, hanyalah Khilafah tidak ada tawar menawar lagi. Apabila kita, Umat Islam, menolak memperjuangkan berdirinya kembali Khilafah dan masih mau menerima bertoleransi dengan ajaran kafir Demokrasi dan bentuk negara Kafir Sekuler maka lonceng kematian Islam dan Umat Islam akan segera berbunyi, Na’uzu bilah mindzalik.

Kesimpulan:

1. Dinul Islam wajib diamalkan secara berjamaah yakni berkhilafah bukan diamalkan dengan sistem negara demokrasi dan kebangsaan, dan bukan pula diamalkan secara perorangan atau golongan.
2. Bila Khilafah tidak diperjuangkan wujudnya oleh umat Islam maka akibatnya :
a. Syariat dan hukum Islam tidak mungkin dapat diamalkan secara Kaaffah akibatnya umat Islam akan hidup di dalam kehinaan dan kelemahan.
b. Aqidah, Syariat dan hukum Islam tidak akan dapat diamalkan secara bersih akibatnya ibadah dan mu’amalah umat Islam bercampur baur dengan kebathilan.
c. Syariat dan hukum Islam akan terkikis satu persatu sampai habis.
d. Berjuang untuk mewujudkan Daulah Islamiyah / Khilafah hukumnya wajib.
e. Orang Islam apalagi orang Kafir yang menghalangi perjuangan untuk mewujudkan Daulah Islamiyah / Khilafah boleh diperangi karena dengan sikapnya itu berarti ia menghalangi tegaknya Dinul Islam.

II. CARA MENDAKWAHKAN DAN MENEGAKKAN DINUL ISLAM

Mendakwahkan dan menegakkan Dinul Islam adalah diwajibkan atas umat Islam. Allah Subhana Wa Ta'ala memerintahkan Rasul-Nya agar mendakwahkan Dinul Islam dan selanjutnya menegakkannya dengan cara Dakwah dan Jihad. Adapun perintah berdakwah / bertabligh dapat kita jumpai dalam firman Allah Subhana Wa Ta'ala  sebagai berikut:, Al Muddatsir : 1 dan 2
     

[74:1] Hai orang yang berkemul (berselimut),
[74:2] bangunlah, lalu berilah peringatan!

Firman-Nya lagi, Surah Asy Syu’araa : 214, 215, 216;

wa-andzir 'asyiirataka al-aqrabiina

[26:214] Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat,


waikhfidh janaahaka limani ittaba'aka mina almu/miniina

[26:215] dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman.



fa-in 'ashawka faqul innii barii-un mimmaa ta'maluuna

[26:216] Jika mereka mendurhakaimu maka katakanlah: "Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan";

Dan firman Nya lagi, Surah An Nahl : 125

ud'u ilaa sabiili rabbika bialhikmati waalmaw'izhati alhasanati wajaadilhum biallatii hiya ahsanu inna rabbaka huwa a'lamu biman dhalla 'an sabiilihi wahuwa a'lamu bialmuhtadiina

[16:125] Serulah (manusia) kepada jalan Rabb-mu dengan hikmah845 dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Rabb-mu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

Dan firman-Nya lagi, Surat Al Maa-idah : 67

yaa ayyuhaaalrrasuulu balligh maa unzila ilayka min rabbika wa-in lam taf'al famaa ballaghta risaalatahu waallaahu ya'shimuka mina alnnaasi inna allaaha laa yahdii alqawma alkaafiriina

[5:67] Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Rabb-mu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia430. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.

Firman-Nya lagi, Surah Al Hijr : 94

faishda' bimaa tu/maru wa-a'ridh 'ani almusyrikiina

[15:94] Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.

Itulah beberapa ayat Al Quran yang memerintahkan umat Islam agar mendakwahkan dan menyebarluaskan Dinul Islam di kalangan umat manusia.

Adapun perintah untuk menegakkan Dinul Islam dan perintah berjihad untuk kepentingan menegakkannya adalah sebagai berikut:

Firman Allah Subhana Wa Ta'ala, Surah As Syuuraa : 13

syara'a lakum mina alddiini maa washshaa bihi nuuhan waalladzii awhaynaa ilayka wamaa washshaynaa bihi ibraahiima wamuusaa wa'iisaa an aqiimuu alddiina walaa tatafarraquu fiihi kabura 'alaaalmusyrikiina maa tad'uuhum ilayhi allaahu yajtabii ilayhi man yasyaau wayahdii ilayhi man yuniibu

[42:13] Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu : Tegakkanlah agama1341 dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).

Dan firman-Nya lagi, Surah An Anfaal : 39

waqaatiluuhum hattaa laa takuuna fitnatun wayakuuna alddiinu kulluhu lillaahi fa-ini intahaw fa-inna allaaha bimaa ya'maluuna bashiirun

[8:39] Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah611 dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah612. Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.

Dan firman-Nya lagi, Surat At Taubah : 29

qaatiluu alladziina laa yu/minuuna biallaahi walaa bialyawmi al-aakhiri walaa yuharrimuuna maaharrama allaahu warasuuluhu walaa yadiinuuna diina alhaqqi mina alladziina uutuu alkitaaba hattaa yu'thuu aljizyata 'an yadin wahum shaaghiruuna

[9:29] Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan RasulNya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah638 dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk

Dan firman-Nya lagi, Surah  At Tahriim : 9
yaa ayyuhaa alnnabiyyu jaahidi alkuffaara waalmunaafiqiina waughluzh 'alayhim wama/waahum jahannamu wabi/sa almashiiru

[66:9] Hai Nabi, perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka adalah jahannam dan itu adalah seburuk-buruknya tempat kembali.

Dan firman-Nya lagi, Surat Al Baqaraah : 216

kutiba 'alaykumu alqitaalu wahuwa kurhun lakum wa'asaa an takrahuu syay-an wahuwa khayrun lakum wa'asaa an tuhibbuu syay-an wahuwa syarrun lakum waallaahu ya'lamu wa-antum laa ta'lamuuna

[2:216] Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.

1. Perbedaan antara Mendakwahkan Islam (untuk menyebarluaskannya) dan Menegakkan Islam

Tersebarnya Dinul Islam artinya ialah tersebar luasnya dimana-mana tempat tetapi hanya diamalkan secara perorangan atau berkelompok-kelompok tidak terpimpin oleh suatu kuasa Daulah Islamiyah / Khilafah hingga Syariatnya tidak dapat diamalkan secara Khaffah dan bersih sebab musuh-musuh Islam masih merdeka untuk menggangunya. Dinul Islam dapat tersebar dengan usaha dakwah / tabligh, pendidikan dan usaha-usaha sosial.

Adapun yang dimaksud dengan tegaknya Dinul Islam ialah adanya kekuasaan Daulah Islamiyah / Khilafah sehingga Syariat Islam dapat diamalkan secara terpimpin rapi secara Khaffah dan bersih. Dinul Islam dapat ditegakkan dengan usaha-usaha dakwah / tabligh, pendidikan, usaha-usaha sosial dan jihad fisabilillah untuk memerangi orang-orang yang menghalangi tegaknya kekuasaan Islam / Khilafah.

Sunnah Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam menunjukkan bahwa perjuangan disamping harus menyebarluaskan Islam juga harus ditujukan kepada tegaknya Dinul Islam bukan hanya sekedar tersebarnya.

2. Menegakkan Dinul Islam adalah satu-satunya Perjuangan yang Benar dan Mulia

Menegakkan Dinul Islam adalah merupakan satu-satunya perjuangan yang Haq / benar dan mulia di sisi Allah Subhana Wa Ta'ala, sebab ia merupakan perjuangan untuk menegakkan Al Haq / kebenaran, keadilan, kebebasan, kemerdekaan, keselamatan dan kebahagiaan baik di dunia maupun di akherat.

Semua bentuk perjuangan selain untuk menegakkan Dinul Islam adalah perjuangan Bathil dan mensia-siakan umur, waktu, tenaga, fikiran dan harta.

Memang tidak di nafikan bahwa semua perjuangan menuntut pengorbanan tetapi semua pengorbanan yang dikeluarkan dan penderitaan yang dirasakan dalam rangka menegakkan Dinul Islam sangat tinggi nilainya di sisi Allah Subhana Wa Ta'ala dan tidak hilang sia-sia begitu saja karena Allah Subhana Wa Ta'ala akan membalas dengan pahala yang sangat memuaskan dan kebaikan yang belipat ganda apabila perjuangan tersebut diamalkan dengan ikhlas dan mengikuti tuntunan Sunnah.

Sebaliknya pengorbanan dan penderitaan yang dirasakan dalam rangka perjuangan diluar menegakkan Dinul Islam misalnya pengorbanan untuk memperjuangkan menegakkan faham-faham / ideologi buatan manusia seperti sosialis, komunis, kapitalism, nasionalis, demokrasi dan lain-lain faham sama sekali tidak ada nilainya di sisi Allah Subhana Wa Ta'ala, oleh karena itu tidak akan dibalas dengan kebaikan bahkan akan dibalas dengan siksa karena faham-faham ideologi-ideologi itu semua merusak kehidupan umat manusia dan menghalangi tegaknya Dinul Islam serta merusakkannya cepat atau lambat, sebab pencipta semua paham itu adalah orang Kafir yang jelas-jelas mengingkari Nabi Muhammad Shalallahu  'Alaihi Wasallam dan mengingkari Sunnahnya.

Dalam menerangkan perkara ini Allah Subhana Wa Ta'ala berfirman, Surah An Nisaa’  104 :

walaa tahinuu fii ibtighaa-i alqawmi in takuunuu ta/lamuuna fa-innahum ya/lamuuna kamaa ta/lamuuna watarjuuna mina allaahi maa laa yarjuuna wakaana allaahu 'aliiman hakiimaan

[4:104] Janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu). Jika kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya merekapun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari pada Allah apa yang tidak mereka harapkan. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Keterangan:

Ayat tersebut diatas menerangkan bahwa pengorbanan dan penderitaan sama-sama akan dirasakan baik oleh pejuang yang menegakkan Dinul Islam maupun orang-orang yang berjuang untuk menentang Dinul Islam dan orang-orang yang berjuang untuk menegakkan faham-faham lain. Tetapi pengorbanan yang ada nilainya di sisi Allah Subhana Wa Ta'ala dan dapat diharapkan balasannya dari Allah Subhana Wa Ta'ala hanyalah pengorbanan yang di korbankan untuk menegakkan Dinul Islam, sedang yang lain tidak ada harapan untuk itu.

Perjuangan menegakkan Dinul Islam selalu mendapat keuntungan sebab apabila menang di dunia dapat merasakan kehidupan berbahagia dan mulia tenteram penuh berkah karena dengan kemenangan itu tidak ada lagi manusia Kafir dan kaum Sekuler yang berani menghalang dan menentang, sehingga hukum Allah dapat di amalan secara Kaaffah dan bersih.

Tetapi apabila mati terbunuh Insya Allah diterima di sisi Allah Subhana Wa Ta'ala dengan kemuliaan dan diberi rezeki oleh Allah Subhana Wa Ta'ala. Allah Subhana Wa Ta'ala berfirman, Surah Ali Imraan : 169, 170
walaa tahsabanna alladziina qutiluu fii sabiili allaahi amwaatan bal ahyaaun 'inda rabbihim yurzaquuna

[3:169] Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup248 disisi Tuhannya dengan mendapat rezki.

farihiina bimaa aataahumu allaahu min fadhlihi wayastabsyiruuna bialladziina lam yalhaquu bihim min khalfihim allaa khawfun 'alayhim walaa hum yahzanuuna

[3:170] Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka249, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

Bahkan dengan jelas Allah Subhana Wa Ta'ala menamakan menang di dunia atau mati dalam rangka menegakkan Dinul Islam dengan nama “Husnayaini” (dua kebaikan) yakni menang di dunia juga baik terbunuh juga baik, karena nilainya mati syahid.

Sebaliknya berjuang untuk menegakkan ideologi selain Dinul Islam apabila menang di dunia ia akan hidup dalam warna kebathilan, kemaksiatan dan penuh fitnah karena Syariat Allah dihalangi sama sekali untuk diamalkan sedang yang berlaku undang-undang jahiliah yang memberi kelonggaran kepada peranan hawa nafsu, maka kemenangan ini penuh dengan fitnah, ini pada hakekatnya merupakan adzab di dunia.

Adapun apabila kalah dan terbunuh ia akan terjerumus kedalam kematian yang hina tidak ada nilainya sedikitpun dihadapan Allah SWT bahkan akan ditimpa azab pedih di akherat nanti.

Allah Subhana Wa Ta'ala  menerangkan hal ini dalam firman-Nya, Surah At Taubah 52:

qul hal tarabbashuuna binaa illaa ihdaa alhusnayayni wanahnu natarabbashu bikum an yushiibakumu allaahu bi'adzaabin min 'indihi aw bi-aydiinaa fatarabbashuu innaa ma'akum mutarabbishuuna

[9:52] Katakanlah: "tidak ada yang kamu tunggu-tunggu bagi kami, kecuali salah satu dari dua kebaikan646. Dan Kami menunggu-nunggu bagi kamu bahwa Allah akan menimpakan kepadamu azab (yang besar) dari sisi-Nya. Sebab itu tunggulah, sesungguhnya kami menunggu-nunggu bersamamu."

Keterangan:

Ayat tersebut diatas menerangkan bahwa orang yang terjun dalam perjuangan menegakkan Dinul Islam apabila ikhlas dan benar pasti akan mendapat salah satu dari dua kebaikan, yakni menang di dunia atau mati syahid. Sedang mereka yang berjuang menegakkan selain Dinul Islam akan ditimpa azab baik langsung dari Allah atau melalui tangan umat Islam (dikalahkan).

3. Metode Mendakwahkan dan Menegakkan Dinul Islam menurut Tuntunan Al Quran dan Sunnah

Mendakwahkan dan menegakkan Dinul Islam wajib diamalkan mengikuti tuntunan Al Quran dan Sunnah tidak boleh mengikuti fikiran semata-mata. Dalam sejarah kehidupan dan perjuangan Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasalam, banyak mengandung contoh tauladan bagaimana cara mendakwahkan dan menegakkan Dinul Islam. Tauladan ini merupakan Sunnah Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam yang harus diamalkan dalam rangka mendakwahkan dan menegakkan Dinul Islam, sebab pada diri Baginda Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam terdapat tauladan yang baik dan sempurna dalam semua aspek pengamalan Dinul Islam yang antara lain tauladan bagaimana cara mengamalkan Dinul Islam dan bagaimana cara mendakwahkan dan menegakkannya.

Allah Subhana Wa Ta'ala  berfirman, Surat Al Ahzaab : 21

laqad kaana lakum fii rasuuli allaahi uswatun hasanatun liman kaana yarjuu allaaha waalyawma al-aakhira wadzakara allaaha katsiiraan

[33:21] Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.


http://www.saveabb.com/index.php/catatan-dari-penjara/134-catatan-dari-penjara-seri-14-ust-abu-bakar-baasyir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar