Minggu, 24 November 2013

16. Catatan dari penjara seri 16 : Dinul Islam wajib diamalkan sacara Berjamaah dengan kekuasaan politik yang sistemnya Khilafah


SUNNAH NABI SHALALLAHU 'ALAIHI WASALLAM  
DALAM MENDAKWAHKAN DAN MENEGAKKAN DINUL ISLAM


b. Langkah Kedua

Berhijrah dan menyusun kekuatan.

Tekanan dan gangguan kaum Musyrikin dalam menghadapi Dakwah Tauhid ini semakin hari semakin menjadi-jadi, bukannya berkurang, namun meskipun demikian Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam sama sekali tidak mengendurkan dan melemahkan dakwahnya, bahkan Baginda Shalalahu 'Alaihi Wasallam tetap bersemangat di dalam berdakwah dan memberantas kesyirikan tanpa bertoleransi sedikitpun. Sehingga pernah ditawarkan kepada Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam kedudukan dan kekayaan asal Beliau bersedia menghentikan Dakwah Tauhid ini, tawaran itu ditolaknya dengan tegas dan Baginda Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bertekad terus melancarkan Dakwah dan menyerang kemusyrikan, maka makin keraslah tekanan terhadap Beliau dan para pengikutnya. Ketika tantangan dan tekanan makin kuat, sedang pengikutnya masih lemah maka Baginda Shalallahu 'Alaihi Wasallam memerintahkan sebagian sahabatnya untuk berhijrah ke negeri Habash sedang Beliau Shalallahu 'Alaihi Wasallam dan beberapa sahabatnya yang masih kuat terus giat melancarkan Dakwah tanpa sedikitpun bertoleransi dengan kemusyrikan.

Ketika tantangan dan tekanan mencapai puncaknya, yakni sampai kepada usaha untuk membunuh Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam, maka Allah Subhana Wa Ta'ala memerintahkan Baginda Shalallahu 'Alaihi Wasallam untuk berhijrah ke Madinah dan Bagindapun melaksanakan perintah itu dengan baik. Disamping itu juga Rasulullah Shalallahu  'Alaihi ahu Wasallam  memerintahkan sahabatnya agar semuanya berhijrah ke Madinah kecuali yang lemah dan tidak ada kemampuan.

Hijrah ke Madinah ini hukumnya wajib, karena ia dapat menyatukan tenaga dan menyusun kekuatan fisik untuk bergabung dalam pasukan Mujahidin dalam rangka menghadapi tekanan kaum Musyrikin apabila sudah ada izin dari Allah nanti.

Mereka yang tidak bersedia berhijrah bukan karena lemah tetapi hanya karena pertimbangan kekayaan dunia, akhirnya benar-benar dipaksa untuk bergabung kedalam pasukan kaum Musyrikin untuk memerangi kaum Muslimin di perang Badar dan diantara mereka ada yang terbunuh dan dinyatakan oleh Allah Subhana Wa Ta'ala sebagai orang yang menganiaya dirinya dan tempatnya kelak di neraka.

Hal ini diterangkan oleh Allah Subhana Wa Ta'ala dalam firman-Nya, Surah An Nisaa’ : 97


inna alladziina tawaffaahumu almalaa-ikatu zhaalimii anfusihim qaaluu fiima kuntum qaaluu kunnaa mustadh'afiina fii al-ardhi qaaluu alam takun ardhu allaahi waasi'atan fatuhaajiruu fiihaa faulaa-ika ma/waahum jahannamu wasaa-at mashiiraan

[4:97] Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri342, (kepada mereka) malaikat bertanya : "Dalam keadaan bagaimana kamu ini ?". Mereka menjawab : "Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)". Para malaikat berkata : "Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu ?". Orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali,

Setelah Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam sampai di Madinah, langkah-langkah yang dilakukan ialah:

-Mendirikan masjid sebagai tempat ibadah dan markas pentakbiran/pengurusan iqomatudin(perjuangan menegakkan Islam).-Memperkuat Ukhuwah Islamiyah antara kaum Muhajirin dan Anshor.

-Mendirikan Daulah Islamiyah meskipun rakyatnya terdiri dari berbagai kaum dan kepercayaan (pluralitas). Baginda Shalallahu 'Alaihi Wasallam memegang pimpinan negara tertinggi sedang Syariat Islam sebagai hukum positifnya. 
-Menyusun kekuatan senjata sesuai dengan perintah Allah Shubhana Wa Ta'ala dalam firmanNya, Surah Al Anfaal 60:
wa-a'idduu lahum maa istatha'tum min quwwatin wamin ribaathi alkhayli turhibuuna bihi 'aduwwa allaahi wa'aduwwakum waaakhariina min duunihim laa ta'lamuunahumu allaahu ya'lamuhum wamaa tunfiquu min syay-in fii sabiili allaahi yuwaffa ilaykum wa-antum laa tuzhlamuuna

[8:60] Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).

Dalam pelaksanaan Iqomatun Dien ini, kaum Muhajirin dan kaum Ansor adalah merupakan kader inti yang banyak berkorban. Kaum Muhajirin telah berkorban dengan berhijrah meninggalkan kampung halaman dan harta mereka, sedang kaum Ansor penduduk asli Madinah telah berkorban pula menyediakan tempat tinggal dan memberi pertolongan kepada saudara mereka kaum Muhajirin. Mereka inilah soko gurunya kaum Muslimin yang amat berjasa menegakkan Dinul Islam dengan melaksanakan Dakwah dan Jihad di jalan Allah dengan penuh semangat dan keihlasan dan penuh pengorbanan. Oleh karena itu Allah menyatakan bahwa mereka benar-benar Mukmin sejati dan sebagai penolong Dinullah.

Allah Subhana  Wa Ta'ala berfirman, Surah Al Anfaal  74:


waalladziina aamanuu wahaajaruu wajaahaduu fii sabiili allaahi waalladziina aawaw wanasharuu ulaa-ika humu almu/minuuna haqqan lahum maghfiratun warizqun kariimun

[8:74] Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezki (ni'mat) yang mulia.

Dan fiman-Nya lagi, Surah Al Hasyru : 8 dan 9


lilfuqaraa-i almuhaajiriina alladziina ukhrijuu min diyaarihim wa-amwaalihim yabtaghuuna fadhlan mina allaahi waridhwaanan wayanshuruuna allaaha warasuulahu ulaa-ika humu alshshaadiquuna

[59:8] (Juga) bagi orang fakir yang berhijrah1467 yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya dan mereka menolong Allah dan RasulNya. Mereka itulah orang-orang yang benar.
waalladziina tabawwauu alddaara waal-iimaana min qablihim yuhibbuuna man haajara ilayhim walaa yajiduuna fii shuduurihim haajatan mimmaa uutuu wayu/tsiruuna 'alaa anfusihim walaw kaana bihim khasasatun waman yuuqa syuhha nafsihi faulaa-ika humu almuflihuuna

[59:9] Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung

Oleh karena itu Allah Subhana Wa Ta'ala meridhoi kaum Muhajirin dan kaum Ansor dan orang-orang berIman setelah mereka yang mengikuti jejak langkah mereka.

Allah Subhana Wa Ta'ala menerangkan hal ini dalam firman-Nya, Surah At Taubah : 100


waalssaabiquuna al-awwaluuna mina almuhaajiriina waal-anshaari waalladziina ittaba'uuhum bi-ihsaanin radhiya allaahu 'anhum waradhuu 'anhu wa-a'adda lahum jannaatin tajrii tahtahaaal-anhaaru khaalidiina fiihaa abadan dzaalika alfawzu al'azhiimu

[9:100] Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama masuk Islam diantara orang-orang muhajirin dan ansor dan orang-orang yang mengikut mereka dengan baik, Allah ridho kepada mereka dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar” (At Taubah : 100)

c. Langkah Ketiga

Berdakwah dan berjihad di jalan Allah

Setelah kekuatan senjata tersusun maka Allah Subhana Wa Ta'ala membolehkan berjihad untuk membela diri karena di dholimi.;

Allah Subhana Wa Ta'ala berfirman, Surah Al Hajj: 39, 40


udzina lilladziina yuqaataluuna bi-annahum zhulimuu wa-inna allaaha 'alaa nashrihim laqadiirun

[22:39] Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu, 

alladziina ukhrijuu min diyaarihim bighayri haqqin illaa an yaquuluu rabbunaaallaahu walawlaa daf'u allaahi alnnaasa ba'dhahum biba'dhin lahuddimat shawaami'u wabiya'un washalawaatun wamasaajidu yudzkaru fiihaa ismu allaahi katsiiran walayanshuranna allaahu man yanshuruhu inna allaaha laqawiyyun 'aziizun

[22:40] (yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata: "Rabb kami hanyalah Allah". Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa,


Selanjutnya setelah kaum Muslimin makin kokoh kedudukannya, Allah Subhana Wa Ta'ala mengizinkan memerangi orang Kafir secara mutlak sampai mereka menyerah tidak berani lagi menghalangi Dakwah Islamiyah dan membayar jisiyah atau masuk Islam.

Hal ini diterangkan oleh Allah SWT dalam firman-Nya, Surah At Taubah : 29


qaatiluu alladziina laa yu/minuuna biallaahi walaa bialyawmi al-aakhiri walaa yuharrimuuna maaharrama allaahu warasuuluhu walaa yadiinuuna diina alhaqqi mina alladziina uutuu alkitaaba hattaa yu'thuu aljizyata 'an yadin wahum shaaghiruuna

[9:29] Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan RasulNya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah638 dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk.


Firman-Nya lagi Surah  Al Anfaal : 39


waqaatiluuhum hattaa laa takuuna fitnatun wayakuuna alddiinu kulluhu lillaahi fa-ini intahaw fa-inna allaaha bimaa ya'maluuna bashiirun

[8:39] Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah611 dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah612. Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.

Selama Baginda Shalallahu 'Alaihi Wasallam di Madinah selama sepuluh tahun Baginda Shalallahu 'Alaihi Wasallam mengobarkan semangat Jihad dan mengamalkan Jihad lebih kurang 80 kali dan yang Baginda Shalallahu 'Alaihi Wasallam  pimpin sendiri lebih kurang 27 kali.

Hal ini sesuai dengan perintah Allah Subhana Wa Ta'ala dalam firman-Nya, Surah Al Anfaal  65:


yaa ayyuhaaalnnabiyyu harridhi almu/miniina 'alaaalqitaali in yakun minkum 'isyruuna shaabiruuna yaghlibuu mi-atayni wa-in yakun minkum mi-atun yaghlibuu alfan mina alladziina kafaruu bi-annahum qawmun laa yafqahuuna

[8:65] Hai Nabi, kobarkanlah semangat para mu'min untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu dari pada orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti.623

Dan firman-Nya lagi, Surah An Nisaa’ : 84


faqaatil fii sabiili allaahi laa tukallafu illaa nafsaka waharridhi almu/miniina 'asaaallaahu an yakuffa ba/sa alladziina kafaruu waallaahu asyaddu ba/san wa-asyaddu tankiilaan

[4:84] Maka berperanglah kamu pada jalan Allah, tidaklah kamu dibebani melainkan dengan kewajiban kamu sendiri324. Kobarkanlah semangat para mu'min (untuk berperang). Mudah-mudahan Allah menolak serangan orang-orang yang kafir itu. Allah amat besar kekuatan dan amat keras siksaan(Nya).

Sejak itu perkembangan Dinul Islam mengalami kemajuan yang amat pesat, bahkan akhirnya markas pusat kaum Musyrikin yakni kota Mekah dapat ditaklukkan dan berhala-berhala sesembahan kaum Musyrikin berhasil ditumbangkan dan dibersihkan dari Ka’bah dan dari seluruh kota, maka tegaklah bendera Tauhid dan hancurlah Kemusyrikan. Kebenaran berdiri tegak kebathilan hancur musnah.

Allah Subhana Wa Ta'ala  berfirman, Surah Al Israa’ : 81


waqul jaa-a alhaqqu wazahaqa albaathilu inna albaathila kaana zahuuqaan

[17:81] Dan katakanlah: "Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap". Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.

Dan firman Nya lagi, Surah Al Anbiyaa’ : 18


bal naqdzifu bialhaqqi 'alaa albaathili fayadmaghuhu fa-idzaa huwa zaahiqun walakumu alwaylu mimmaa tashifuuna

[21:18] Sebenarya Kami melontarkan yang hak kepada yang batil lalu yang hak itu menghancurkannya, maka dengan serta merta yang batil itu lenyap. Dan kecelakaanlah bagimu disebabkan kamu mensifati (Allah dengan sifat-sifat yang tidak layak bagi-Nya).

Maka kenyatan ini menunjukkan bahwa benar-benar Allah Subhana Wa Ta'ala telah menjadikan kalimat orang kafir rendah dan kalimat Allah Subhana Wa Ta'ala tinggi tiada yang berani mengatasi, Allahu Akbar.

Allah Subhana Wa  berfirman, Surah At Taubah : 40

illaa tanshuruuhu faqad nasharahu allaahu idz akhrajahu alladziina kafaruu tsaaniya itsnayni idz humaa fii alghaari idz yaquulu lishaahibihi laa tahzan inna allaaha ma'anaa fa-anzala allaahu sakiinatahu 'alayhi wa-ayyadahu bijunuudin lam tarawhaa waja'ala kalimata alladziina kafaruu alssuflaa wakalimatu allaahi hiya al'ulyaa waallaahu 'aziizun hakiimun

[9:40] Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita." Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quraan menjadikan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana643.


Ketika Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam wafat, hampir seluruh jazirah Arab takluk dibawah kekuasaan Islam yang dipimpin oleh Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam. Selanjutnya Sunnah Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam  dalam mengembangkan dan menegakkan Dinul Islam ini diikuti oleh para sahabatnya yang meneruskan Risalah Nabi, yakni Dakwah dan Jihad, sehingga Islam berjaya menjadi penguasa dunia yang besar dan tersebar luaslah keadilan, kemakmuran dan ketenteraman selama berabad-abad lamanya, maka terbuktilah bahwa diutusnya Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wasallam adalah merupakan rahmat bagi alam semesta.

Allah Subhana Wa Ta'ala berfirman, Surah  Al Ambiyaa’ : 107
wamaa arsalnaaka illaa rahmatan lil'aalamiina
[21:107] Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.

Maka dari sirah Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam yang telah diterangkan secara ringkas itu tadi, kita dapat mengambil pelajaran penting bagaimana cara untuk memperjuangkan Dinul Islam yang garis besarnya adalah sebagai berikut:

i. Bahwa dalam medakwahkan dan menegakkan Dinul Islam Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam tidak bertindak mengikuti kemauannya sendiri tetapi selalu menunggu bimbingan wahyu dari Allah Subhana Wa Ta'ala dan wahyu tersebut benar-benar ditaati dengan sempurna.
ii. Bimbingan wahyu itu ialah:
· Perintah berdakwah baik secara rahasia maupun secara terang-terangan.
· Perintah terus berdakwah menegakkan Tauhid memberantas kemusryikan dan tidak boleh toleransi dengan kemusyrikan meskipun dalam posisi yang sempit dan sulit.
· Perintah bersabar dalam menghadapi tantangan dan tekanan kaum Musyrikin dan tidak boleh melawan mereka dengan fisik.
· Perintah berhijrah ke Madinah ketika tekanan sudah mencapai taraf memuncak yakni usaha pembunuhan sedang pendukung di Mahjar (tempat berhijrah ) sudah cukup.
· Perintah berI’dat (membuat persiapan) untuk menyusun kekuatan senjata.
· Perintah berjihad untuk menghadapi tekanan kaum Musyrikin apabila kekuatan senjata sudah dianggap cukup dan selanjutnya perintah mengobarkan Jihad untuk melawan orang-orang Kafir sampai mereka masuk Islam atau tunduk menyerah sehingga tidak berani mengganggu Dakwah dan membayar jisyah.

Inilah petunjuk dan bimbingan Allah Subhana Wa Ta'ala kepada Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam di dalam usaha berjuang menyebarluaskan dan menegakkan Islam, amalan nabi ini adalah menjadi Sunnahnya yang harus diikuti oleh umat Islam yang ingin berjuang menyebarluaskan dan menegakkan Islam.(Saveabb.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar