Kamis, 21 November 2013

2. Catatan Dari Penjara - Seri 2 : Islam Wajib Diamalkan Secara Bersih (Bab Aqidah Bersih Dari Kemusyrikan)

 (Ustadz Abu Bakar Ba’asyir -fakkallohu asroh-)
سم الله الرحمن الرحيم


Pada  edisi catatan dari penjara seri 2 ini redaksi menghadirkan kembali  tulisan dari ustad Abu Bakar Ba’asyir, perihal Dinul Islam wajib diamalkan secara bersih bab Aqidah bersih dari kemusyrikan. Disebabkan cukup panjangnya uraian beliau mengenai hal ini maka pada seri 2 ini, redaksi membatasi uraian sampai materi kemusyrikan karena mempertuhankan binatang / benda-benda.
Selamat menyimak

Pengamalan Dinul Islam tidak boleh dicampur dengan ajaran dan Syariat Dien (agama, ideologi, undang-undang) lainnya, karena sesungguhnya hanya Dinul Islam saja yang diakui oleh Allah Subhana Wa Ta'ala sebagai satu-satunya Dien yang paling benar dan satu-satunya Dien yang di Ridhoi disisi Nya, sedang Dien-Dien lainnya semuanya Bathil. Dan semua Dien diluar Dinul Islam ditolak mutlak oleh Allah Subhana Wa Ta'ala.

 


Allah Sbhana Wa berfirman:
inna alddiina 'inda allaahi al-islaamu wamaa ikhtalafa alladziina uutuu alkitaaba illaa min ba'di maa jaa-ahumu al'ilmu baghyan baynahum waman yakfur bi-aayaati allaahi fa-inna allaaha sarii'u alhisaabi

[3:19] Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab189 kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.

Dan firman-Nya lagi:

waman yabtaghi ghayra al-islaami diinan falan yuqbala minhu wahuwa fii al-aakhirati mina alkhaasiriina

[3:85] Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.

Maka Allah Subhana Wa Ta'ala memerintahkan semua hamba Nya agar hanya mengikuti jalan Nya (Dien Nya) saja dan melarang mengikuti jalan-jalan (Dien-Dien) lainnya. Allah Subhana Wa Ta'ala menerangkan hal tersebut dalam firman Nya:



wa-anna haadzaa shiraathii mustaqiiman faittabi'uuhu walaa tattabi'uu alssubula fatafarraqa bikum 'an sabiilihi dzaalikum washshaakum bihi la'allakum tattaquuna


[6:153] dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain)521, karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.

Dan firman Nya lagi:

ittabi'uu maa unzila ilaykum min rabbikum walaa tattabi'uu min duunihi awliyaa-a qaliilan maa tadzakkaruuna

[7:3] Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Rabb-mu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya528. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya).

Keterangan:

Dua ayat tersebut diatas jelas dan tegas menerangkan bahwa kaum Muslimin wajib mengamalkan Syariat Islam secara bersih dari campuran ajaran / ideologi / tatanan hidup yang bertentangan dengan Islam.

Penjelasannya adalah sebagai berikut:

AQIDAHNYA WAJIB BERSIH DARI BERBAGAI BENTUK KEMUSYRIKAN:

Aqidah Islamiyyah atau Tauhid adalah merupakan inti dan ruhnya Dinul Islam, yang menentukan diterima dan tidaknya amal seseorang. Peranan aqidah / tauhid dalam Dinul Islam dapat diumpamakan seperti peranan Ruh di dalam badan. Semua anggota badan dapat hidup dan bergerak serta bernilai tinggi sehingga tidak dapat dinilai dengan uang. Itu semua disebabkan adanya Ruh. Kalau Ruh tersebut tiada lagi maka matilah semua badan dan anggotanya tidak lagi mampu bergerak dan nilainyapun jatuh tiada berharga lagi.

Demikian pula semua pengamalan Syariat Islam akan hidup dan bernilai tinggi di sisi Allah Subhana Wa Ta'ala dan akan dapat mewujudkan manfaat di dunia dan akhirat apabila didasari Aqidah / Tauhid yang bersih dari berbagai bentuk kemusyrikan. Tetapi apabila amalan itu semua ditaburi kemusyrikan sehingga rusaklah Aqidah dan tauhid, maka amalan itu semua tidak ada harganya lagi di sisi Allah baik di dunia maupun di akhirat, karena amalan itu sudah mati tidak ada ruhnya lagi dan Allah tidak akan menerima amal yang mati semacam ini.

Maka amal orang Kafir, betapapun baiknya, tidak ada nilainya di sisi Allah Subhana Wa Ta'ala sebab ia merupakan amal mati yang tidak ada Ruhnya yakni, karena tidak didasari Aqidah dan Tauhid. Amal semacam ini oleh Allah diumpamakan sebagai debu yang berterbangan, yakni tidak ada nilainya dan hilang tanpa membawa manfaat baginya.

Sebagaimana yang dinyatakan dalam firman-Nya:



waqadimnaa ilaa maa 'amiluu min 'amalin faja'alnaahu habaa-an mantsuuraan

[25:23] Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan1063, lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan.


Dalam ayat yang lain, Allah Subhana Wa Ta'ala menerangkan bahwa orang Kafir kelak di akhirat tidak menjumpai hasil amal baiknya di dunia sedikitpun.

Hal ini diumpamakan sebagai orang yang kehausan di bawah teriknya panas matahari mengejar fatamorgana yang dikira air. Tetapi sampai di tempat yang tadinya ia melihat ada air, ternyata kosong tiada setetes airpun.

Allah Subhna Wa Ta'ala berfirman lagi:


waalladziina kafaruu a'maaluhum kasaraabin biqii'atin yahsabuhu alzhzham-aanu maa-an hattaa idzaa jaa-ahu lam yajidhu syay-an wawajada allaaha 'indahu fawaffaahu hisaabahu waallaahu sarii'u alhisaabi

[24:39] Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. Dan didapatinya (ketetapan) Allah disisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya1043.

Bahkan meskipun yang beramal baik itu seorang Muslim tetapi apabila amal itu tidak didasari dan didorong oleh aqidah / tauhid yang bersih, sehingga amal tersebut tercampur dengan bid’ah dan kemusyrikan, maka amal itu tidak akan diterima dan sia-sia di sisi Allah Subhana Wa Ta'ala karena diwarnai kemusyrikan dan bid’ah.

Allah Subhana Wa Ta'ala berfirman:



walaqad uuhiya ilayka wa-ilaa alladziina min qablika la-in asyrakta layahbathanna 'amaluka walatakuunanna mina alkhaasiriina

[39:65] Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Ilah), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.

Maka syarat utama mengamalkan Dinul Islam adalah aqidahnya harus benar-benar dijaga agar bersih dari berbagai bentuk kemusyrikan.

Adapun bentuk-bentuk kemusyrikan yang wajib dibersihkan dari pengamalan Dinul Islam meliputi:

A.
Kemusyrikan karena memper-Ilah-kan binatang / benda-benda.

Kemusyrikan karena memper-Ilah-kan binatang / benda-benda, maksudnya meyakini bahwa ada sementara binatang / benda-benda yang dapat mendatangkan manfaat dan menolak mudharot, memberi berkah sehingga dikeramatkan dan dijadikan tempat bergantung untuk mencari berkah, mencapai suatu cita-cita dan mencari keselamatan dari bahaya.

Binatang-binatang / benda-benda yang biasa diper-Ilahkan itu antara lain; kerbau, sapi, keris, besi kuning, batu akik, kuburan-kuburan para Wali, bintang, jimat, pohon beringin dan lain-lain. Aqidah yang bersih dari kemusyrikan dalam hal ini ialah aqidah yang menanamkan keyakinan bahwa yang dapat mendatangkan manfaat dan menolak mudharot memberi berkah mencapai cita-cita, menyelamatkan dari bencana dan mengatur tata cara hidup hanya Allah Subhana Wa Ta'ala saja, oleh karenanya hanya Allah Subhana Wa Ta'ala sajalah tempat bergantung dan meminta pertolongan untuk mencapai keselamatan dunia dan akhirat.

Hal ini diterangkan Allah Subhana Wa Ta'ala dalam firman-Nya:


wa-in yamsaska allaahu bidhurrin falaa kaasyifa lahu illaa huwa wa-in yuridka bikhayrin falaa raadda lifadhlihi yushiibu bihi man yasyaau min 'ibaadihi wahuwa alghafuuru alrrahiimu


[10:107] Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurniaNya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. 

Firman Nya lagi:

wa-in yamsaska allaahu bidhurrin falaa kaasyifa lahu illaa huwa wa-in yamsaska bikhayrin fahuwa 'alaa kulli syay-in qadiirun

[6:17] Dan jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu.

Dan firman Nya lagi:


maa yaftahi allaahu lilnnaasi min rahmatin falaa mumsika lahaa wamaa yumsik falaa mursila lahu min ba'dihi wahuwa al'aziizu alhakiimu


[35:2] Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak seorangpun yang sanggup melepaskannya sesudah itu. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Maka bila aqidah dan ke-Imanan sudah benar-benar bersih dari kemusyrikan, pasti hidup hanya bergantung kepada Allah saja, karena hanya Allah lah tempat bergantungnya seluruh mahluk.

Allah Subhana Wa Ta'ala berfirman:


اللَّهُ الصَّمَدُ  O قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ

“Katakanlah; Dia lah Allah Yang Maha Esa. Allah adalah Ilah yang bergantung kepada Nya segala urusan”

(Al Ikhlas : 1 dan 2 )
InsyaAllah dilanjutkan ........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar