- HUKUM DEMOKRASI
Yang menjadi patokan hukum Demokrasi adalah adanya kedaulatan di
tangan rakyat. Sedangkan yang dimaksud dengan kedaulatan adalah
kekuasaan tertinggi yang tidak mengenal kekuasaan yang lebih tinggi dari
padanya sehingga kekuasaannya itu berasal dari rakyat tanpa ada batasan
apapun.
Maka rakyat berhak berbuat apa saja dan membuat undang-undang
semaunya tanpa ada seorangpun yang berhak untuk mengkritisinya. Dan hal
semacam ini sesungguhnya merupakan sifat Allah sebagaimana firman Allah
Subhanahu Wa Ta’ala:: QS: Ar Ra’d : 41
![]() |
awa lam yaraw annaa na/tii al-ardha nanqushuhaa min athraafihaa waallaahu yahkumu laa mu'aqqiba lihukmihi wahuwa sarii'u alhisaabi
|
[13:41]
Dan apakah mereka tidak melihat bahwa sesungguhnya Kami mendatangi
daerah-daerah (orang-orang kafir), lalu Kami kurangi daerah-daerah itu
(sedikit demi sedikit) dari tepi-tepinya? Dan Allah menetapkan hukum
(menurut kehendak-Nya), tidak ada yang dapat menolak ketetapan-Nya; dan
Dia-lah Yang Maha cepat hisab-Nya.
|
Dan firman-Nya lagi: (QS Al Maa-idah : 1)
![]() |
yaa ayyuhaa alladziina aamanuu awfuu bial'uquudi uhillat lakum bahiimatu al-an'aami illaa maa yutlaa 'alaykum ghayra muhillii alshshaydi wa-antum hurumun inna allaaha yahkumu maa yuriidu
|
[5:1]
Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu388.
Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan
kepadamu. (Yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika
kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum
menurut yang dikehendaki-Nya.
|
Dan firman-Nya lagi :(QS Al Hajj : 14)
![]() |
inna allaaha yudkhilu alladziina aamanuu wa'amiluu alshshaalihaati jannaatin tajrii min tahtihaa al-anhaaru inna allaaha yaf'alu maa yuriidu
|
[22:14]
Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal yang saleh ke dalam surga-surga yang di bawahnya mengalir
sungai-sungai. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.
|
Kami ringkaskan dari penjelasan di atas bahwa Demokrasi itu
melepaskan peribadahan (ketundukan) dari manusia, lalu memberikan hak
mutlak kepadanya untuk membuat undang-undang. Dengan demikian maka
Demokrasi menjadikan manusia sebagai Rabb (Tuhan) selain Allah, dan
menjadikannya (manusia) sekutu bagi Allah dalam membuat undang-undang.
Dan perbuatan ini adalah Kuffur Akbar yang tidak ada keragu-raguan lagi
padanya. Dengan ungkapan yang lebih detail lagi adalah bahwa Rabb
(Tuhan) baru dalam Demokrasi adalah kemauan manusia, ia membuat
undang-undang sesuai dengan pemikiran dan kemauannya tanpa ada pembatas
apapun.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :(QS Al Furqaan : 43-44).
![]() |
|||
ara-ayta mani ittakhadza ilaahahu hawaahu afa-anta takuunu 'alayhi wakiilaan
|
|||
[25:43]
Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsu(keinginanan)nya
sebagai Ilah-nya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?,
|
Maka hal ini berarti menjadikan Demokrasi sebagai agama yang berdiri
sendiri yang mana pemegang kedaulatan padanya adalah rakyat, maka jelas
ini bertentangan dengan Dinul Islam yang menegaskan bahwa pemegang
kedaulatan adalah Allah Subhanahu Wa Ta’ala, sebagaimana sabda
Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wasallam :
“PENGUASA ITU ALLAH TABAAROKA WATA’ALA”. (HR Abu Dawud dengan sanad shahih)
Ketika menerangkan penuhanan manusia di dalam Demokrasi Syaikh DR. Abul A’la Al-Maududiberkata :
“Dasar-dasar kebudayaan Barat sesungguhnya kebudayaan modern yang
menjadi landasan peraturan hidup pada masa sekarang ini, dengan
berbagai macam cabang-cabangnya baik akidah, akhlak, perekonomian,
politik dan intelektual, berfokus pada tiga pokok yaitu, Prinsip-prinsip
pokok berikut :
1. Sekulerisme
2. Nasionalisme, dan
3. Demokrasi
(Sampai beliau berkata) “…..Adapun prinsip ketiga adalah
Demokrasi atau peng-Ilahan/penuhanan terhadap manusia. Dengan menggabungkan dua
prinsip sebelumnya maka sempurnalah gambar bencana dan
kelelahan-kelelahan dunia ini. Telah kukatakan tadi bahwa pengertian
Demokrasi dalam kebudayaa modern adalah berkuasanya rakyat, artinya
setiap penduduk negara merdeka pada segala hal yang berkaitan dengan
merealisasikan kemaslahatan sosial mereka, dan perundang-undangan negara
tersebut haruslah mengikuti keinginan mereka. (Sampai beliau
mengatakan): Jika kita perhatikan prinsip tersebut sekarang kita
dapatkan bahwa Sekulerisme telah melepaskan manusia dari peribadahan,
ketaatan dan ketakutan kepada Allah serta melepaskan dari ikatan-ikatan
akhlak yang telah ditetapkan dan melepaskan tali belenggunya serta
menjadikan mereka hamba diri mereka sendiri tanpa pertanggung jawab
dihadapan siapapun.
Kemudian datang Nasionalisme, untuk menuangkan kepada mereka
khomer individualis, kesombongan, kecongkakan dan meremehkan orang lain.
Kemudian, terakhir datanglah Demokrasi yang menundukkan manusia ini –
setelah membebaskan dirinya dari belenggu yang mengikatnya lalu menjadi
tawanan bagi hawa nafsunya dan tenggelam dalam individualisme- diatas
singgasana Ketuhanan.
Maka tunduklah segala kekuasaan perundang-undangan dan sarana
pemerintahan kepadanya untuk mencapai segala sesuatu yang ia inginkan.
(Kemudian Al-Maududi mengatakan) Dan saya katakan kepada Umat Islam
dengan terus terang sesungguhnya Demokrasi, Nasionalisme, dan Sekuler
bertentangan dengan agama dan akidah yang kalian yakini dan jika kalian
tunduk kepadanya maka benar-benar kalian telah meninggalkan Kitabullah
dibelakang kalian dan jika kalian ikut serta dalam menegakkannya atau
dalam melanggengkannya (yakni Demokrasi, Nasionalis dan Sekuler) maka
berarti kalian telah mengkhianati Rasul kalian yang telah Allah utus
kepada kalian. (Sampai beliau mengatakan) Maka selama sistem ini masih
ada maka kami menganggap bahwa Islam itu tidak ada dan jika Islam itu
ada maka tidak ada tempat bagi sistem ini. (Dari Buku: Al Islam Wal Madaniyatul Haditsah Tulisan Al-Maududi Yang Diterjemahkan Oleh Khalil Al-Hamidi).
Termasuk perbuatan mempertuhankan manusia ialah mengangkat Nabi (Rasul) menjadi anak Allah (Maha Suci Allah dari perbuatan ini).
Kemusyrikan ini diamalkan oleh orang Yahudi yang mengangkat Uzair
sebagai anak Allah dan orang Nasrani yang mengangkat Nabi Isa AS menjadi
anak Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Hal ini diterangkan oleh Allah dalam firman Nya :(QS At Taubah : 30).
![]() |
waqaalati alyahuudu 'uzayrun ibnu allaahi waqaalati alnnashaaraa almasiihu ibnu allaahi dzaalika qawluhum bi-afwaahihim yudaahi-uuna qawla alladziina kafaruu min qablu qaatalahumu allaahu annaa yu/fakuuna
|
[9:30]
Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putera Allah" dan orang-orang
Nasrani berkata: "Al Masih itu putera Allah". Demikianlah itu ucapan
mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir
yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka , bagaimana mereka sampai
berpaling?
|
Dan firman Nya lagi :(QS Al Maa’idah : 17)
![]() |
laqad kafara alladziina qaaluu inna allaaha huwa almasiihu ibnu maryama qul faman yamliku mina allaahi syay-an in araada an yuhlika almasiiha ibna maryama waummahu waman fii al-ardhi jamii'an walillaahi mulku alssamaawaati waal-ardhi wamaa baynahumaa yakhluqu maa yasyaau waallaahu 'alaa kulli syay-in qadiirun
|
[5:17]
Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya
Allah itu ialah Al Masih putera Maryam". Katakanlah: "Maka siapakah
(gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah, jika Dia hendak
membinasakan Al Masih putera Maryam itu beserta ibunya dan seluruh
orang-orang yang berada di bumi kesemuanya?". Kepunyaan Allahlah
kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya; Dia
menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu.
|
Dan firman-Nya lagi :
“Sesungguhnya telah Kafirlah, orang-orang yang berkata;
‘Sesungguhnya Allah ialah Almasih putera Maryam’, padahal Almasih
sendiri berkata; ‘hai bani israil beribadahlah kepada Allah Tuhanku dan
Tuhan Mu’. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan sesuatu dengan Allah,
maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga dan tempatnya ialah
neraka, tidaklah ada bagi orang-orang dzalim itu seorang penolongpun”. (QS Al Maaidah : 72).
![]() |
laqad kafara alladziina qaaluu inna allaaha huwa almasiihu ibnu maryama waqaala almasiihu yaa banii israa-iila u'buduu allaaha rabbii warabbakum innahu man yusyrik biallaahi faqad harrama allaahu 'alayhi aljannata wama/waahu alnnaaru wamaa lilzhzhaalimiina min anshaarin
|
[5:72]
Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya
Allah ialah Al Masih putera Maryam", padahal Al Masih (sendiri) berkata:
"Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu". Sesungguhnya
orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah
mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada
bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.
|
Firman-Nya lagi :(QS Al Maaidah : 73).
![]() |
laqad kafara alladziina qaaluu inna allaaha tsaalitsu tsalaatsatin wamaa min ilaahin illaa ilaahun waahidun wa-in lam yantahuu 'ammaa yaquuluuna layamassanna alladziina kafaruu minhum 'adzaabun aliimun
|
[5:73]
Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah
salah seorang dari yang tiga", padahal sekali-kali tidak ada Tuhan
selain dari Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang
mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan
ditimpa siksaan yang pedih.
|
Keterangan :
Dari ayat-ayat tersebut diatas jelas bahwa mengangkat seorang Nabi
sebagai anak Allah atau kederajat keIlahian/ketuhanan adalah merupakan praktek
mempertuhankan Manusia dan hukumnya Syirik besar.
Dan, praktek kemusyrikan ini juga diingkari oleh Nabi Isa Alaihis
Salaam sebagaimana diterangkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam
firman-Nya :(QS Al Maaidah : 116)
Dan firman-Nya lagi :(QS Al Maaidah : 117)
![]() |
wa-idz qaala allaahu yaa 'iisaa ibna maryama a-anta qulta lilnnaasi ittakhidzuunii waummiya ilaahayni min duuni allaahi qaala subhaanaka maa yakuunu lii an aquula maa laysa lii bihaqqin in kuntu qultuhu faqad 'alimtahu ta'lamu maa fii nafsii walaa a'lamu maa fii nafsika innaka anta 'allaamu alghuyuubi
|
[5:116]
Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: "Hai 'Isa putera Maryam, adakah
kamu mengatakan kepada manusia: "Jadikanlah aku dan ibuku dua orang
tuhan selain Allah ?". 'Isa menjawab: "Maha Suci Engkau, tidaklah patut
bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah
mengatakan maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan
aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau
Maha Mengetahui perkara yang ghaib-ghaib".
|
![]() |
maa qultu lahum illaa maa amartanii bihi ani u'buduu allaaha rabbii warabbakum wakuntu 'alayhim syahiidan maa dumtu fiihim falammaa tawaffaytanii kunta anta alrraqiiba 'alayhim wa-anta 'alaa kulli syay-in syahiidun
|
[5:117]
Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau
perintahkan kepadaku (mengatakan)nya yaitu: "Sembahlah Allah, Tuhanku
dan Tuhanmu", dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku
berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkau-lah
yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala
sesuatu.
|
Demikanlah praktek-praktek yang memper-Ilahkan/mempertuhankan sesama manusia yang
harus diwaspadai agar supaya aqidah dan tauhid Islam kita benar-benar
bersih sehingga semua amal kita diterima oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala .
Amalan mempertuhankan manusia semacam ini dilarang keras oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Yang tersebut dalam firman-Nya :(QS Ali Imraan : 64)
Bersambung












Tidak ada komentar:
Posting Komentar