بسم الله الرحمن الرحيم
DINUL ISLAM HARUS DIAMALKAN SECARA KAFFAH(1)
Disamping Dinul Islam harus diamalkan secara bersih dan murni seperti yang sudah diterangkan dalam keterangan-keterangan sebelumnya, maka ia juga harus diamalkan secara Kaaffah / Syumul keseluruhan. Yang dimaksud secara Kaaffah adalah pengamalan Syariatnya wajib diusahakan untuk diamalkan secara sempurna tidak boleh ada satu Syariatpun yang sengaja ditinggalkan kecuali karena benar-benar tidak ada kemampuan. Allah Subhana Wa Ta'ala memerintahkan orang-orang berIman agar memasuki Dinul Islam secara Kaaffah, maksudnya agar berusaha mengamalkan semua Syariat dan hukum-hukumnya secara sempurna tidak satu Syariatpun, meskipun kecil, yang sengaja ditinggalkan / dibekukan.
Hal ini dijelaskan oleh Allah Subhana Wa Ta'ala dalam firman-Nya, Al Baqaraah 208:
![]() |
yaa ayyuhaa alladziina aamanuu udkhuluu fii alssilmi kaaffatan walaa tattabi'uu khuthuwaati alsysyaythaani innahu lakum 'aduwwun mubiinun
|
[2:208] Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. |
Dalam ayat tersebut di atas Allah Subhana Wa Ta'ala menerangkan kepada orang-orang yang beriman agar mengamalkan semua Syariat dan hukum-hukum Islam, dan jangan sampai ada yang sengaja ditinggalkan meskipun hanya satu Syariat karena semata-mata pertimbangan untung rugi keduniaan.
Hukum dan Syariat Islam pasti sesuai untuk diamalkan pada setiap tempat dan zaman, ia sanggup menjawab tuntutan perkembangan zaman, dan sanggup memenuhi tuntutan fitrah murni manusia dan sanggup memenuhi keperluan kehidupan manusia khususnya di dunia ini, dan sanggup mengatasi dan menyelesaikan serta memberi jalan keluar setiap musqilah (problem) yang dihadapi manusia dalam kehidupannya di dunia, baik musqilah pribadi, keluarga, masyarakat, maupun problem kenegaraan. Syariat Islamlah sebenarnya yang selalu didambakan dan dicari-cari oleh fitrah murni manusia untuk mengatasi musqilah kehidupannya dimana saja dan kapan saja. Tetapi karena godaan Syeitan / Iblis manusia banyak yang diselewengkan dari tuntutan fitrah murninya menuju tuntutan hawa nafsunya.
Hal ini diterangkan oleh Allah Subhana Wa Ta'ala dalam Al Quran dalam firman-Nya, Al-'Araaf 16-17;
![]() |
||||||
qaala fabimaa aghwaytanii la-aq'udanna lahum shiraathaka almustaqiima
|
||||||
[7:16]
Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya
benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang
lurus
|
Dan firman-Nya lagi, Surah Shaad 82-83:
![]() |
qaala fabi'izzatika laughwiyannahum ajma'iina
|
[38:82]
Iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya,
|
![]() |
illaa 'ibaadaka minhumu almukhlashiina
|
[38:83]
kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka1305
|
Keterangan:
Yang dimaksud “hamba-hamba yang mukhlas” dalam surat Shaad ayat 83 diatas ialah orang-orang yang telah diberi taufik untuk mentaati segala petunjuk dan perintah Allah Subhana Wa Ta'ala. Ayat-ayat tersebut diatas jelas menerangkan bahwa mayoritas umat manusia menyeleweng dari tuntutan hati nuraninya yang murni yakni mencari sistem hidup dengan Syariat Islam, kepada tuntutan hawa nafsunya karena tergoda oleh Iblis / Syeitan.
Disamping itu Syariat Islam adalah mengandung kebenaran murni dan tidak tercampur dengan kebathilan sedikitpun. Hal ini diterangkan Allah Subhana Wa Ta'ala dalam firman-Nya, Fushshilat : 41 dan 42:
Dan, kebenaran Syariat Islam tetap terjaga hingga akhir zaman tidak
seorangpun yang sanggup mengubahnya, karena Allah Subhana Wa Ta'ala
menjaga kemurnianya sampai akhir zaman. Hal ini diterangkan oleh Allah
Subhana Wa Ta'ala dalam firman-Nya:
Disamping Allah Subhana Wa Ta'ala memerintahkan semua orang beriman agar mengamalkan semua Syariat Islam seperti yang diterangkan dalam surat Al Baqaraah ayat 208, Dia juga melarang mengikuti langkah-langkah Syeitan.
![]() |
||||
inna alladziina kafaruu bialdzdzikri lammaa jaa-ahum wa-innahu lakitaabun 'aziizun
|
||||
[41:41]
Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari Al Quraan ketika Al Quraan
itu datang kepada mereka, (mereka itu pasti akan celaka), dan
sesungguhnya Al Quraan itu adalah kitab yang mulia.
|
![]() |
innaa nahnu nazzalnaaaldzdzikra wa-innaa lahu lahaafizhuuna
|
[15:9]
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an, dan sesungguhnya
Kami benar-benar memeliharanya(793).
|
Disamping Allah Subhana Wa Ta'ala memerintahkan semua orang beriman agar mengamalkan semua Syariat Islam seperti yang diterangkan dalam surat Al Baqaraah ayat 208, Dia juga melarang mengikuti langkah-langkah Syeitan.
Diantara langkah-langkah Syeitan untuk menyesatkan
hamba Allah Subhana Wa Ta'ala ialah menghalangi kaum Muslimin
mengamalkan Syariat Islam secara Kaaffah dan mendorong mereka
meninggalkan pengamalan Syariat Islam secara keseluruhan atau
mengamalkan Syariat Islam secara sebagian-sebagian / sepotong-sepotong
saja, dengan dibayangi untung rugi dunia, sebagaimana yang diterapkan
oleh negara-negara umat Islam di Asia tenggara termasuk di Indonesia.
Dengan demikian orang Islam dan negara-negara umat Islam termasuk Indonesia sejak merdeka sampai hari ini yang sengaja hanya mau mengamalkan sebagian Syariat Islam dan sengaja meninggalkan sebagian lainnya sebenarnya mereka mentaati langkah-langkah Syeitan dan mendurhakai perintah Allah Subhana Wa Ta'ala.. Sebagaimana yang tersebut dalam
surat Al Baqarah ayat 208 diatas karena orientasi hidupnya hanya
mementingkan dunia dan melupakan akherat.
Ancaman Yang Dikenakan kepada orang Islam/Negara-Negara Umat Islam Yang Sengaja Mengamalkan Syariat Secara Sepotong-Sepotong.
Mengamalkan Syariat Islam secara Kaaffah adalah merupakan perintah Allah Subhana Wa Ta'ala dan Sunnah Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam. Sebaliknya sengaja mengamalkan Syariat Islam secara sepotong-sepotong seperti yang pengamalannya dipaksakan oleh penguasa kaum Sekuler yang menguasai negara-negara umat Islam termasuk Indonesia, padahal ada kemampuan untuk mengamalkan secara Kaaffah, adalah dorongan Syaitan dan merupakan perbuatan durhaka terhadap perintah Allah Subhana Wa Ta'ala.
Mengamalkan Syariat Islam secara Kaaffah adalah merupakan perintah Allah Subhana Wa Ta'ala dan Sunnah Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam. Sebaliknya sengaja mengamalkan Syariat Islam secara sepotong-sepotong seperti yang pengamalannya dipaksakan oleh penguasa kaum Sekuler yang menguasai negara-negara umat Islam termasuk Indonesia, padahal ada kemampuan untuk mengamalkan secara Kaaffah, adalah dorongan Syaitan dan merupakan perbuatan durhaka terhadap perintah Allah Subhana Wa Ta'ala.
Maka Allah Subhana Wa Ta'ala mengingatkan dengan peringatan yang keras
kepada mereka yang sengaja mengamalkan Syariat Islam sepotong-sepotong.
Mereka oleh Allah Subhana Wa Ta'ala dikatakan kaum yang mengimani sebagian Alkitab dan mengkafiri sebagian lainnya, amalan semacam ini diancam dengan balasan hidup hina dan nista di dunia dan azab pedih di akherat, karena pada hakekatnya yang bersangkutan telah murtad. Hal ini diterangkan oleh Allah Subhana Wa Ta'ala dalam firman-Nya: Al Baqarah 85;
![]() |
tsumma antum haaulaa-i taqtuluuna anfusakum watukhrijuuna fariiqan minkum min diyaarihim tazhaaharuuna 'alayhim bial-itsmi waal'udwaani wa-in ya/tuukum usaaraa tufaaduuhum wahuwa muharramun 'alaykum ikhraajuhum afatu/minuuna biba'dhi alkitaabi watakfuruuna biba'dhin famaa jazaau man yaf'alu dzaalika minkum illaa khizyun fii alhayaati alddunyaa wayawma alqiyaamati yuradduuna ilaa asyaddi al'adzaabi wamaa allaahu bighaafilin 'ammaa ta'maluuna
|
[2:85] Kemudian kamu (Bani Israil) membunuh dirimu (saudaramu sebangsa) dan mengusir segolongan daripada kamu dari kampung halamannya, kamu bantu membantu terhadap mereka dengan membuat dosa dan permusuhan; tetapi jika mereka datang kepadamu sebagai tawanan, kamu tebus mereka, padahal mengusir mereka itu (juga) terlarang bagimu. Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat68. |
Keterangan:
Sebenarnya ayat tersebut diatas menerangkan tabiat orang Yahudi yang suka melanggar Syariat Allah Subhana Wa Ta'ala karena kepentingan duniawi. Sebagaimana keterangan Allah Subhana Wa Ta'ala dalam surat Al Baqarah ayat 84:
![]() |
wa-idz akhadznaa miitsaaqakum laa tasfikuuna dimaa-akum walaa tukhrijuuna anfusakum min diyaarikum tsumma aqrartum wa-antum tasyhaduuna
|
[2:84]
Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu (yaitu): kamu
tidak akan menumpahkan darahmu (membunuh orang), dan kamu tidak akan
mengusir dirimu (saudaramu sebangsa) dari kampung halamanmu, kemudian
kamu berikrar (akan memenuhinya) sedang kamu mempersaksikannya.
|
Dalam ayat tersebut diatas, Allah Subhana Wa Ta'ala menerangkan bahwa Bani Israil telah berikrar sanggup memegang teguh janji mereka kepada Allah Subhana Wa Ta'ala yang isinya; bahwa mereka tidak akan saling bunuh-membunuh dan mengusir bangsa sendiri dari kampung halaman. Janji ini adalah merupakan Syariat Allah yang termaktub dalam kitab Taurat yang mereka akui kebenarannya dan berikrar menepatinya.
Tetapi
dalam kenyataannya, mereka selalu melanggar sebagian janji-janji itu
karena perhitungan kepentingan duniawi. Hal ini terjadi ketika mereka
tinggal di Madinah, dimana tinggal kaum Yahudi Bani Quraidah dan Bani
Nadzir yang bertetangga dengan bangsa Arab dari Khabilah Aus dan
Khadzrat. Di dalam kehidupan sehari-hari antara kedua Khabilah Arab itu
selalu terjadi peperangan. Kaum Yahudi mengadakan persekutuan dengan
para Khabilah itu. Bani Nadzir bersekutu dengan Khabilah Khadzrat dan
Bani Quraidah bersekutu dengan Khabilah Aus, apabila terjadi peperangan
antara kedua Khabilah Arab itu, masing-masing puak Yahudi membela
sekutunya dari Khabilah Arab itu. Ini berarti juga terjadi peperangan
atau saling bunuh membunuh antara puak Yahudi itu sendiri.
Perbuatan ini jelas melanggar janji yang telah mereka ikrarkan kepada Allah Subhana Wa Ta'ala dalam kitab Taurat, dan ini berarti melanggar / meninggalkan sebagian Syariat Allah Subhana Wa Ta'ala.
Perbuatan ini jelas melanggar janji yang telah mereka ikrarkan kepada Allah Subhana Wa Ta'ala dalam kitab Taurat, dan ini berarti melanggar / meninggalkan sebagian Syariat Allah Subhana Wa Ta'ala.
Apabila
peperangan selesai, masing-masing puak Yahudi menebus bangsanya yang
tertawan, perbuatan tersebut berarti menepati Syariat Allah. Praktek
semacam inilah yang Allah Subhana Wa Ta'ala nilai sebagai perbuatan
mengimani sebagian Alkitab dan mengkafiri sebagian yang lain.
Meskipun ayat tersebut diatas menceritakan keadaan Bani Israil yang suka melanggar Syariat karena kepentingan duniawi, tetapi maksud diturunkannya di dalam Al Quran adalah untuk memberi pelajaran kepada umat Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wasallam (umat Islam) dan memberi peringatan kepada mereka supaya jangan meniru tingkah laku orang Yahudi dalam mengamalkan Syariat Allah Subhana Wa Ta'ala. Dalam ayat tersebut, Allah Subhana Wa Ta'ala memberi ancaman kepada orang-orang Yahudi yang mengamalkan Syariat Allah secara sepotong-sepotong ini, bahwa mereka akan ditimpa kehinaan hidup di dunia dan di akherat mereka akan di adzab dengan siksa yang pedih.
Demikian pula umat Islam apabila dengan sengaja ingin mengambil dan mengamalkan hukum / Syariat Islam secara sepotong-sepotong saja, yakni sebagian diamalkan dan sebagain lainnya sengaja ditinggalkan, padahal ada kemampuan untuk mengamalkannya, maka ancaman Allah Subhana Wa Ta'ala yang tersebut diatas juga akan menimpa mereka (umat Islam). Yakni mereka akan ditimpa kehinaan hidup di dunia yang wujudnya perpecahan, ketakutan, kekacauan, kemsikinan, ditindas musuh, keguncangan dan lain-lain lagi. Ancaman Allah ini suah mulai kita rasakan terutama di Indonesia. Sedang di akherat nanti, diancam dengan azab yang pedih, na’udzu billah minzalik.
Mengapa Allah Subhana Wa Ta'ala mengancam begitu keras, padahal kenyataannya mereka masih mau mengamalkan Syariat Nya meskipun hanya sebagian saja?
Jelas hal ini berati karena mereka enggan ta’at kepada Allah Subhana secara mutlak karena kecintaannya kepada kehidupan dunia dan melupakan kehidupan akherat sehingga ketaatannya dibagi antara taat kepada Allah Subhna dan taat kepada langkah-langkah Syeitan, jelas perbuatan ini merupakan kemurtadan. Allah Subhna Wa Ta'ala menerangkan bahwa sebab ketaatan kepada Allah yang setengah-setengah ini adalah karena pengaruh bisikan Syaitan sehingga orientasi hidupnya kepada dunia dan meninggalkan akherat. Hal ini diterangkan dalam firman-Nya, Al Baqarah : 86:
Dalam ayat tersebut diatas Allah Subhana Wa Ta'ala menerangkan bahwa mereka yang hanya bersedia mengamalkan Syariat Allah secara sepotong-sepotong tujuannya adalah semata-mata untuk kepentingan dunianya dengan melupakan akheratnya. Hal ini oleh Allah Subhana Wa Ta'ala disifati sebagai: membeli kehidupan dunia dengan akherat. Jadi amal mereka jelas tidak ikhlas semata-mata mencari ridho Allah Subhana Wa Ta'ala, semata-mata mentaati Allah tetapi karena mentaati seruan Syaitan karena mencari keuntungan dunia (kepentingan politik, kedudukan, harta dan lain-lain kepentingan dunia). Akherat sebagai kampung halaman mereka yang sebenarnya, mereka jual untuk membeli dunia yang pasti akan mereka tinggalkan sehingga murtad, maka pantaslah dihinakan hidup mereka dunia dan disiksa di akherat.
Adapun orang beriman yang benar-benar Imannya murni pasti lebih mementingkan akherat dari pada dunia, mereka jual dunianya untuk membeli akherat dengan berusaha melaksanakan perintah Allah secara sempurna, tidak segan-segan mereka korbankan dunia bahkan kalau perlu nyawa demi menempuh kesuksesan akherat.
Hal ini dikarenakan orang beriman benar-benar memahami bahwa akherat itulah kampung halaman yang tidak akan mereka tinggalkan dan mereka tinggal di dalamnya untuk selama-lamanya, sedang dunia hanya sebagai kampung usaha dan bekerja untuk mencapai kesuksesan akherat dan pasti kehidupan dunia akan mereka tinggalkan. Mereka beriman dan membenarkan firman Allah Subhana Wa Ta'ala sebagai yang termakhtub di dalam ayat berikut, Al Mu’min 39:
Maka orang beriman yang benar-benar
murni Imannya pasti berusaha keras dan berjuang untuk dapat mengamalkan
Syariat Islam secara Khaffah, mentaati perintah Allah dan Rasul Nya
secara keseluruhan dan berusaha keras menjauhi langkah-langkah Syaitan
seperti yang tersebut dalam ayat Al Quran yang telah dijelaskan tadi.
Meskipun usaha dan perjuangan untuk mengamalkan hal ini harus meminta
pengorbanan kepentingan dunianya, bahkan meskipun harus meminta
pengorbanan nyawa. Demikianlah seharusnya sifat (karakterisitk) orang
berIman yang murni Imannya. Maka bila dipanggil untuk melaksanakaan
hukum Allah tiada lagi jawabannya kecuali menjawab: “Kami dengar dan
kami taati”, tidak membantah sedikitpun. Hal ini diterangkan oleh Allah
SWT dalam firman-Nya, An Nuur : 51:
Dan tidak pula mengajukan tawaran
mencari pilihan lain, dia puas dan percaya penuh menerima dengan lapang
dada semua ketentuan Allah Subhana Wa Ta'ala dan Rasul-Nya. Allah
Subhana Wa Ta'ala berfirman menerangkan persoalan ini:, Al Ahzaab 36:
Dalam keterangan yang lalu telah diterangkan bahwa yang mendorong orang yang mengaku beriman tetapi hanya bersedia mengamalkan Syariat Allah Shalallahu 'Alaihi Wasallam secara sepotong-sepotong saja adalah karena mengikuti langkah-langkah Syeitan sehingga mementingkan kehidupan duniawi dan melupakan kehidupan akherat, pandangan hidup semacam ini sebenarnya bukan pandangan hidup orang beriman tetapi ia merupakan pandangan hidup orang Kafir. Hal ini diterangkan oleh Allah Subhana Wa Ta'ala dalam firman-Nya, Ibraahiim : 2 - 3 :
Keterangan:
Ayat-ayat diatas menerangkan bahwa watak dan pandangan hidup orang Kafir adalah lebih mementingkan kehidupan duniawi dari pada kehidupan akherat kelak. Bagi orang Kafir, dunia adalah Surga maka hidup di dunia harus dipuaskan untuk makan dan bersenang-senang memenuhi kehendak hawa nafsu dengan cara berlomba-lomba membina kehidupan mewah dan berbuat maksiat untuk mencari kenikmatan demi memuaskan hawa nafsu. Hal ini diterangkan Allah Subhana Wa Ta'ala dalam fiman-Nya, Muhammad 12 :
Dan firman-Nya lagi, Al Waaqi’ah 45-46:
Oleh karena itu amalan-amalannya selalu berusaha menghalangi tegaknya Dinullah Islam, yakni menghalangi orang yang ingin memahami Dinul Islam secara benar dan menghalangi orang yang berjuang menegakkan Dinul Islam dan orang yang ingin melaksanakan Syariat Islam terutama secara Khaffah. Disamping itu orang Kafir juga berusaha agar Dinul Islam yang lurus itu menjadi bengkok yakni ayat-ayat Allah Subhana Wa Ta'ala ditafsirkan menurut kemauan hawa nafsu dan pandangan politik serta kepentingan mereka dan berusaha keras menolak sekeras-kerasnya bimbingan Sunnah para Rasul Allah Subhana Wa Ta'ala, karena semua ini akan menghalangi mereka menikmati kemewahan hidup, menikmati perbuatan maksiat dan menikmati kemauan hawa nafsu.
Meskipun ayat tersebut diatas menceritakan keadaan Bani Israil yang suka melanggar Syariat karena kepentingan duniawi, tetapi maksud diturunkannya di dalam Al Quran adalah untuk memberi pelajaran kepada umat Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wasallam (umat Islam) dan memberi peringatan kepada mereka supaya jangan meniru tingkah laku orang Yahudi dalam mengamalkan Syariat Allah Subhana Wa Ta'ala. Dalam ayat tersebut, Allah Subhana Wa Ta'ala memberi ancaman kepada orang-orang Yahudi yang mengamalkan Syariat Allah secara sepotong-sepotong ini, bahwa mereka akan ditimpa kehinaan hidup di dunia dan di akherat mereka akan di adzab dengan siksa yang pedih.
Demikian pula umat Islam apabila dengan sengaja ingin mengambil dan mengamalkan hukum / Syariat Islam secara sepotong-sepotong saja, yakni sebagian diamalkan dan sebagain lainnya sengaja ditinggalkan, padahal ada kemampuan untuk mengamalkannya, maka ancaman Allah Subhana Wa Ta'ala yang tersebut diatas juga akan menimpa mereka (umat Islam). Yakni mereka akan ditimpa kehinaan hidup di dunia yang wujudnya perpecahan, ketakutan, kekacauan, kemsikinan, ditindas musuh, keguncangan dan lain-lain lagi. Ancaman Allah ini suah mulai kita rasakan terutama di Indonesia. Sedang di akherat nanti, diancam dengan azab yang pedih, na’udzu billah minzalik.
Mengapa Allah Subhana Wa Ta'ala mengancam begitu keras, padahal kenyataannya mereka masih mau mengamalkan Syariat Nya meskipun hanya sebagian saja?
Jelas hal ini berati karena mereka enggan ta’at kepada Allah Subhana secara mutlak karena kecintaannya kepada kehidupan dunia dan melupakan kehidupan akherat sehingga ketaatannya dibagi antara taat kepada Allah Subhna dan taat kepada langkah-langkah Syeitan, jelas perbuatan ini merupakan kemurtadan. Allah Subhna Wa Ta'ala menerangkan bahwa sebab ketaatan kepada Allah yang setengah-setengah ini adalah karena pengaruh bisikan Syaitan sehingga orientasi hidupnya kepada dunia dan meninggalkan akherat. Hal ini diterangkan dalam firman-Nya, Al Baqarah : 86:
![]() |
ulaa-ika alladziina isytarawuu alhayaata alddunyaa bial-aakhirati falaa yukhaffafu 'anhumu al'adzaabu walaa hum yunsharuuna
|
[2:86]
Itulah orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan)
akhirat, maka tidak akan diringankan siksa mereka dan mereka tidak akan
ditolong.
|
Dalam ayat tersebut diatas Allah Subhana Wa Ta'ala menerangkan bahwa mereka yang hanya bersedia mengamalkan Syariat Allah secara sepotong-sepotong tujuannya adalah semata-mata untuk kepentingan dunianya dengan melupakan akheratnya. Hal ini oleh Allah Subhana Wa Ta'ala disifati sebagai: membeli kehidupan dunia dengan akherat. Jadi amal mereka jelas tidak ikhlas semata-mata mencari ridho Allah Subhana Wa Ta'ala, semata-mata mentaati Allah tetapi karena mentaati seruan Syaitan karena mencari keuntungan dunia (kepentingan politik, kedudukan, harta dan lain-lain kepentingan dunia). Akherat sebagai kampung halaman mereka yang sebenarnya, mereka jual untuk membeli dunia yang pasti akan mereka tinggalkan sehingga murtad, maka pantaslah dihinakan hidup mereka dunia dan disiksa di akherat.
Adapun orang beriman yang benar-benar Imannya murni pasti lebih mementingkan akherat dari pada dunia, mereka jual dunianya untuk membeli akherat dengan berusaha melaksanakan perintah Allah secara sempurna, tidak segan-segan mereka korbankan dunia bahkan kalau perlu nyawa demi menempuh kesuksesan akherat.
Hal ini dikarenakan orang beriman benar-benar memahami bahwa akherat itulah kampung halaman yang tidak akan mereka tinggalkan dan mereka tinggal di dalamnya untuk selama-lamanya, sedang dunia hanya sebagai kampung usaha dan bekerja untuk mencapai kesuksesan akherat dan pasti kehidupan dunia akan mereka tinggalkan. Mereka beriman dan membenarkan firman Allah Subhana Wa Ta'ala sebagai yang termakhtub di dalam ayat berikut, Al Mu’min 39:
![]() |
yaa qawmi innamaa haadzihi alhayaatu alddunyaa mataa'un wa-inna al-aakhirata hiya daaru alqaraari
|
[40:39]
Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan
(sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.
|
![]() |
innamaa kaana qawla almu/miniina idzaa du'uu ilaa allaahi warasuulihi liyahkuma baynahum an yaquuluu sami'naa wa-atha'naa waulaa-ika humu almuflihuuna
|
[24:51]
Sesungguhnya jawaban oran-orang mu'min, bila mereka dipanggil kepada
Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka1046 ialah ucapan. "Kami mendengar, dan kami patuh". Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.
|
![]() |
wamaa kaana limu/minin walaa mu/minatin idzaa qadaa allaahu warasuuluhu amran an yakuuna lahumu alkhiyaratu min amrihim waman ya'shi allaaha warasuulahu faqad dhalla dhalaalan mubiinaan
|
[33:36]
Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi
perempuan yang mu'min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan
suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan
mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah
dia telah sesat, sesat yang nyata.
|
Dalam keterangan yang lalu telah diterangkan bahwa yang mendorong orang yang mengaku beriman tetapi hanya bersedia mengamalkan Syariat Allah Shalallahu 'Alaihi Wasallam secara sepotong-sepotong saja adalah karena mengikuti langkah-langkah Syeitan sehingga mementingkan kehidupan duniawi dan melupakan kehidupan akherat, pandangan hidup semacam ini sebenarnya bukan pandangan hidup orang beriman tetapi ia merupakan pandangan hidup orang Kafir. Hal ini diterangkan oleh Allah Subhana Wa Ta'ala dalam firman-Nya, Ibraahiim : 2 - 3 :
![]() |
|||
allaahi alladzii lahu maa fii alssamaawaati wamaa fii al-ardhi wawaylun lilkaafiriina min 'adzaabin syadiidin
|
|||
[14:2]
Allah-lah yang memiliki segala apa yang di langit dan di bumi. Dan
kecelakaanlah bagi orang-orang kafir karena siksaan yang sangat pedih,
|
Keterangan:
Ayat-ayat diatas menerangkan bahwa watak dan pandangan hidup orang Kafir adalah lebih mementingkan kehidupan duniawi dari pada kehidupan akherat kelak. Bagi orang Kafir, dunia adalah Surga maka hidup di dunia harus dipuaskan untuk makan dan bersenang-senang memenuhi kehendak hawa nafsu dengan cara berlomba-lomba membina kehidupan mewah dan berbuat maksiat untuk mencari kenikmatan demi memuaskan hawa nafsu. Hal ini diterangkan Allah Subhana Wa Ta'ala dalam fiman-Nya, Muhammad 12 :
![]() |
inna allaaha yudkhilu alladziina aamanuu wa'amiluu alshshaalihaati jannaatin tajrii min tahtihaa al-anhaaru waalladziina kafaruu yatamatta'uuna waya/kuluuna kamaa ta/kulu al-an'aamu waalnnaaru matswan lahum
|
[47:12]
Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang mu'min dan beramal saleh ke
dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Dan orang-orang
kafir bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya
binatang. Dan jahannam adalah tempat tinggal mereka.
|
Dan firman-Nya lagi, Al Waaqi’ah 45-46:
![]() |
|||
innahum kaanuu qabla dzaalika mutrafiina
|
|||
[56:45] Sesungguhnya mereka sebelum itu hidup bermewahan.
|
Oleh karena itu amalan-amalannya selalu berusaha menghalangi tegaknya Dinullah Islam, yakni menghalangi orang yang ingin memahami Dinul Islam secara benar dan menghalangi orang yang berjuang menegakkan Dinul Islam dan orang yang ingin melaksanakan Syariat Islam terutama secara Khaffah. Disamping itu orang Kafir juga berusaha agar Dinul Islam yang lurus itu menjadi bengkok yakni ayat-ayat Allah Subhana Wa Ta'ala ditafsirkan menurut kemauan hawa nafsu dan pandangan politik serta kepentingan mereka dan berusaha keras menolak sekeras-kerasnya bimbingan Sunnah para Rasul Allah Subhana Wa Ta'ala, karena semua ini akan menghalangi mereka menikmati kemewahan hidup, menikmati perbuatan maksiat dan menikmati kemauan hawa nafsu.





















Tidak ada komentar:
Posting Komentar