Minggu, 24 November 2013

15. Catatan dari penjara seri 15: Dinul Islam wajib diamalkan sacara Berjamaah dengan kekuasaan politik yang sistemnya Khilafah

(Ustadz Abu Bakar Ba’asyir -fakkallohu asroh-)

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

SUNNAH NABI SHALALLAHU 'ALAIHI WASALLAM  
DALAM MENDAKWAHKAN DAN MENEGAKKAN DINUL ISLAM

Kalau kita teliti kembali sejarah perjuangan Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wasallam  sejak mulai diangkat jadi nabi sampai wafat Beliau, maka akan kita temui bahwa Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam dalam usahanya untuk mendakwahkan dan menegakkan Dinul Islam selalu terpimpin oleh wahyu Allah Subhana Wa Ta'ala dengan melalui langkah-langkah seperti yang tersebut dibawah ini:

a. Langkah Pertama

Berdakwah dan bertabligh dengan bersenjatakan kesabaran dan keteguhan. Setelah turunnya perintah Allah Subhana Wa Ta'ala dalam firman-Nya, Surah Al Muddatstsir 1,2

يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ

Hai orang yang berkemul (berselimut),
قُمْ فَأَنْذِرْ
bangunlah, lalu berilah peringatan! 

Maka bangkitlah Baginda Shalallahu 'Alaihi Wasallam memulai menjalankan tugasnya dengan berdakwah dan bertabligh secara rahasia. Adapun tabiat dakwah dan tabligh beliau adalah:

i. Materi dakwahnya menegakkan tauhid dan memberantas kemusryikan.

Dalam rangka menunaikan dakwah ini Rasululah Shalallahu 'Alaihi Wasallam sama sekali tidak mau bertoleransi dengan kemusyrikan, meskipun nampaknya bertoleransi menguntungkan bahwa meskipun situasinya sangat terjepit, karena Allah Subhana Wa Ta'ala mengarahkan Baginda Shalallahu 'Alaihi Wasallam untuk berbuat tegas tanpa kompromi sedikitpun.

Dalam hal ini Allah Subhana Wa Ta'ala berfirman, Surah  Al Israa’ : 73,74,75


wa-in kaaduu layaftinuunaka 'ani alladzii awhaynaa ilayka litaftariya 'alaynaa ghayrahu wa-idzan laittakhadzuuka khaliilaan

[17:73] Dan sesungguhnya mereka hampir memalingkan kamu dari apa yang telah Kami wahyukan kepadamu, agar kamu membuat yang lain secara bohong terhadap Kami; dan kalau sudah begitu tentu 
walawlaa an tsabbatnaaka laqad kidta tarkanu ilayhim syay-an qaliilaan

[17:74] Dan kalau Kami tidak memperkuat (hati)mu, niscaya kamu hampir-hampir condong sedikit kepada mereka, 


idzan la-adzaqnaaka dhi'fa alhayaati wadhi'fa almamaati tsumma laa tajidu laka 'alaynaa nashiiraan

[17:75] kalau terjadi demikian, benar-benarlah Kami akan rasakan kepadamu (siksaan) berlipat ganda di dunia ini dan begitu (pula siksaan) berlipat ganda sesudah mati, dan kamu tidak akan mendapat seorang penolongpun terhadap Kami.

Keterangan:

Ayat tersebut diatas menerangkan dengan jelas bahwasanya Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wasallam ketika condong untuk menerima ajakan orang musyrik untuk bertoleransi dengan kemusyrikan diingatkan keras oleh Allah Subhana Wa Ta'ala sehingga beliau tetap berada di garis Tauhid.

Bahkan kalau sampai Baginda Shalallahu 'Alaihi Wasallam condong menerima ajakan toleransi orang musryik meskipun hanya sedikit diancam kesengsaraan berlipat ganda hidup dan setelah mati. Dalam ayat yang lain Allah Subhana Wa Ta'ala menerangkan bahwa strategi orang musryik dalam menghadapi Dakwah Tauhid ialah berusaha melunakkan dakwah tauhid tersebut sehingga bersedia bertoleransi dan kerjasama dengan kemusyrikan, kalau sudah demikian mereka akan bersikap lunak juga dan bersedia berkawan akrab.

Hal ini diterangkan Allah Subhana Wa Ta'ala dalam firman-Nya, Surat Al Qalam : 8 dan 9


falaa tuthi'i almukadzdzibiina

[68:8] Maka janganlah kamu ikuti orang-orang yang mendustakan (ayat-ayat Allah).
wadduu law tudhinu fayudhinuuna

[68:9] Maka mereka menginginkan supaya kamu bersikap lunak lalu mereka bersikap lunak (pula kepadamu).


Keterangan:

Ayat tersebut diatas menerangkan bahwa Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam dilarang mentaati ajakan orang-orang pendusta (Kafir dan Musyrik) dan mereka menghendaki agar Beliau Shalallahu 'Alaihi Wasallam melunak sedikit, dan merekapun akan melunak. Sikap melunak di dalam menentang kemusyrikan inilah yang dilarang oleh Allah Subhana Wa Ta'alaaka Allah Subhana Wa Ta'ala memerintahkan agar Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasalla tetap teguh berpegang kepada Tauhid dan berlepas diri dari kemusyrikan.

Allah Subhana Wa Ta'ala berfirman, Surah Al Kaafiruun : 1 – 6


 قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ
Katakanlah: "Hai orang-orang kafir, 


لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ
Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. 

وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ
Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. 

وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ
Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, 


وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ
dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. 


لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ
Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku". 


Firman-Nya lagi, Surah Yuunus :41


wa-in kadzdzabuuka faqul lii 'amalii walakum 'amalukum antum barii-uuna mimmaa a'malu wa-anaa barii-un mimmaa ta'maluuna

[10:41] Jika mereka mendustakan kamu, maka katakanlah: "Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan".

Keterangan:

Inilah ayat-ayat yang menerangkan bahwa di dalam mendakwahkan Tauhid tidak boleh ada kompromi sedikitpun dengan kemusyrikan.

ii. Dalam berdakwah dan bertabligh Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam banyak berdzikir dan mengagungkan Allah Subhana Wa Ta'ala semata-mata dan semua dakwahnya semata-mata ditujukan untuk mencari ridho Allah Subhana Wa Ta,ala, dan beliau selalu membersihkan hati dan akhlaq menjauhi kejahatan dan selalu bersikap dermawan.


Sikap ini membuahkan keberanian dalam menerangkan Aqidah (tauhid), tidak takut ancaman manusia karena yang dibesarkan hanya Allah Subhana Wa Ta'ala, selain Allah Subhana Wa Ta'ala semua kecil dan selalu bergantung kepada Allah karena selain Allah tidak ada yang dapat memberi manfaat atau menolak mudharot.


Allah Subhana Wa Ta'ala berfirman, Surah Muddatstsir(74) : 3 – 7


رَبَّكَ فَكَبِّرْ
(3)dan Tuhanmu agungkanlah!

وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ
(4)dan pakaianmu bersihkanlah,


وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ
(5)dan perbuatan dosa tinggalkanlah,
 

وَلَا تَمْنُنْ تَسْتَكْثِرُ
(6)dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak.


وَلِرَبِّكَ فَاصْبِرْ
(7)Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.


iii. Di dalam berdakwah menyampaikan Tauhid, Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam selalu bersabar menghadapi segala rintangan dan kesulitan yang menimpanya. Karena Allah Subhana Wa Ta'ala memang memerintahkan untuk selalu bersabar.


Allah Subhana Wa Ta'ala berfiman, Surah Al Muzzammil : 10, 11
waishbir 'alaa maa yaquuluuna wauhjurhum hajran jamiilaan

[73:10] Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik.
wadzarnii waalmukadzdzibiina ulii alnna'mati wamahhilhum qaliilaan

[73:11] Dan biarkanlah Aku (saja) bertindak terhadap orang-orang yang mendustakan itu, orang-orang yang mempunyai kemewahan dan beri tangguhlah mereka barang sebentar.


Yang dimaksud sabar ialah mesti memenuhi tiga sikap yaitu:


Ø Tidak lemah dan menjadi pengecut karena musibah yang menimpanya di jalan Allah bahkan dia tetap mempunyai keberanian melawan kemusyrikan dengan pertolongan Allah Subhana Wa Ta'ala.


Ø Tidak lesu kehilangan semangat karena musibah itu, sebaliknya ia tetap bersemangat tinggi meskipun posisinya terjepit, karena harapannya hanya kepada pertolongan Allah Subhana Wa Ta'ala.


Ø Pantang menyerah kepada musuh. Kalau berjihad tidak akan menyerah dengan menyerahkan senjata, pilihannya hanya dua, menang atau terbunuh di jalan Allah. Kalau berdakwah tidak akan melepaskan kebenaran meskipun dalam posisi terjepit, bahkan kebenaran tetap disampaikan apa adanya tidak dirubah-rubah maknanya karena mengharapkan belas kasih musuh. Dia berdoa kepada Allah Subhana Wa Ta'ala mohon diampuni segala tindakannya yang berlebih-lebihan mohon ditetapkan pendiriannya jangan berubah-rubah karena takut kepada manusia atau mengharap dunia dan mohon pertolongan dalam melawan orang-orang kafir.

Karakteristik Da’i / Mujahid semacan ini diterangkan oleh Allah Subhana Wa Ta'ala dalam firman-Nya, Surah Ali Imraan : 146 - 147 :
waka-ayyin min nabiyyin qaatala ma'ahu ribbiyyuuna katsiirun famaa wahanuu limaa ashaabahum fii sabiili allaahi wamaa dha'ufuu wamaa istakaanuu waallaahu yuhibbu alshshaabiriina

[3:146] Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar. 


wamaa kaana qawlahum illaa an qaaluu rabbanaa ighfir lanaa dzunuubanaa wa-israafanaa fii amrinaa watsabbit aqdaamanaa waunshurnaa 'alaa alqawmi alkaafiriina

[3:147] Tidak ada do'a mereka selain ucapan: "Ya Rabb kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami235 dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir". 


Agar ada kemampuan untuk bersabar dan memikul beban dakwah Tauhid ini, maka Nabi Shalallahu 'Alaih Wasallam  diperintahkan untuk mendirikan shalat Tahajjud. Perintah tersebut tercantum dalam firman Allah Subhana Wa Ta'ala di bawah ini,  Surah Al Muzzammil(73) ayat  1 - 8:
  يَا أَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ
Hai orang yang berselimut (Muhammad), (1)

قُمِ اللَّيْلَ إِلَّا قَلِيلًا
bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (2)

نِصْفَهُ أَوِ انْقُصْ مِنْهُ قَلِيلًا
(yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit.(3) 

أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا
atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan.(4)

 سَنُلْقِي عَلَيْكَ قَوْلًا ثَقِيلًا
Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu perkataan yang berat. (5)
 
إِنَّ نَاشِئَةَ اللَّيْلِ هِيَ أَشَدُّ وَطْئًا وَأَقْوَمُ قِيلًا
Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyu´) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan. (6)

إِنَّ لَكَ فِي النَّهَارِ سَبْحًا طَوِيلًا
Sesungguhnya kamu pada siang hari mempunyai urusan yang panjang (banyak). (7)
وَاذْكُرِ اسْمَ رَبِّكَ وَتَبَتَّلْ إِلَيْهِ تَبْتِيلًا
Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadatlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan. (8)


Setelah berdakwah secara rahasia beberapa tahun, maka Allah Subhana Wa Ta'ala selanjutnya memerintahkan agar Baginda Shalallahu 'Alaihi Wasallam berdakwah secara terang-terangan dan tetap tidak boleh bertoleransi dengan kemusyrikan.

Allah Subhana Wa Ta'ala  berfirman, Surat Al Hijr : 94
faishda' bimaa tu/maru wa-a'ridh 'ani almusyrikiina

[15:94] Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik. 

Di dalam berdakwah terutama dakwah secara terang-terangan ini, pertama kali yang diperintahkan oleh Allah Subhana Wa Ta'ala adalah agar Beliau mendakwahi sanak-kerabatnya terlebih dahulu.
Allah Subhana Wa Ta'ala berfirman, Surah  Asy Syu’araa’ : 214:


wa-andzir 'asyiirataka al-aqrabiina

[26:214] Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat,


Maka untuk melaksanakan perintah tersebut, Baginda Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam mengumpulkan kerabatnya yang terdekat menyampaikan ke Rasulan diri Baginda dan memberi peringatan kepada mereka agar mereka berIman kepada Allah Subhana Wa Ta'ala, karena Baginda tidak dapat menolong mereka dari azab Allah Subhana Wa Ta'ala jika mereka tetap durhaka kepada Allah Subhana Wa Ta'ala.

Dalam Dakwahnya kepada sanak keluarganya Baginda Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: “Wahai kaum Quraisy belilah / tebuslah dirimu dari Allah dengan beriman dan beramal saleh serta meninggalkan kemusyrikan, sesungguhnya saya tidak dapat menolong kamu sekalian dari siksa Allah sedikitpun. Wahai Bani Abdul Mutthalib! Sesungguhnya saya tidak bisa menolong kamu sekalian dari azab Allah sedikitpun. Wahai Bani Abbas! Saya tidak dapat menolong anda sedikitpun dari azab Allah Subhana Wa Ta'ala. Wahai Sofiah! Bibi Rasulullah! Saya tidak dapat menolong anda sedikitpun dari azab Allah Subhana Wa Ta'ala. Wahai Fatimah binti Muhammad! Mintalah apa yang kamu mau dari hartaku, aku tidak dapat menolongmu sedikitpun dari sisi Allah”.

(HR Riwayat Muslim).


Ketika Dakwah ini mulai dilancarkan secara terang-terangan tantanganpun mulai bermunculan, terutama justru tantangan itu datang dari paman Beliau sendiri yaitu Abu Lahab. Namun demikian Dakwah terus dilancarkan tanpa mengindahkan tantangan dan bantahan orang-orang Musyrik baik dari kaumnya sendiri atau dari sanak saudaranya.

Setiap musim Haji, Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam selalu menggunakan kesempatan ini untuk berdakwah menyeru Kabilah-Kabilah yang datang dari luar kota Mekah.

Oleh karena Dakwah yang dilancarkan oleh Rasululah Shalallahu 'Alaihi Wasallam menyeru Dua Kalimat Syahadat dan memberantas kemusyrikan yang sudah mendarah-daging di kalangan bangsa Arab sejak ratusan tahun, maka mereka pada umumnya sangat berat menerima Dakwah Tauhid ini kecuali mereka yang mendapat rahmat Allah Subhana Wa Ta'ala yang mau menjawab seruan Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam ini dan mereka ini amat sedikit.

Beratnya orang Musyrik menerima dakwah Tauhid ini diterangkan oleh Allah Subhana Wa Ta'ala dalam firman Nya, Surah Asy Syuuraa(42) ayat  13:


syara'a lakum mina alddiini maa washshaa bihi nuuhan waalladzii awhaynaa ilayka wamaa washshaynaa bihi ibraahiima wamuusaa wa'iisaa an aqiimuu alddiina walaa tatafarraquu fiihi kabura 'alaaalmusyrikiina maa tad'uuhum ilayhi allaahu yajtabii ilayhi man yasyaau wayahdii ilayhi man yuniibu

[42:13] Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu : Tegakkanlah agama1341 dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).


Adapun diantara bentuk tantangan orang-orang musyrik terhadap dakwah Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam adalah digambarkan oleh Allah Subhana Wa Ta'ala dalam firman-Nya, Surah Shaad: 4-7:




wa'ajibuu an jaa-ahum mundzirun minhum waqaala alkaafiruuna haatsa saahirun kadzdzaabun

[38:4] Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan (rasul) dari kalangan mereka; dan orang-orang kafir berkata: "Ini adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta".



aja'ala al-aalihata ilaahan waahidan inna haadzaa lasyay-un 'ujaabun

[38:5] Mengapa ia menjadikan Ilah-Ilah(tuhan-tuhan) itu Rabb Yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.



wainthalaqa almalau minhum ani imsyuu waishbiruu 'alaa aalihatikum inna haadzaa lasyay-un yuraadu

[38:6] Dan pergilah pemimpin-pemimpin mereka (seraya berkata): "Pergilah kamu dan tetaplah (menyembah) Ilah-Ilahmu(tuhan-tuhanmu), sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang dikehendaki1297.
maa sami'naa bihaadzaa fii almillati al-aakhirati in haadzaa illaa ikhtilaaqun

[38:7] Kami tidak pernah mendengar hal ini dalam agama yang terakhir1298; ini (mengesakan Allah), tidak lain hanyalah (dusta) yang diada-adakan,


maa sami'naa bihaadzaa fii almillati al-aakhirati in haadzaa illaa ikhtilaaqun

[38:7] Kami tidak pernah mendengar hal ini dalam agama yang terakhir1298; ini (mengesakan Allah), tidak lain hanyalah (dusta) yang diada-adakan,

Namun meskipun tantangan begitu kerasnya Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam tidak berputus asa dan tidak lemah semangatnya dan tantangan-tantangan itu dihadapi terus dengan kesabaran, memberi nasehat yang baik dan bijaksana.

Sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah Subhana Wa Ta'ala, Surah  An Nahl  125:
ud'u ilaa sabiili rabbika bialhikmati waalmaw'izhati alhasanati wajaadilhum biallatii hiya ahsanu inna rabbaka huwa a'lamu biman dhalla 'an sabiilihi wahuwa a'lamu bialmuhtadiina

[16:125] Serulah (manusia) kepada jalan Rabb-mu dengan hikmah845 dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Rabb-mu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

Dakwah Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam adalah melanjutkan dakwah para Rasul-Rasul sebelumnya yang intinya sama, yaitu mengajak manusia agar beribadah hanya kepada Allah Subhana Wa Ta'ala saja dan mengajak manusia agar menjauhi thoghut.

Hal ini diterangkan oleh Allah Subhana Wa Ta'ala  dalam firman-Nya: Surah An Nahl  36:



walaqad ba'atsnaa fii kulli ummatin rasuulan ani u'buduu allaaha waijtanibuu alththaaghuuta faminhum man hadaa allaahu waminhum man haqqat 'alayhi aldhdhalaalatu fasiiruu fii al-ardhi faunzhuruu kayfa kaana 'aaqibatu almukadzdzibiina

[16:36] Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut826 itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya827. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul). 

Dalam menghadapi tantangan berat yang datang dari kaum musyrikin, Allah Subhana Wa Ta'ala memerintahkan agar Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam tetap teguh berpegang kepada tauhid dan berlepas diri dari kemusyrikan.

Hal ini diterangkan oleh Allah Subhana Wa Ta'ala dalam firman-Nya, Surah Al Kaafiruun 1-6:


 قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ
Katakanlah: "Hai orang-orang kafir,(1) 


لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ
Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.(2)

وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ
Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.(3)

وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ

Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,(4)


وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ
dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.(5)


لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ
Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku".(6)

Dan firman-Nya lagi, Surah Yuunus 41:


wa-in kadzdzabuuka faqul lii 'amalii walakum 'amalukum antum barii-uuna mimmaa a'malu wa-anaa barii-un mimmaa ta'maluuna

[10:41] Jika mereka mendustakan kamu, maka katakanlah: "Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan".

Dan firman-Nya lagi, Surah Az Zukhruf (43) ayat  43-44:

faistamsik bialladzii uuhiya ilayka innaka 'alaa shiraathin mustaqiimin

[43:43] Maka berpegang teguhlah kamu kepada agama yang telah diwahyukan kepadamu. Sesungguhnya kamu berada di atas jalan yang lurus.
wa-innahu ladzikrun laka waliqawmika wasawfa tus-aluuna

[43:44] Dan sesungguhnya Al Qur'an itu benar-benar adalah suatu kemuliaan besar bagimu dan bagi kaummu dan kelak kamu akan diminta pertanggungan jawab.


Dampak dari dakwah Tauhid yang pantang bertoleransi dengan kemusyrikan ini Baginda Shalallahu 'Alaihi Wasallam dan para pengikutnya menghadapi rintangan dan tekanan berat dari kaum Musyrikin baik dalam bentuk ucapan kotor yakni, dituduh gila, tukang sihir, pembohong, atau dalam bentuk perbuatan keji, yakni Baginda Shalalahu 'Alaihi Wasallam dilempar kotoran unta, diwaktu sedang menunaikan Shalat dicekik lehernya, dipencilkan (diembargo sampai kelaparan) dan lain-lain perbuatan keji. Para pengikutnya juga tidak lepas dari ujian dakwah ini terutama mereka yang lemah kedudukan sosialnya (para hamba sahaya) disiksa diluar batas kemanusiaan seperti Bilal bin Robah r.a., Amar bin Yasir r.a., bahkan ada diantara mereka yang disiksa sampai mati seperti ayah dan ibu Amar bin Yasir. r.a.

Gangguan ini diterangkan oleh Allah Subhana Wa Ta'ala dalam firman-Nya, Surah Al Anfaal 30:



wa-idz yamkuru bika alladziina kafaruu liyutsbituuka aw yaqtuluuka aw yukhrijuuka wayamkuruuna wayamkuru allaahu waallaahu khayru almaakiriina

[8:30] Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya.

Dalam menghadapi tantangan dan tekanan berat kaum Musyrikin ini Allah Subhana Wa Ta'ala hanya memerintahkan kepada Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam dan pengikutnya agar tetap bersabar, berlapang dada, memaafkan dan menahan tangan jangan sampai membalas dengan fisik.

Allah Subhana Wa Ta'ala berfirman, Surah Al Muzzammil 10-11:


waishbir 'alaa maa yaquuluuna wauhjurhum hajran jamiilaan

[73:10] Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik. 


wadzarnii waalmukadzdzibiina ulii alnna'mati wamahhilhum qaliilaan

[73:11] Dan biarkanlah Aku (saja) bertindak terhadap orang-orang yang mendustakan itu, orang-orang yang mempunyai kemewahan dan beri tangguhlah mereka barang sebentar.


Dan firman-Nya lagi, Surah Al Ma’arij(70)  ayat  5,6,7;
faishbir shabran jamiilaan

[70:5] Maka bersabarlah kamu dengan sabar yang baik.



innahum yarawnahu ba'iidaan

[70:6] Sesungguhnya mereka memandang siksaaan itu jauh (mustahil).



wanaraahu qariibaan

[70:7] Sedangkan Kami memandangnya dekat (mungkin terjadi).


Dan firman-Nya lagi, Surah An Nisaa’ : 77


alam tara ilaaalladziina qiila lahum kuffuu aydiyakum wa-aqiimuu alshshalaata waaatuu alzzakaata falammaa kutiba 'alayhimu alqitaalu idzaa fariiqun minhum yakhsyawna alnnaasa kakhasyyati allaahi aw asyadda khasyyatan waqaaluu rabbanaa lima katabta 'alaynaaalqitaala lawlaa akhkhartanaa ilaa ajalin qariibin qul mataa'u alddunyaa qaliilun waal-aakhiratu khayrun limani ittaqaa walaa tuzhlamuuna fatiilaan

[4:77] Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka317 : "Tahanlah tanganmu (dari berperang), dirikanlah sembahyang dan tunaikanlah zakat !" Setelah diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba sebahagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih sangat dari itu takutnya. Mereka berkata : "Ya Rabb kami, mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami ? Mengapa tidak Engkau tangguhkan (kewajiban berperang) kepada kami sampai kepada beberapa waktu lagi ?" Katakanlah : "Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun318.

Keterangan:


Itulah beberapa ayat Al Quran yang memerintahkan Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam dan para pengikutnya agar tetap sabar dan berlapang dada dalam menghadapi tekanan dan tantangan dan tekanan kaum Musyrikin dalam dakwah Beliau di Mekah.


Maka berkat bimbingan Allah Subhana Wa Ta'ala ini para Rasul termasuk Rasulullah Shalallahu 'Alaihi mampu bersikap sabar dan tawakal.

Seperti yang diterangkan oleh Allah Subhana Wa Ta'ala dalam firman-Nya, Surah Ibraahim 12:
wamaa lanaaallaa natawakkala 'alaaallaahi waqad hadaanaa subulanaa walanashbiranna 'alaa maaaadzaytumuunaa wa'alaaallaahi falyatawakkali almutawakkiluuna

[14:12] Mengapa kami tidak akan bertawakkal kepada Allah padahal Dia telah menunjukkan jalan kepada kami, dan kami sungguh-sungguh akan bersabar terhadap gangguan-gangguan yang kamu lakukan kepada kami. Dan hanya kepada Allah saja orang-orang yang bertawakkal itu, berserah diri".


Bentuk-bentuk kemusyrikan yang harus diberantas di dalam melaksanakan dakah menegakkan tauhid ialah:

a) Kemusyrikan yang berupa benda-benda mati yang disembah: patung, kuburan yang dikeramatkan, benda-benda yang dianggap keramat seperti keris, batu akik, besi kuning dan lain-lain.

b) Kemusyrikan yang berupa makhluq hidup yang disembah seperti dukun-dukun yang mengaku mengakui barang ghaib, para normal, ulama’-ulama’ yang berfatwa manghalalkan hal yang diharamkan oleh Allah dan sebaliknya dan lain-lain.

c) Kemusyrikan ideologi / ajaran buatan manusia yang jelas-jelas bertentangan dengan syariat Islam seperti demokrasi, nasionalis, sosialis, sekuler, liberal dan lain-lain.

d) Kemusyrikan yang berupa pemerintahan / negara yang menolak Islam sebagai dasar negara dan menolak syariat Islam sebagai hukum positifnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar